I Would 4.

100 12 0
                                    

"Achi mencari pacarnya, sejak lama dia memendam rasa padanya.. Achi anak yang malang, ohh.. Di manakah ibunya.. " ini suara Bara ketika kami sedang berada di motor. 

Saya sudah muak mendengarnya yang hampir dia nyanyikan tiap kali kami pulang bersama. Inilah alasannya, saya lebih memilih sakit hati mendengar kegalauan Sungjin di motor, lalu di lanjut leluconnya. Dari pada harus bersama sepupu sekaligus orang menyebalkan ini.

"Chi, Sungjin nelpon gue nih. " katanya saat memberhentikan motorrnya karena suara telpon.

"Kirain si Tante, udah gak usah di angkat. Gue mau buru-buru sampai rumah, "

"Siapa tahu penting. "

Saya memundurkan jarak, enggan untuk mendengar pembicaraan mereka. Lalu menit berikutnya Bara menoleh pada saya yang terkejut karena dia terlihat sangat kaget.

"Gue turunin di sini serius? Nanti kalau dia ngamuk gimana Sung?" ucap Bara yang masih saja mengajak saya bicara lewat matanya.

"Apaansi Bar?"

"Hmm... Achi, anak yang malang... Kayaknya gue ada urusan nih sama Sungjin dan kawan-kawanku. "

"Terus lo di minta buat turunin gue di sini dengan kondisi udah mau maghrib, awannya mendung? Tanpa mikirin resikonya entar gue di culik atau nggak gue ketabrak gitu?"

"BARA YANG BENER AJA SIH!!"

"Lima menit, okay. Lima menit gue balik lagi kesini. Lo tunggu halte yang di sana, gimana?"

"Bunda gue mau jemput kerumah lo Bara, jahat banget sih. " saya mulai kesal.

Bara diam, lalu karena tak tega. Dia mengantar saya dulu kerumahnya dengan segala kekesalan yang sudah memuncak di diri saya. Hingga sesaat sampai di depan gerbang rumah kami, saya baru tahu alasan Bara ingin berbuat jahat pada sepupunya sendiri.

"Bara, Achi, " kata Sungjin terkejut.

Saya tertawa sambil menatap remeh pada Sungjin. Dia ingin membuat kejutan untuk saya.

"Bunda... " saya mengabaikan Sungjin dan berlari menuju kearah wanita paling saya sayangi yang sedang menatap heran pada dua lelaki di depannya.

"Pacarmu Chi?"

"Iya Tante, kenalin, saya Sungjin. "

"Bercanda mulu nih, maaf yaa Bunda. Temen Bara emang suka gitu, "

"Gak, beneran jadian kok Bar. Mohon dukungannya, " Sungjin malah menepuk bahu Bara yang sedang terlihat bingung.

Bahkan saya tak bisa berkutik, Sungjin tak bicara apa-apa setelah pengakuannya di taman. Jadi, sejak kapan kami menjadi sepasang kekasih?

Dia tidak sedang mempermainkan saya kan?

"Terus, ini apa bawa-bawa kue? Achi gak ganti tanggal ulang tahun kan?"

Bundaku...
Si sayangku yang sangat kusayangi...

"Bundanya Achi, aku boleh panggil Bunda juga gak?"

"Boleh, buat pacarnya Achi mah boleh kok. Ya kan Nak?"

Aku diam, menatap sebal kearah Bundaku yang sebenarnya tahu bagaimana keadaanku dengan si Sungjin ini.

Bunda menyuruh kami masuk kedalam rumah, memanggil ibunya Bara dan mereka menyiapkan semua makanan yang ada di dalam dapur untuk kami santap di ruang tamu.

Sungjin mendekatkan dirinya kearah dapur dan menyerahkan kue yang sempat dia beli pada orang tua saya dan Bara.

Bahkan saya dan Bara hanya bisa menatap heran pada pria yang tiba-tiba saja bisa akrab dengan mereka.

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang