Pukul satu malam. Niat Taehyung hanya ingin mengecek Jungkook yang telah terlelap, namun yang didapatinya hanya lampu kamar yang masih menyala. Dan yang paling mengejutkannya adalah kondisi isi kamar Jungkook yang sangat berantakan, banyak barang yang berceceran di lantai. Taehyung nyaris panik dan mengira bahwa ada maling yang menyusup ke dalam kamar adiknya, namun pikiran itu buyar tatkala dirinya menemukan sosok Jungkook yang tengah melamun di balik tempat tidur.
"J-Jay?" Taehyung menghampiri Jungkook, dan dirinya otomatis cemas mendapati kedua mata adiknya yang tampak sembab, "Jay? Kau kenapa?" Taehyung langsung menaruh asal tas kerjanya di lantai, tangannya segera menangkup wajah kacau pemuda itu. "Katakan, ada apa? Siapa yang menyakitimu, huh?!" Jungkook hanya menggeleng dan bungkam sembari menatapnya, tampak terpuruk dan benar-benar kacau. Yang mana menjadikan hati Taehyung semakin berkecamuk panik. "Jay, bicaralah. Aku tak akan marah, aku disini. Ceritakan padaku, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Hyung...." Jungkook memanggilnya lirih, tangannya mencengkeram erat kedua sisi lengan Taehyung, "Kau hyungku, aku hanya mempunyai satu hyung di dunia ini. Benar, 'kan?"
"Jay, apa maksudmu? Aku tak mengerti." Taehyung sedikit mengerutkan kedua alisnya sembari menggeleng pelan.
"Hyung, h-hatiku sakit lagi." Jawab Jungkook seraya meremat linen kaus yang menutupi dadanya, matanya berair, "A-aku hanya, J-Jimmy—aku hanya menginginkannya, kenapa bisa sesulit ini?"
"Jimmy? Apakah Jimmy menolakmu?" Tanya Taehyung seraya mengetatkan rahangnya, entah mengapa dirinya merasa tak rela mengetahui bahwa ada seseorang yang telah menyakiti adik kesayangannya—sekalipun itu Park Jimin, mantan pencuri hatinya.
"Hyung, ini bahkan lebih buruk dari yang kubayangkan." Ucap Jungkook dengan bibirnya yang separuh gemetar. Dirinya ragu dan tak yakin apabila harus mengakui segala kenyataan yang ada pada seorang Kim Taehyung.
"Jay, jangan berbasa-basi seperti ini." Desis Taehyung pelan, "Katakan, sebenarnya ada apa dengan Jimmy? Jika dia memang telah menyakitimu, aku akan datang ke rumahnya sekarang juga untukmu. Apa perlu kuhajar orang itu dan meminta maaf padamu?"
"Jangan, Hyung." Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya pada Taehyung, "Jangan menyakitinya, jangan menyakiti orang yang kucintai. Kau hanya perlu berada disini untukku, yakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Yakinkan diriku bahwa aku bisa bersamanya suatu saat nanti."
Lantas, Taehyung pun menghela napasnya lega. Taehyung menarik pelan pemuda itu ke dalam tubuhnya, "Kau tenang saja, Jay. Jimmy menyukaimu, aku yakin akan hal itu. Bersabarlah, akan kupastikan bahwa kau akan mendapatkan yang kau mau."
Untuk ke sekian kalinya, Jungkook merasa hangat.
***
Park Jimin tak peduli bilamana dirinya akan diusir sekalipun oleh Jungkook. Sudah tak ada rahasia lagi di antara mereka berdua, maka itu Jimin memutuskan untuk pergi ke kediaman Kim Taejung pagi sekali—setelah dirinya nyaris tak tidur semalaman memikirkan adik lelakinya. Apabila bisa, mungkin Jimin akan mengajak Jungkook untuk tinggal bersamanya kembali; sebagai adik kandungnya, tentu saja.
BUGH!
Bagai mimpi di siang bolong, Park Jimin bahkan tak menduga bahwa kedatangannya akan disambut oleh sebuah bogeman mentah dari Kim Taehyung, kawannya. Jimin menatap lelaki itu seolah-olah bertanya mengapa Taehyung memperlakukannya tiga ratus enam puluh derajat dari biasanya.
"Kau, untuk apa kau kesini?!" Taehyung menatapnya setajam elang, tampak emosi dan meletup-letup. Dan Jimin benar-benar baru menyaksikan sosok Taehyung yang seperti ini. "Jim, pergi dari sini sekarang sebelum Jay melihatmu."
"V, sebenarnya ada apa ini? Kau—" ucapan Jimin terhenti sesaat tatkala Taehyung mencengkeram kerah pakaiannya secara tiba-tiba. "V, kau—ada apa denganmu?"
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, Jim. Kau apakan adikku semalam sampai dia jadi kacau begitu, huh?!" Taehyung terengah dalam ucapannya. Dulu ia teramat menyukai lelaki di hadapannya, namun dirinya tak menyangka bahwa saat ini justru ia telah menyakiti tubuh Park Jimin. Taehyung tahu betul apa sebabnya, karena Jungkook adalah sebuah prioritas dalam kehidupannya. Taehyung tak akan membiarkan siapapun menyakiti adik semata wayangnya tersebut.
"V, dengarkan aku—"
BUGH!
"V, semalam Jay—"
BUGH!
"Kau telah menyakiti adikku, Jim." Taehyung mendesis pada Jimin, akal warasnya sedikit hilang tatkala mengingat betapa hancurnya Jungkook malam lalu. "Aku tak akan membiarkan dirimu menyakiti adikku sedikit pun, Jimmy."
"V, tapi dia juga adikku! Adik kandungku!"
Dan dalam seketika, kepalan tangan Taehyung hanya berakhir melayang di udara. Tatapannya membulat tak percaya. "A-apa?!" Taehyung mengangkat sebelah sudut bibirnya, "Apa kau sedang berusaha mengajakku bercanda?"
"Dia adikku, Jay adalah adik kandungku." Jimin berucap dengan tegas, tak ada keraguan sama sekali. Taehyung berupaya untuk mencari kebohongan dalam pupil mata Jimin, namun dirinya berakhir membuang napas kalah tatkala mendapati hanya ada kejujuran dalam seluas mata Jimin menatapnya.
"Jim, aku tahu kau sedang bercanda agar aku tak marah padamu. Aku—"
"Demi Tuhan, V. Demi orang tuaku yang belum pernah kulihat seumur hidupku, Jay adalah adik kandungku. Adik kandungku yang telah hilang enam belas tahun lalu." Mata Jimin berkaca-kaca, hidungnya tampak memerah, "Bukan hilang, aku mengingatnya. Ayahmu, Kim Taejung yang telah mengambilnya dariku."
"Jim, hentikan gurauanmu," Taehyung beralih menggoyang-goyangkan kedua sisi lengan Jimin, "Ini tak lucu, man."
Taehyung bahkan tak mengerti mengapa Jimin berucap dengan pelan dan tak menyentaknya. "Kau boleh mengetes DNA kami berdua jika kau tak percaya, V."
"Jim, Jim, a-aku ... tapi, ini tak mungkin." Taehyung menggigit bibir bawahnya sendiri, lantas ia menjambak surainya frustasi. Benar-benar tak menyana akan menghadapi situasi yang menggilakan kala ini.
"J-Jimmy Hyung ... ?"
Dan keduanya menoleh pada pemuda yang tiba-tiba saja telah berdiri tak jauh dari tempat mereka berdebat.
"Jay," Jimin langsung berlari menghampiri Jungkook, "Jay, apa kau belum mengatakan semuanya pada V? Kenapa, Jay? Kenapa kau belum mengatakan tentang hubungan kita?"
Taehyung berjalan lunglai menghampiri mereka, ia merasa kakinya tak menapak saat ini. Tangannya tak memiliki hasrat untuk memukul Jimin kembali, sebaliknya; Taehyung lebih memfokuskan atensinya pada Jungkook kali ini. "Jay, apakah yang dikatakan oleh Jimmy itu benar?" Pandangan Taehyung sayu, sarat akan kehancuran.
"H-hyung ... a-aku...." Jungkook tampak ketakutan, matanya bahkan terlihat ragu untuk bertatapan langsung dengan hazel milik Kim Taehyung. Dan kegugupan Jungkook sudah cukup bagi Taehyung untuk memastikan segalanya. Taehyung tampak kecewa, namun ada kekesalan yang disembunyikannya, sehingga Jungkook semakin diselimuti rasa bersalah. "Hyung, maafkan aku. Aku hanya, aku hanya—"
"Cukup, Jay." Taehyung memberikan gestur melalui sebelah telapak tangannya di hadapan Jungkook, suaranya merendah, "Kau pikir, aku ini apa? Kau pikir, aku ini siapamu? Jay, maaf. Maaf, karena kali ini aku benar-benar telah kecewa padamu. Kau, mulai sekarang hiduplah semaumu. Anggap diriku tak ada. Itu, 'kan, yang sudah kau lakukan padaku?"
Jungkook pun refleks meraih pakaian Taehyung dan mencengkeramnya erat, seolah tak membiarkan lelaki itu pergi dari hadapannya. "Hyung, dengarkan dulu penjelasanku. A-aku tak bermaksud menyembunyikan ini darimu. Hyung, kumohon maafkan aku...."
"Jim, kuharap kalian bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik. Maafkan aku, aku percaya padamu."
Dan Taehyung menepuk bahu Jimin dua kali sebelum pergi meninggalkan mereka, dengan Jungkook yang merasakan dunianya runtuh seketika karena Taehyung tak sudi memandang ke arahnya sedikit pun.
Jungkook merasa tak terima.
To be continued....
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Repub on 07-08-21
Julisfie.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY [complete]
Fanfiction[COMPLETE] Jungkook yang merindukan kakak lelakinya, dan Taehyung yang terlalu mencintai adiknya. Kim Taehyung x Jeon Jungkook (BxB) PS. Mohon bijak dalam membaca, this content is only intended for 18+ thanks.