When You Love Someone.

366 23 0
                                    

Tanpa sengaja aku menatapnya dengan penuh, kakak kelas idaman  memang sering kali lewat tanpa kita duga. Seperti  pria ini, baru saja kemarin tak sengaja bertemu dengannya di halte bus sekolah, dia sudah muncul lagi di hadapanku dengan cara yang mengejutkan.

Kami ada pelajaran olahraga siang itu, waktu hampir saja menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Bukan waktu yang tepat untuk berolahrga di luar ruangan seperti ini. Di tambah matahari terik di atas sana.

Dan sialnya lagi, tiba-tiba saja kepalaku terkena oleh bola basket yang di mainkan oleh kakak kelas yang juga berolahraga di lapangan sebelah kami.  Ada pria yang menghampiriku dan menundukkan badannya. Aku belum menyadari sebelum mataku menatapnya,

"Sorry, kamu gak papa?" tanya nya dengan wajah sedikit khawatir yng membuat semua temanku melongo karena tangannya mengelus kepalaku yang terkena oleh benturan bolanya tadi.

Kalian tahu bagaimana perasaanku saat ini? Kondisi jantungku tidak baik-baik saja karena hanya bisa menatap matanya tanpa bisa mengatakan apapun. Lidahku membeku.

"Hello? Adista?" panggilnya yang mebuatku sadar karena telah lancang tidak menundukkan pandanganku padanya.

"I-iya, gapapa Kak, " kataku lalu bangkit dari sana dan berlari menyusul teman-temanku.

Pria itu tiba-tiba saja mengejarku, menahan tanganku yang membuat seluruh tubuhku sempurna tak bergerak.

"Hape kamu jatuh, " katanya sambil menyelipkan ponselku di belakang saku celana dan aku menahan malu karena telah salah paham padanya.

*****

Hari berlanjut tanpa sadar, sudah memasuki tahun kedua aku belajar dan bersekolah di sana. Pencapaian bagus juga kerena aku masuk dalam peringkat pertama yang sudah pasti banyak yang bertanya soal bagaimana aku mendapatkannya.

Jam makan siang sengaja aku habiskan di perpustakaan sambil mencari referensi belajar untuk nanti malam. Di sebelahku, ada seorang pria yang tengah menikmati makanannya sambil membaca buku. Aku sengaja memilih spot ini karena ingin juga melihatnya. Dia terlihat seperti orang baik.

Dia terlihat keren hanya dengan menatap serius buku di depannya sambil memakai headshet-nya di telinga.

"Kak Piri, ini buat di minum nanti sore. "

Ah, irinya. Andai aku seberani dia, mungkin aku sudah bisa akrab dengannya.
Kim Wonpil. Pria yang biasa di sapa Piri, panggilan akrabnya. Dengan status sebagai kakak kelas idaman para umat sekolah yang mengagumi ketampanan dan juga kepintarannya yang luar biasa memukau hati. Kalau kalian melihatnya, mungkin biasa saja. Tetapi entah kenapa, jika sudah secara dalam tahu semua tentangnya. Mungkin akan jatuh hati padanya dua kali lipat.

Dia menoleh padaku karena mungkin sadar dengan apa yang kulakukan. Aku salah tingkah, dan malah memalingkan wajahku darinya.

"Hm, antologi hewan. " gumamnya melihat buku yang kubaca,

Suaranya setengah berbisik, karena keadaan perpustakaan yang harus tenang.

"Iya, " kataku tersenyum sedikit dan fokus lagi pada bacaanku.

"Piri, panggil aja Kak Piri. Kalau kamu anak IPA, kamu bisa kok minta tolong ajarin aku, nih. "  katanya memberi secarik kertas dan memberikan kode untuk menelponnya sambil dia angkat kaki dari hadapanku.

Begitulah kami saling mengenal sampai aku tidak sanggup untuk tidak tersenyum jika mengingatnya.

Aku berjalan sendirian dengan membawa beberapa tumpuk kertas hasil ujian untuk di berikan pada guru kami. Dengan tanpa di duga, Wonpil datang membantuku sambil melempar senyuman dan mengambil alih kertas itu dari tanganku.

Dia mengedipkan pandangannya yang sama sekali aku tak mengerti maksudnya. Dasar!

Aku mengikuti Wonpil sampai ruang guru. Dia sedang berjalan kearah ku saat aku ingin menuju meja guru yang kutuju. Dan tahu apa yang pria itu perbuat? Dia malah menggeserku untuk tidak menghalangi jalannya dan tersenyum lagi yang bisa membuat siapa saja diabetes.

Aku, jatuh cinta berkali-kali padanya. Bahkan dari awal aku menyukainya.

"Adista, di cariin Kak Piri! Di suruh ke lapangan sekarang, " teriak Disti, teman sekelasku karena memang kami saat ini telah selesai mata pelajaran olahraga. Tapi ada apa hubungannya dengan Wonpil? Dia sudah habis jam-nya, sama seperti kami.

Ada apa dengan pria ini sih? Jika benar sesuai dugaanku, tidak mungkin kan? Kita mengenal dekat saja tidak, hanya bicara beberapa kalimat jika tidak sengaja bertemu.

Wonpil tersenyum padaku tanpa sedikitpun pudar sampai aku benar-benar ada di depannya. Kupikir aku bermimpi, tetapi saat aku mencubit tidak sengaja pahaku dari dalam saku, itu terasa sakit.

"Hello, Adista. "

"H-Hai Kak, kenapa ya?" aku to the point sekali ya? Biarkanlah. Siapa yang menyuruhnya bersikap begini? Kan mengejutkan.

Dia maju selangkah dan memelukku. Di hadapan banyak orang. Sampai aku harus menyadarkan diri dari kenyataan yang aku hadapi ini. Seriuskah yang melakukan ini adalah Wonpil yang kusuka? Pria yang diam-diam ku kagumi lalu melakukan hal ini sampai membuat teriakan berisik di sekitar sini. Untung saja kantor guru kami jauh dari lapangan dan para guru olahraga sudah tidak ada di sana.

Wonpil melepaskan pelukannya, aku mulai berani menatapnya kembali. Aku bersumpah akan memakinya kalau dia sedang merencakan sesuatu dengan temannya yang sama sekali tidak akan aku pedulikan.

"Adista, kakak suka sama kamu. "

Wah, aku langsung memundurkan langkahku dan menatapnya tidak percaya. Oke, kuakui sangat gentle. Tapi, bisakah kuterima?  Untuk apa sih dia berbuat begini di depan orang lain? Aku malu, tapi tidak bisa juga menolaknya, aku juga suka padanya.

"Di terima kan?" tanya nya setelah tidak mendapatkan jawaban dari ku.

"Jawabannya nanti pulang sekolah ya Kak. Aku tunggu di kantin, " aku langsung melarikan diri ke kamar mandi tanpa berpikir panjang.

Terserahlah! Mereka akan menganggap apa, aku benar-benar malu!

Kurang lebih jam setengah tiga sore, aku baru saja keluar dari kelasku. Aku di kejutkan lagi dengan wajah Wonpil yang sudah ada di depan kelas menungguku dengan gaya kerennya.

"Apa jawabannya?" tanya Wonpil dengan nada penasaran.

Bisakah kau sabar sebentar Piri? Aku sedang menyiapkan diri untuk menjadi pacar dari pria sangat popular di sekolah.

"Iya, kuterima, " kataku sambil mendorong tubuhnya untuk menjauh dari  kelasku.

"Yang bener?"

"Harus kuulang?" tanyaku ketika kami sudah ada di depan sekolah yang sudah lumayan sepi.

Wonpil mengangguk dengan menampakkan eye smile-nya yang menggemaskan. Kenapa dia sangat lucu jika tersenyum  begini sih?

"Iya Kak Piri, aku terima. "

Dia melompat kegirangan, dan tahu selanjutnya apa yang dia lakukan? Berlari di halaman luas hingga membuat seluruh siswa yang masih ada di dekat sana menertawakannya.

*****

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang