Sejak saya di rumah Brian selalu menyempatkan pulang makan siang. Kantornya memang tidak jauh dari rumah, hanya menempuh perjalanan lima belas sampai dua puluh menit. Sengaja memilih perumahan terdekat karena Brian bilang, dia harus menjadi suami siaga jika saya butuhkan nantinya.
Brian sudah tidak lagi bertanya macam-macam soal alasan saya keluar. Saya juga menyibukkan diri dengan menggeluti lagi hobi saya yang dulu sering menulis di blog pribadi. Dengan cara itu, saya bisa berbagi kebahagiaan dengan yang lain melalui cerita saya. Brian tidak melarang, karena dia tahu.
Beberapa hari belakangan ini, saya merasa tidak enak badan dan terpaksa menelpon Brian yang sedang bekerja. Saya tidak kuat sendiri di rumah.
"Aku masih banyak kerjaan sayang, gimana ya?" dia cemas di ujung sana tetapi saya juga tidak bisa egois dengan diri saya sendiri.
Lalu saya mematikan telpon itu dan mencoba menidurkan badan selama setengah jam. Namun kepala saya semakin berat jika di bawa bangun untuk bediri.
"Kamu gak lembur kan?" kataku lagi di telpon.
"Sayang iya gak lembur ko, aku lagi mau pulang nih. Kamu sabar ya, " jawabnya lalu menutup telpon. Aku menunggunya di kamar, meminta bantuan Bu Inah untuk membereskan rumah.
Brian datang lima belas menit kemudian, dia mengecek keadaan tubuhku yang katanya sudah demam dan wajahku yang pucat. Lalu dia menelpon kakak sepupunya yang bekerja sebagai dokter untuk datang kerumah.
Setelah sejam kami menunggu, kakaknya datang. Dia memeriksa ku di samping Brian, dan tersenyum setelah itu. Apakah ini pertanda baik untuk kami?
"Kayaknya Sean sama Senna mau punya adik nih, " katanya menyebut nama anak kembarnya.
"Selamat Bapak Brian, anda berbuah manis setelah menunggu lama. " lanjutnya membuat tangisan haru untuk kami. Akhirnya setelah setahun lebih, Allah titipkan kami kepercayaan yang luar biasa ini.
Brian mengantarkan kakak sepupunya keluar, saya juga ikut bersamanya.
"Ingat ya, jangan di kasih capek loh Clarissa-nya. Kamu juga harus USG kerumah sakit. Saya gak mau kasih harapan palsu sih, tapi kayaknya anak kamu kembar kaya saya, " ucapnya membuat Brian terlihat sangat senang.
"BRIAN INGAT PESAN KAKAK!" ucap wanita itu sekali lagi dan melajukan mobilnya menjauh dari rumah kami.
Brian menggendong saya dengan senangnya, dia mengecup wajah saya berkali-kali sebagai ekspresi bahagianya.
Brian pergi keluar rumah dengan wajah senangnya. Dan saya menunggu di rumah, Bu Inah juga sempat kaget karena beberapa bulan lalu saya meminta dia pulang pergi kesini, tetapi dengan labil saya memintanya lagi untuk stay."Bu, saya senang dengarnya, saya juga lihat gimana ibu melewati semuanya. Semoga dedek bayi dan Ibu baik-baik aja yah. Ibu selalu baik banget ke saya, saya gak tahu harus balas kayak gimana. Saya malu sebenernya bu, " ucap Bu Inah yang membuat saya terkejut. Saya memeluknya sebagai penggant
*****
Aku merengek manja pada Brian, kehamilanku sudah memasuki bulan ke-tiga. Dan mual terus melandaku. Hingga Brian rela meliburkan dirinya karena aku tidak bisa di tinggal olehnya. Walau Bu Inah ada di rumahku.
"Sayang, jangan buat Bunda-nya susah ya... Kasihan tuh mual terus, " lagi-lagi Brian mengajak bayi dalam kandunganku berbicara.
"Di makan tuh sotonya, jangan pakai sambel pokoknya. Aku ambil file dulu di kantor buat di kerjain di rumah. Okay?" Brian akhirnya mengalah dan memilih capek bolak-balik ke kantor.
Bahkan dia rela menuruti kemauanku saat malam, bulan lalu aku memintanya membeli siomay di dekat komplek kami. Tapi waktu menunjukkan hampir jam dua belas malam. Dengan keadaan lelah karena sehabis lembur, Brian berusaha mencarikannya, namun tidak ketemu. Ku kira dia akan mengusahakannya besok hari, saya juga memintanya untuk pulang jika tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI HELLO X DAY6 ✔️
FanfictionKUMPULAN CERITA BERISI IMAGE-IN BAGAIMANA CARA SESEORANG MENEMUKAN CINTANYA DENGAN BERBAGAI MASALAH BERBEDA. DI PERANKAN OLEH MEMBER ENAMHARI YANG MENAMBAH EPIC CERITA INI.