I Would 2.

115 14 0
                                    

Hari itu adalah awalnya, di mana semua rasa suka yang saya pendam semakin lama semakin bertambah.

Sudah masuk tahun kedua sekolah, saya dan Sungjin semakin mendekat. Kami sering main bersama, belajar bersama bahkan sering masuk dalam satu kelompok belajar.

Sungjin sedang berada di atas panggung dengan memetik sebuah gitar, dalam setahun, Sungjin menghasilkan ratusan fans yang ada di mana-mana hanya karena wajah tampannya yang terkenal ke seluruh sekolah lain.

"Bila kau tak di sampingku... "

Sorak sorai dari para penonton membuat sekolah kami menggema sangat keras. Saya baru tahu Sungjin memiliki suara yang bagus.

Lalu setelah turun panggung, Sungjin menghampiri saya, Sean dan Bara. Tak lupa juga dia mengembalikan gitar milik Sean yang dia pinjam.

"Alus banget suara lo Sung, makan apaan si?" puji Sean setelah menerima gitarnya dengan baik.

Bara juga masih tetap tepuk tangan walau Sungjin terus memintanya berhenti.

"Kalau lo Chi, gimana suara gue?"

"Ehm, ya... Lumayan lah, ademin telinga, " kataku menggodanya.

"Yah elah Chi, seriusan apa sih!"

Saat kami tengah asik mengobrol, tiba-tiba saja adik kelas bernama Tamara menghampiri Sungjin.

Gadis itu memang sering sekali menyambut kami di kantin, menghampiri kekelas kami, atau ketika kami bertiga sedang ada di luar sekolah.

Sepertinya dia sangat menyukai Sungjin, terlihat dari pancaran matanya. Dan mata Sungjin juga rasanya seperti tertarik padanya.

"Kak, ini buat basahin lagi tenggorokannya. " gadis tadi memberikan Sungjin es jeruk yang sama sekali tidak di sukai oleh Sungjin.

"Oke, makasih ya. Nanti kakak minum, " katanya tanpa menyeruput sedikitpun es tadi.

Sean terlihat geregetan dan mengambilnya, meminum habis tak tersisa dan terlihat bagaimana wajah gadis itu tidak menyukainya. Sean pernah mengatakan padaku bahwa, dia benar-benar tak suka melihat Tamara berkeliaran di antara kami.

"Thanks yaa Tam, kebetulan gue haus banget. Maaf ya Sung, "

Dan Sungjin hanya menjawabnya dengan senyuman yang kami semua tahu maksudnya. Lalu Tamara tak menyerah sampai situ.

"Gapapa Kak, aku beliin lagi. Kak Achi, Kak Bara, mau aku beliin juga sekalian?"

"Gak usah Tamara, ngerepotin. Kita juga mau ke kantin ini. Sean perutnya udah demo, " kata Bara lalu menarik kami bertiga menjauh dari sana.

Sungjin sempat menoleh kearah Tamara seperti merasa tak enak, sebenarnya saya juga tak tega, juga salut pada Tamara yang menunjukkan perasaannya secara terang-terangan. Tidak seperti saya yang hanya saja bisa memendam.

"Chi, udah sih gak usah di pikirin. " tegur Sungjin saat saya terus menatap kearah Tamara sampai belokan kearah kantin.

"Eh, iya Sung. "

Sungjin lalu memberikan saya sebuah novel dan menyuruh saya membacanya sampai habis. Dia tahu, akhir-akhir ini saya suka mengoleksi berbagai genre novel.

Menurut saya, ini cara termanisnya dia walau tak berucap apa-apa. Sungjin sangat tahu apa yang saya suka dan tidak sukai. Sungjin mungkin sedikit bicara pada saya di banding kedua teman kami, tapi Sungjin yang paling perhatian di antara yang lain.

Hanya saja, sampai setahun ini kami mengenal baik, saya masih tak tahu perasaan apa yang sebenarnya Sungjin punya untuk saya. Perhatian yang berbalut apa yang selalu saja Sungjin perlihatkankan pada saya? Anggapan apa yang Sungjin ingin sampaikan pada saya, itu terus saja sering mengganggu.

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang