Aku tidak tahu kapan tepatnya hati ini pasrah dengan semua hal yang membuatku bertanya. Apakah Dowoon masih menyimpan namaku dalam hatinya? Atau hanya aku yang masih belum bisa melupakannya setelah kisah lucu dan membuatku terus teringat kenangan dengannya ketika mendengar namanya.
Lima tahun setelah hari terakhir aku bertemu dengannya, bahkan setelah dia menikah. Aku masih terus saja tidak bisa melepas semua kenangan kami. Bisa di bilang, aku gagal untuk lupa padanya.
Aku melepas semua hal yang berkaitan dengannya bahkan setelah hari baru yang kumulai di udara dingin bukit salah satu daerah yang kupilih. Masih saja terkadang dalam waktu luang di bawah sadarku. Wajah pria itu melintas begitu saja.
Hari ini, aku memberanikan diri untuk di pindah kembali ke Jakarta. Di mana semua kisah pahit yang pernah terjadi. Aku terpaksa di pindah kembali karena usaha kami tidak berjalan di kota itu. Masalah ekonomi juga jadi alasan utamanya.
Kudengar, pria itu masih bekerja di sana dengan kesombongan yang sama dan tingkah konyolnya yang masih tidak berubah. Mungkin akan berat bagiku, hanya aku berusaha baik-baik saja walau hatiku memberontak.
Setibanya aku di sana, dalam satu shift itu. Hanya aku dan Dowoon. Dia menyambutku dengan senyum.
"Hi, "
"Apa kabar?"
"Baik, kamu gimana?"
"Hm? Gimana apanya Fel?"
"Kabarnya lah, "
"Menurutmu?"
Nahkan, kubilang juga apa. Aku sudah menebaknya. Kami tertawa lagi setelah jawaban konyolnya dan merasa canggung di menit berikutnya.
"Udah punya pacar Fel?"
"Belum nih, cariin dong. Malu aku mau pacaran juga. Umur udah mau kepala tiga. Mana ada yang mau. " kataku dengan nada bercanda dan pria ini malah mendadak serius.
"Serius? Bohong nih kamu. "
"Mana ada, aku mah gak pernah bohong Drum!"
Wajahnya mendadak ramah dan tersenyum lebar.
"Drum, aku masih suka aja dengar nama itu. Cuma kamu yang panggil aku dengan nama se-spesial itu. "
"Hehey... Mulai lagi deh, " kataku menepis apa yang dia ucapkan.
Sekilas aku melirik jemari tangannya yang kosong tanpa cincin pernikahan.
"Kamu cari apa? Cincin nikah?" katanya skakmat.
Sialan!
"Iya, kok gak kamu pakai?"
"Aku cerai sama Revi, "
"Kok bisa? Kamu nunggu aku ya?"
"Iya, "
Hatiku kembali berdetak, tidak bisakah kau basa-basi sedikit Dowoon? Aku sedang ingin bercanda.
"Hah, kenapa hari ini sepi banget sih? Pasien kita pada sembuh kayaknya yaa, " kataku seolah tidak mendengar kata terakhir darinya.
"Feli, " panggilnya dengan nada yang sudah berubah sehingga suasana kami mendadak begitu canggung.
"Iya kenapa?"
"Mau sampai kapan kamu menghindari aku terus?"
"Maksudnya?"
"Nanti aja, ada pasien masuk tuh. "
Aku ada di sebuah tempat makan di mana pertama kalinya Dowoon mengajakku dinner. Dia memaksaku dengan semua tolakanku, tetapi akhirnya aku datang juga kesini karena penasaran dengan apa yang ingin dia jelaskan.
Dowoon lebih rapih dengan kemeja dan paduan baju polosnya. Aku juga hanya memakai celana jeans biru dengan baju lengan panjang sedikit longgar.
"Tuhkan datang juga, " katanya sambil tertawa dengan nada khasnya.
"Kamu maksa, "
Kita bicara mulai dari hal serius sampai pada akhirnya, pertanyaan ini sangat memberatkan bagiku.
"Lah terus kamu mau di pindah kesini kenapa? Bukan malah terima tawaran baru jadi pimpinan di Jogja?"
Kau tahu jawabannya, kawan. Mengapa harus bertanya?
"Sebenarnya, banyak yang aku mau ceritain. " kata Dowoon setelah aku tidak menjawabnya.
"Hari itu, aku gak sengaja ketemu kamu di Bandung pas aku antar Revi buat observasi hotel di Lembang. " dia memulai ceritanya.
"Revi bilang dia mau ke Apotek beli rotinya, aku mutusin buat aku aja kesana karena aku tahu alamat itu ternyata cuma apotek kamu. Pas aku kesana, kamu sibuk ngobrol sama pria di pojok dekat kasir. Kayaknya kamu gak sadar itu aku. "
Aku sadar Dowoon, aku cuma hanya mau lupa bahwa itu kamu dan menganggap hanya ilusiku saja. Batinku
"Aku pikir dia pria yang bisa gantiin aku, makanya aku coba buat buka hatiku pada Revi. "
"Kamu tahu apa yang kuterima? Setelah dari sana, tiga bulan kemudian dia meminta pisah dariku. Revi bilang aku sama sekali tidak terlihat di matanya. Padahal aku berusaha melakukan hal yang sama. "
"Drum! Kejam banget sih, buat apa kamu nikah sama dia kalau kamu cuma buat dia sakit hati?"
"Karena aku terlalu lama buat tunggu kamu Feli, kamu pikir mudah jalanin kayak gini? Feli coba kamu jadi aku. Ada wanita yang udah sangat yakin untuk mencintai aku sedangkan wanita yang aku lagi perjuangkan itu malah memilih pergi? Kamu pikir akan mudah menjalani semuanya setelah penyesalan lain yang aku rasakan?"
"Kamu bahkan tinggalin aku di sini sebelum dengar penjelasan aku dan pembelaan aku. "
"Dia sahabat aku, karena insiden satu malam, gak sengaja aku ya.. Khilaf lah, Revi ngaku kalau dia ngandung anak aku. Padahal seingatku, aku sama sekali gak pernah sentuh dia. "
"Aku diam-diam cari tahu kebenaran yang aku mau coba buktiin sendiri. Revi ngaku sendiri setelah tiga bulan kami nikah, dia bilang benci karena aku dekat sama kamu. Kamu tahu semarah apa aku saat itu? Terus dia malah ingetin aku soal malam pertama yang malah aku nikmatin. Wah... She's a crazy girl right?"
Aku mendengarnya sambil tertawa. Benar, dugaanku tidak salah soal pria ini.
"Aku mau hubungin kamu gak bisa, nomor kamu juga ganti ya? Aku minta alamat itu dan Jisoo malah terus ngehindar. Sampai akhirnya tahun ketiga pernikahan, Revi minta cerai. Dan yang langsung aku pikirin setelah masalah cerai itu kamu Fel, "
"Singkatnya, aku mau hidup bahagia dan nyenengin kamu. Dan maaf ya... "
"Sudah membuatmu menunggu terlalu lama, maaf karena sudah membuat kamu terluka. Sekarang sih aku gak mau banyak berharap Fel, kamu tidak membenciku dan mengizinkan aku dekat denganmu saja itu sudah lebih dari cukup untuk menebus salahku. "
Pada akhirnya aku tahu dia masih mencintaiku, tetapi entah kenapa hatiku berat untuk menerimanya kembali. Bahkan bicara tentang fakta bahwa aku merindukan sosoknya saja kurasa tidak pantas setelah dia melakukan hal itu padaku.
"Fel? Kok diam?" dia membuyarkan lamunanku.
"Kalau kamu mau bersabar dan buat aku percaya sama semua kata-kata kamu, bisa gak kamu sabar sebentar lagi aja?" kataku pada akhirnya.
Dowoon tersenyum padaku, meraih kedua tanganku dan mengepalnya sekuat tenaga.
"Berapa lama pun itu, aku cuma mau menikah denganmu Feli. Akan kujanjikan itu. " katanya penuh semangat tidak peduli pandangan beberapa orang yang mengarah pada kami.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
HI HELLO X DAY6 ✔️
FanfictionKUMPULAN CERITA BERISI IMAGE-IN BAGAIMANA CARA SESEORANG MENEMUKAN CINTANYA DENGAN BERBAGAI MASALAH BERBEDA. DI PERANKAN OLEH MEMBER ENAMHARI YANG MENAMBAH EPIC CERITA INI.