Hi Hello 6.

221 24 0
                                    

Waktu berjalan dengan cepat, Nathan dan Naura sudah memasuki usia enam bulan. Mereka juga aktif, terkadang juga bisa bertengkar karena berebut mainan. Padahal sudah kupisahkan. Namun tetap saja Nathan mendominasi adiknya untuk mengalah sampai menangis.

Kadang aku dan Brian kewalahan menghadapi tangis mereka, dan tertawa senang jika mereka bertingkah lucu. Brian hari ini pulang sore hari dengan wajah ceria. Nathan dan Naura sedang ku lepas di ruang bermain sambil di bantu Bu Inah menyuapi mereka cemilan.

"Nathan, Ayah pulang. Naura Ayah pulang nih, " Brian selalu bermain-main seperti itu jika sudah sampai di rumah.

Dan mereka akan mengejar arah di mana Brian berada dengan merangkak. Terkadang aku lucu melihatnya, seperti saling berkejaran.

"Ay-yah.. " kalimat ocehan pertama yang aku dan Brian dengar dari Naura saat Brian menangkapnya.

Nathan juga bertingkah menggemaskan. "Bu-bu, Yah, " Nathan memberi syarat untuk menyuruh Brian untuk tiduran di sampingnya bersama Naura.

"Bun, aku ganti baju dulu sama mandi deh. Nanti kita makan malam. Udah lama gak makan di luar. " ajak Brian yang sepertinya jenuh karena kami terlalu sibuk mengurus si kembar.

Brian adalah ayah yang cekatan, juga tanggung jawab. Bulan-bulan pertama karena aku tidak bisa mengaturnya sendiri, Brian membantuku mengganti popok Nathan atau Naura bergantian, saat memasuki usia empat bulan dan Nathan serta Naura bisa memakan bubur pertamanya, Brian juga membantu saya menyaring dan menghaluskan bubur tim untuk mereka.

Setiap weekend juga aku dan Brian menyempatkan waktu membeli keperluan yang harus ada di rumah. Bahkan bisa sebulan sekali karena Nathan dan Naura lumayan aktif. Brian juga men-design sendiri kamar bermain untuk anak-anak kami. Ruang bermain ini khusus untuk mereka karena Brian terinspirasi dari video yang dia tonton katanya.

Aku senang menjahili Brian ketika dia terharu melihat perkembangan Naura dan Nathan. Seperti hari ini, saat Naura terbata memanggilnya tak jelas namun aku mendengar bahwa dia memanggil ayahnya. Brian meneteskan air matanya, Brian memang pria yang sentimental. Dia masih sama seperti pertama kali kita bertemu.

"Ah Bunda, aku gak bisa berenti nangis. " katanya merengek di dalam kamar saat aku merapihkan baju kerjanya.

"Ih lebay deh kamu, masa gitu aja nangis. "

"Aku terharu Sayang, "

"Makasih yah Sayang, sekali lagi kamu menjadikan aku suami dan Ayah terbaik buat Naura dan Nathan. "

"Kamu sendiri Sayang yang berusaha begitu, aku justru terima kasih karena kamu selalu mau repot urus anak kita. "

"Bunda love you, " dia menangis namun di waktu yang sama juga mencium bibirku cukup lama. Bahkan sampai melumatnya.

Aku mendorong tubuhnya untuk menghentikan, Naura dan Nathan pasti sudah menunggu lama bersama Bu Inah di ruang tamu.

"Kalau sudah rapih cepet keluar Yah, Bunda tunggu luar sama Nathan dan Naura. "

"Cih, dasar! Paling bisa kamu tuh ya godain aku Bun, " protes Brian sambil tertawa karena kecewa tidak bisa melanjutkan keinginannya.

*****

"Abang ih, Naura dulu sama Ayah. Abang main sama Bunda gih!" kesal Naura yang sedang menunggu gilirannya untuk naik sepeda dengan suamiku.

Nathan menjulurkan lidahnya dari atas sepeda karena senang. Sedangkan Brian hanya tertawa karena wajah ngambek dari Naura.

"Bunda... Abang Nathan nakal tuh. " rengek Naura menghampiri saya yang tengah membawakan mereka cemilan sore.

"Ih engga Bunda, Ayah tuh yang ngajak Nathan terus. "

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang