Hi Hello 3.

224 27 0
                                    

Kami di ruang terpisah, Brian sudah sangat menawan dengan busana nya. Dan saya masih di dalam kamar menunggu Brian menyelesaikan ijab qobulnya.

Seteleh terdengar suara Brian melantangkan kalimat untuk menjadikan saya istri sah nya, saya tidak bisa menahan tangisan saya. Masih tidak bisa kupercaya bahwa dia adalah pria yang di berikan padaku untuk melengkapi sisa kekurangan dalam hidupku saat ini.

Brian menatapku dengan pandangan terkagum-kagum. Wajah senangnya tidak pudar sama sekali, padahal yang kudengar tadi suaranya sedikit bergetar, yang kutakuti adalah Brian gagal mengucapkan ijab qobul-nya.

"Kamu cantik banget Sayang, aku sampai pangling. " katanya meledek saya sebelum memakaikan cincin di jari saya. Kubalas meledeknya tidak nih?

"Kamu juga, tampan Brian. Saya pangling. " bisikku pada telinga Brian yang membuat telinganya memerah.

Dia memukul pelan bahuku dengan wajah malu-malu dan membuat perhatian semua orang tertuju pada kami.

"Aku jadi mau cepat-cepat bawa kamu ke kamar deh Sayang, " ucapnya hingga membuat abangku menaikkan alisnya.

"Tahan dulu Bung, gak sabaran banget kayaknya. " Dan pria ini malah menyeringai dengan menampakkan deretan giginya.

Sampai pada akhirnya, acara sungkem yang menguras luar biasa tangisku. Ibu mertuaku juga sudah berubah begitu baik seperti awal saya masuk di dalam rumah Brian. Sama sekali tidak menakutkan seperti terakhir kali bertemu. Acara di gelar sampai sore hari, karena malam harinya saya dan Brian memutuskan langsung mengambil penerbangan ke Bali.

Saya dan Brian tidak mengambil cuti banyak karena kami tidak di izinkan mengambil cuti di akhir tahun. Pekerjaan selalu menumpuk jika akhir tahun menjelang.

Brian sudah mengemas seluruh pakaiannya yang sebelumnya memang sudah di titip di rumahku. Kami tidak ingin menyia-nyiakan cuti yang hanya beberapa hari saja. Setibanya di Bandara, Brian sibuk membawa koper saya dan dirinya. Dan saya hanya di perbolehkan membawa tas kecil.

Selama di perjalanan menuju Bali, Brian terus saja bercerita sampai saya merasa ngantuk. Untuk pertama kalinya, saya tertidur di bahunya. Bukan lagi di bahu pria seorang Brian Kang yang selalu membuat hati saya deg-degan. Tetapi di bahu suami saya yang menunjukkan betapa dia sangat mencintai saya secara tulus.

Perjalanan kami berlangsung beberapa jam. Waktu menunjukkan masih dini hari. Brian yang memiliki kenalan di sana sudah menyewa mobil dan hotel dengan fasilitas yang luar biasa membuat saya bahagia. Kini gantian, giliran Brian yang tertidur di bahu saya. Sebelumnya, dia bertingkah lucu sekali hingga membuat saya merasa mual.

"Honey, your husband wanna sleep right now. Okay?" katanya lalu menaruh kepalanya di bahuku.

Hujan pagi hari ini mengingatkan saya pada hari-hari di mana mata Brian yang menatap saya lalu tersenyum dan pergi. Kala itu, kami tidak sedekat sekarang bahkan memiliki hubungan dengannya.

Saat itu Brian berada di loby, menunggu Ratna, teman satu divisinya. Dan saya, sedang menunggu Daniel untuk berjalan keruang meeting.

Daniel memberi tahu saya saat kami sedang jalan kedalam ruangan.

"Kau kenal dengan Brian Cha?"

"B-Brian? Divisi pajak?"

"Iyalah, kamu pikir Brian mana lagi yang ada di sini?" aku tertawa dan mulai bertanya kenapa.

"Dia terus menanyakan kamu padaku, kupikir kalian dekat. Nyatanya hanya bertepuk sebelah tangan saja. " Daniel mengambil opsinya sendiri yang baru aku mengerti sekarang.

Pria ini juga ternyata, suka padaku.

Awal kami bertemu dia berkata "Hi, saya Brian. Senang bertemu Anda. "

Saya pikir dia bukan manusia, tampannya luar biasa. Dia juga tahu cara sopan santun dengan baik, mulai sejak saat itu. Kutetapkan diri saya menjadi pengagum rahasianya. Sampai takdir Tuhan berkata bahwa, saya berjodoh dengannya. Ajaib.

Brian memeluk saya setibanya kami di hotel. Dia bilang merindukan saya dengan segenap jiwanya. Kami jarang melakukan kontak fisik, Brian bilang dia tidak ingin merusak saya sebelum waktunya. Brian bilang bahwa dia menghargai saya sebagai wanitanya.

Dia terus saja tersenyum menatap mata saya yang sudah membuat tubuh saya rasanya menengang, saya bahagia memiliki dia di hidup saya.

"Brian, "

"Hm?"

"Sudah cukup! Kau butuh istirahat. "

"Lelahku hilang setelah memelukmu, aku kembali bersemangat. " ujarnya dengan lantang dan berdiri di hadapan saya saat ini.

Brian menyanyikan lagu yang dia nyanyikan untuk melamar saya di kafe saat itu. Dia terus menatap saya dengan mata yang penuh cinta sambil terus bernyanyi dan tangannya fokus pada gitar. Setelah lagu itu selesai, dia menghampiri saya dan memeluk saya erat. Sepertinya dia menangis, saya masih tidak mengerti alasannya.

Saya mengelus punggungnya, lalu dia berkata sambil terbata.

"Ku pikir-hari itu, benar-benar akan kehilangan kamu Clarissa, " katanya lagi meluluhkan hati saya.

"Kau tahu berapa lama saya menunggu hari ini?"

"Maksudmu?"

"Saya menunggu waktu yang lama untuk bersamamu Clarissa, saya mencintai kamu hampir bertahun-tahun lamanya. "

Ketika dia berkata seperti itu, saya sempat terkejut bahkan tidak menyangka. Lalu mengapa sebelum hari di mana kami bekerja, dia selalu bersikap dingin pada perempuan lain? Tidak, termasuk saya juga yang berusaha bersikap ramah.

"Saya menjaga jarak, "

Apakah dia membaca pikiran saya? Padahal saya hanya menatapnya.

"Saya menahan diri untuk tetap bisa memandangmu dari jauh sampai kamu melihat saya. "

"Kau tidak pernah penasaran siapa yang menyiapkan kamu sarapan setiap pagi atau mengirim beberapa barang, atau setidaknya kamu merasa janggal dengan itu?"

"Daniel? Bukankah dia yang melakukan itu semua?" tanyaku yang merasa itulah jawabannya.

"APA?"

"Daniel bilang, dia yang membuat saya sarapan dan lain-lainnya. "

"Astaga pria jalang itu!" kesal Brian menghentakkan kakinya di lantai.

Brian mengambil ponselnya dan menelpon Daniel lalu men-speaker panggilan tersebut.

"Eh!"

"Iya bos? Why?"

"Kampret lo ya! Suka juga ya lo sama istri gue dulu?" Brian berkata tanpa menyaring ucapannya.

Daniel tertawa di ujung sana tanpa merasa bersalah dan membuat saya juga tertawa dengan persahabatan mereka yang cukup unik.

"Lagian lo malah ngumpetin diri, gue sengaja aja kayak gitu. Dia kesem-sem banget sama lo juga Bro, selamat ya.. Gue gak bisa datang, sakit hati. " ledek Daniel dan kini membuat Brian tertawa kecil yang kayaknya merasa menang dari Daniel.

"Oke, gue tutup ya. Makasih udah bantu gue selama ini. "

"Hmm, bawain oleh-oleh buat gue. "

Brian mematikannya dan memandang saya dengan tatapan menggoda. Dia mendekatkan diri dengan malu-malu kearah saya yang menjauhinya lalu menggeser posisi duduk saya.

"Hmm... Jadi sayang, sekarang kan masih dini hari nih, "

"Terus?"

"Can you see what i want?" Dia membelai rambut saya dan menyelipkannya di telinga.

"Lalu?" Brian mematikan lampu kamar dan kau tahu apa yang dia lakukan selanjutnya kan?

******

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang