Hi Hello.

460 26 0
                                    

Selalu saja soal rasa kagum yang entah bisa tersalur menjadi cinta atau tidak. Datang dengan terburu-buru tanpa memikirkan si "dia" yang selalu bersikap dingin dengan segala kemisteriusan yang membuat hati ingin sekali mendekat.

Awalnya sangat sulit mengubah aku dan kamu menjadi "kita". Akan sangat sulit memulai sesuatu yang bahkan tidak bisa kupastikan kebenarannya.

Dari jarak kejauhan aku menyapa "Hai, " lalu dia tersenyum dengan wajah ramah juga bingung. Padahal kita hanya terpisahkan beberapa langkah saja, namun entah mengapa debaran jantung terus menerus saja bertabuh.

Dia mendekat, dengan malu lalu menyulurkan tangannya. Menunggu cukup lama hingga dengan keberanian hati menerima jabatan tangannya untuk pertama kali.

Inilah pertama kalinya kita tersenyum berdua. Pertama kalinya sedekat ini hingga membuat saya merasa gugup karena pertemuan yang untuk kesekian kali, tetapi terasa baru. Dia terus menatap untuk membuat saya bicara, hingga sikap ramahnya membuat kami berbicara yang tidak jelas kemana arahnya. Saya tertawa untuk pertama kalinya karena dia.

"Saya suka lihat cara kamu tertawa, "

Dan kau tahu bagaimana jadinya jantungku saat ini? Terus saja berdebar tak menentu, ungkapan apa ini saya tidak tahu. Tetapi kamu berhasil membuat saya tersenyum sepanjang malam seperti orang gila.

Kita berpisah sore itu hingga beberapa hari berikutnya, tak bertemu dan hanya melempar senyum jika tak sengaja berpapasan. Ada keretakan dalam hati saya, saya sadar kamu jauh untuk saya gapai dengan dekat. Saya yang masih mengingat kau mencatat nomor telponmu di tangan saya dengan keadaan gemetar.

"Jika darurat, jangan sungkan untuk menelpon saya. Jika kau perlukan pula, saya siap 24jam untuk stay melihat telpon. "

Saya menyimpannya, tetapi entah mengapa ragu untuk hanya sekedar bertanya "Apa Kabar?"

Siapa saya di hidupmu untuk layak berkata begitu? Betulkan?

Keesokannya dia menyapa saya di parkiran, saya baru saja ingin pulang. Ingin sekali merehatkan badan dan pikiran agar tidak terus teringat kata-kata manis yang saya dengar langsung darinya.

"Hello, " dengan malu dan nada yang terdengar habis berlari dia menepuk bahu belakang saya.

Entah perasaan apa saat ini, saya kembali canggung dan gugup. Dia masih terlihat tampan walau sedang lelah seperti ini.

"Kalau saya ajak makan mau?" rasanya semburan senyum ingin sekali ku perlihatkan selebar mungkin.

Demi Tuhan kukatakan pada kalian, ini adalah yang aku inginkan. Dan untuk pertama kalinya dia tersenyum begitu sangat manis di depanku dengan wajah cerah yang bisa kutebak. Namun aku tak ingin berharap banyak, bukankah memastikannya lebih dulu lebih baik?

Kami berjalan ke restoran yang tidak jauh dari kantor. Saya tahu dia masih lembur dengan perkerjaan yang luar biasa banyaknya. Jadi saya tidak akan mempersulit keadaannya. Saya memilih menu makanan, dan dia dengan cekatan bicara pada sang pelayan. Kurasakan matanya terus menatap kearah saya yang sedang sibuk melihat menu makanan.

Bukan tanpa alasan saya melakulan ini, saya gugup jika melihat matanya. Saya tak ingin terlihat bodoh di depannya. Bagaimanapun rasa kagum dan suka ini sudah membesar dan membludak.

"Kau pulang secepat ini?" lagi-lagi, dia yang pertama kalinya mengajak bicara.

"I-iya, "

"Curang, "

"Buat kesepakatan, jika kau sudah selesai dengan pekerjaanmu. Datang ke divisi saya, bantu pekerjaaan saya. "

Apa maksud pria ini? Dia tidak salah bicara? Tak tahukah dia sedang apa hati saya sekarang di dalam sana? Saya hanya bisa menatapnya, benarkah pria ini adalah pria yang saya lihat beberapa minggu lalu?

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang