Hunt 3.

598 55 0
                                    

Ada banyak cara yang bisa membuat kita merasa bahagia hanya dengan melihatnya tersenyum. Dia adalah kelopak rindu yang tidak bisa kuhabiskan hanya dengan memetik tiap kelopaknya. Seakan tidak ada habisnya meski berkali-kali.

Malam itu aku percaya dengan keraguan sedikit di dalam diri, Jae adalah priaku. Si manis yang kusukai sejak awal bertemu. Entah, aku justru memilih bertahan dengannya. Sesekali banyak notif masuk dalam sosial media-ku karena pria ini terlewat nge-hits. Anehnya, aku tidak marah padanya.

"Gimana kalau ini? "

"Jika hanya dengan memandangmu saja aku rindu, bagaimana bisa aku jatuh cinta padamu?"  dia mengulang kalimat yang sudah di tulis.

"Classic, "

Jae tertawa lalu menghapus liriknya. Dia mengambil lagi pulpen yang sengaja dia taruh di sela-sela ikat rambutku. Begitulah Jae dengan sikap uniknya. Dia bilang begini sebelum memasang beberapa pulpen itu di kepalaku.

"Kan kalau taruhnya di sini, sambil cabut pulpen, aku bisa sekalian cium pipi kamu. "

Dasar si tukang gombal!

Jae bosan dengan kegiatannya, ini juga bagian dari tugasnya. Mereka akan merilis album dalam waktu dekat. Aku senang mendengarnya.

Jae bilang, dia rindu waktu rekaman.

"You're beatifull girl. Aku gak kuat lihatnya. " ucapnya lagi.

"Jae, hentikan atau kurobek lagi kertasmu ini?"

Jae berjalan lebih dulu menuju dapur, dia juga merupakan koki yang handal. Masakan Jae benar-benar enak dan membuatku ketagihan. Jae multi talent katanya. Kelemahannya hanya, dia takut gelap, kecuali malam hari.

Jae banyak berubah sejak hari itu,  dia banyak membuatku lebih nyaman dan terbuka sekecil apapun masalah kami.

"Bagaimana bisa kau memilih gadis seperti ini Jae? Dia terlihat sangat berkelas, " ini adalah suara dari Ayah Jae. Aku di ajak olehnya mengunjungi studio rekaman.

Jujur, kesan pertama bertemu Ayah Jae aku sangat takut karena wajah seriusnya. Namun jika kau lebih dekat dengannya, dia bisa begitu sangat asyik jika di ajak bicara.

"Kau tunggu di sini ya Nak, Daddy sama Jae mau atur alat band buat latihan. " katanya ramah lalu berjalan lebih dulu memberiku waktu sebentar bersama Jae.

"Kalau butuh apa-apa kamu lambaikan tangan ke aku aja. Love you, " Jae mencium keningku dan memasuki studio rekaman.

Hampir sejam dan semua selesai dengan lancar. Jae sedang menyandarkan kepalanya di bahuku dengan mata tertutup sambi tangannya merangkul tubuhku. He is tired of his work.

Lima belas menit Jae ada di posisi itu, menit berikutnya dia menatap melas kearahku. Menunjuk bibirnya sebagai kode yang sebenarnya kutahu maksudnya. Namun tidak mungkin kulakukan di sini! Di depan ayahnya juga.

"Jae, wake up. Kamu mau aku pukul ya?" kataku meledek dan Jae langsung berdiri mengulurkan tangannya untuk kuraih dan ku genggam.

Mobil Jae melaju di jalan yang lumayan senggang karena bukan jam pulang kantor. Jae masih saja terus menatapku sesekali memastikan aku tidak terganggu dengan hal apapun. Jae memberhentikan mobilnya di kafe Sungjin, kita mengambil posisi di lantai atas yang pemandangannya indah. Aku menunggu, lalu Jae izin ke toilet katanya.

Aku menunggu Jae cukup lama, hampir setengah jam. Entah karena hal apa, aku yakin ada yang tidak beres. Aku melarikan diri untuk mencari Jae-ku yang berharga. Dan dia ada di sini, di depan kafe dengan bunga yang sedang di tata, sepertinya dia akan memberiku sebuah kejutan.

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang