I Would.

303 17 0
                                    

Bertahun-tahun telah saya hapus namanya bahkan saat kenangan indah yang terngiang begitu saja secara mendadak.

Logika sering sekali meminta untuk berontak dan melakukan hal lain yang meminta untuk kembali padanya yang sangat mengindahkan masa putih abu-abu saya yang suram.

Lewat senyumannya selama tiga tahun saya bertahan dengan banyak luka, dan akhirnya pria itu juga ikut pergi bersama luka lain yang terbuka.

Kebahagiaan lain yang saya dapat lewat pria ini adalah, terlihat bagaimana dia bisa membuat saya tertawa di dalam setiap moment kami yang tak terdengar spesial sama sekali.

Menurutnya, cara ini adalah yang terbaik.
Bagi saya tidak.
Tapi mau bagaimana lagi?

"Saya tidak bisa menarik waktu untuk kembali lagi, "

Itulah yang terus saja terucap bahkan saat-saat siksaan rindu datang.

Kau mungkin akan bertanya bagaimana dengan pria lain yang berusaha membuka hati saya? Jawabannya...

Tidak ada.
Tidak ada yang bisa mengetuk pintu hati saya seindah dia. Dan ketika hati ini mencoba membiarkan ruang lain terisi, saya hanya terus saja menyiksa diri untuk terua membandingkan pria lain dengannya.

Saya budak dari cinta yang tak terbalas? Mungkin benar.

Tapi bagi saya, ada makna lain yang tidak saya mengerti akhirnya.

"Ke promnight sama siapa? Bara ya?"

"Enggak, sendiri aja sih kayaknya. "

"Kalau sama gue? Mau?"

"Tamara gak di ajak?"

"Gak, kan gak boleh bawa adik kelas bukannya Chi?"

Betapa saya ingin menyerah hari itu, tapi saya mengalah dan membiarkan wanita lain masuk untukmu. Hebatkan?

Kau tak tahu itu, sebelum kau merasakan ketulusan yang akhirnya bukan malah saya balas.

Karena sebelum masa itu terjadi, ada banyak luka yang saya buat sendiri dan mengorbankan kamu yang tidak tahu akan hal apapun.

*****

Suara berisik para siswa-siswi mendengar berita bahwa anak kelas sepuluh yang baru saja masuk satu bulan masa pembelajarannya, sudah membuat masalah dengan melibatkan guru.

Termasuk saya yang tak tahu menahu dan di ajak nimbrung menuju lapangan menyaksikan hukuman bagi si pembuat onar itu.

"Heh, jangan diam aja Chi! Itu cowok yang lo maksud kan?" tanya Bara di samping saya.

Dia tahu, saya terpincut oleh pesona pria berwajah dingin dan banyak misteri ini sejak hari pertama sekolah.

"Bar, ayolah. Jangan hebring begitu. Gue biasa-biasa aja. "

"Lo gak inget apa yang lo ceritain pas kita sekelas sama dia?"

Bara langsung mengulang ucapan yang terlontar dari mulut saya ketika melihat deretan nama yang tercantum berjejeran antara saya dan pria yang sedang membersihkan tiang bendera ini.

Aneh bukan?

Akan kuceritakan bagaimana dia bisa menerima hukuman itu secara tiba-tiba.

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang