Honesty of heart tonight

6.3K 921 86
                                    
































Sebenernya alurnya agak aku ringkas ke inti? Di pdf juga sama, kok. Sorry? Semoga feelnya tetep nyampe, ya? TvT





























Hanya wajah Jungkook yang masih jelas terlihat oleh Kim Taehyung di samping temaramnya lampu tidur di atas nakas. Hari ini benar-benar melelahkan, namun Taehyung justru merasakan gembira sekalipun dirinya harus menggendong adiknya hingga terlelap di balik punggungnya. Kim Taehyung teramat bahagia sampai rasanya ingin menangis. Ada suatu anomali tersendiri di dalam dadanya setiap kali menikmati kebersamaannya dengan Jungkook, dan Taehyung benar-benar menyadarinya ketika merasakan bahwa hal itu semakin besar dan semakin besar lagi. Mungkin saja, puncaknya adalah hari ini. Kim Taehyung merasa bersalah, namun tak dapat pula mengelak atas perasaannya saat ini.

"Aku masih ingat, dulu ... aku sering memarahimu waktu kecil, aku selalu marah ketika kau terus memanggil nama hyungmu." Taehyung masih dalam posisinya; mendudukkan diri di bibir ranjang yang Jungkook tiduri. Taehyung berkata seolah tengah menceritakan sebuah dongeng sebelum tidur pada pemuda yang telah terlelap di hadapannya. "Itu normal, karena yang kutahu aku adalah satu-satunya hyungmu waktu itu. Kau terlalu lucu untuk kubagi, Jay. Lalu ... semasa sekolah di Paris pun aku masih sesekali memarahimu, ah—tidak, mana tega aku memarahi adikku? Uhm, baiklah, tanpa sadar aku selalu membentakmu ketika kau masih menceritakan soal hyungmu yang katanya kau benci. Dan apakah kau ingat? Kita dengan sok keren membuat nama beken kita sendiri. V untuk valentine, karena aku sangat menyukai hari kasih sayang. Dan J untuk inisial dari Jungkook, kau sangat bingung hingga akhirnya memilih nama Jay. Kita benar-benar konyol pada waktu itu, Jay. Lalu ... setelah kita beranjak dewasa, aku benar-benar merasa senang karena kau tak pernah menceritakannya lagi. Sampai akhirnya, Jimmy datang ke dalam kehidupan kita. Ini memang terdengar bodoh, awalnya aku takut bahwa kau akan merebut kawanku dariku. Yeah, kau seharusnya tahu diri bahwa kami lebih dahulu berteman dibandingkan dengan kau bersamanya." Taehyung tergelak ringan, ia lantas menyibak poni yang menutupi sebagian kening Jungkook. Tanpa sadar memperhatikan dan membuat dirinya terkesima sendiri. "Kenyataannya apa? Aku jauh lebih takut jika Jimmy akan merebutmu dariku, Jay. Selama ini aku benar-benar keliru. Hatiku, perasaanku, entahlah ... yang kutahu, aku hanya ingin membahagiakanmu, sekalipun aku harus memendam perasaan takut itu sendirian."

Wajah Jungkook benar-benar indah tatkala memejamkan mata, terlalu sempurna layaknya bayi kecil tak berdosa yang tengah terlelap dengan nyenyak. Kim Taehyung ingin memberikan ciuman selamat tidur di kening pemuda itu sebagai tanda sayang, seperti biasa—karena Jungkook memang bayi besarnya selama ini. Namun segalanya terasa berbeda pada malam ini, ada yang berubah. Entah mengapa Taehyung berakhir mengecup singkat bibir pemuda itu, tak sadar bahwa perbuatannya bisa saja membangunkan Jungkook dari acara tidurnya. Taehyung sungguh mabuk.

"Selamat tidur, Jay." Bisik Taehyung dengan suara seraknya—tepat di hadapan wajah Jungkook, "Aku mencintaimu." Bisiknya.

Hendak beranjak, namun berakhir urung karena ada telapak tangan selembut sutera yang menahan tengkuknya untuk bangkit. Dan Kim Taehyung tentu tahu siapa pelakunya, oleh sebab itulah dirinya hanya dapat tertegun tatkala kedua kelopak mata di hadapannya perlahan terbuka. Sepasang onyx jernih yang mana mampu menenggelamkan jiwanya kapan saja. Arusnya benar-benar menghanyutkan.

"Jangan dulu pergi," suara Jungkook nyaris sama seraknya, terdengar penuh pengharapan. "Biarkan aku mengatakan sesuatu padamu dulu, Hyung."

"J-Jay, bukankah kau sedang tidur?" Taehyung masih dalam keadaan terkejut, cukup panik menyadari kekalapannya beberapa detik lalu.

"Jangan banyak tanya dan cukup dengarkan aku, Hyung." Jungkook berujar dengan tegas seraya menatap hazel di hadapannya. Jarak mereka mungkin hanya beberapa sentimeter saja, dan tangan Jungkook masih berada dalam posisinya. Taehyung tak boleh lari sebelum dirinya berbicara.

"Jay, a-aku," maka, Taehyung pun berusaha bersikap tak ada yang perlu dicemaskan dari perkataannya. Taehyung terlanjur bodoh. "Alright, katakan dengan cepat. Kau membuatmu pegal, astaga."

"Aku juga mencintaimu, Hyung."

"Baguslah, berarti kita sama-sama mencintai." Taehyung terkekeh hambar, suara tawa yang tak lucu sama sekali. Sumpah mati berupaya menetralkan degupan jantungnya yang berdetak di luar kendali. "Bukankah sudah sepatutnya bahwa dua saudara harus saling mencintai?"

Jungkook mendecih sebelum tangannya dengan berani menarik kakak lelakinya untuk lebih dekat, "Hey, manusia sepintar dirimu mana cocok untuk berpura-pura bodoh?"

"Kau adikku, dan aku adalah hyungmu. Itulah yang aku tahu." Desis Taehyung meyakinkan.

"Adik angkat, biar kuingatkan." Jungkook mendesis lirih, "Kau bukanlah kakak kandungku, dan itulah hal yang paling aku syukuri di dunia ini." Tangan Jungkook menekan tengkuk Taehyung agar lebih merendahkan wajahnya, hingga Jungkook mempertemukan kedua kening mereka. Deru napas Jungkook bersahutan dengan lelaki di atasnya. "Hyung, aku sudah mendengar semuanya. K-kau, tak perlu takut. Aku disini, untukmu. Kali ini benar-benar hanya untukmu, untuk Kim Taehyung."

Bibir Jungkook itu bahkan lebih manis dari buah termanis di dunia, merahnya lebih alami dari buah ceri sekalipun. Dan Kim Taehyung tak mampu menolaknya. Ciuman Jungkook sungguh telah meracuni pikirannya, terlalu memabukkan dan menjadi candu. Surai hitamnya dibiarkan teracak begitu saja akibat perbuatan Jungkook yang tengah menikmati aktivitasnya. Keduanya berciuman dengan Jungkook yang mendahului. Tak ada batasan untuk malam ini. Karena, keduanya sama-sama sadar atas perasaan mereka masing-masing.






To be continued....
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Repub on 22-08-21
Julisfie.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang