Still 4.

248 31 2
                                    

Dowoon memberi kejutan dengan membuatkanku toko kecil di dekat rumah yang kubeli bersamanya. Dowoon bilang, jika kita sudah berumah tangga, toko ini menjadi sumber hasil keuanganku, sementara dia bekerja di rumah sakit.

Dowoon pindah kerja baru-baru ini. Setelah sebulan dia pindah dari tempat lamanya. Lalu aku masih tetap di sana karena entah kenapa, aku masih belum bisa terlepas dari Apotek yang lama membuatku tertarik.

Pria yang sudah memasuki usia tiga puluh dua tahun ini menepati janjinya, entah kapan kami akan menikah. Yang pasti keluargaku sudah bawel menantikannya. Namun aku masih saja mempertanyakan keseriusan Dowoon.

Aku tidak mau dia menyesali pernikahan keduanya nanti, Dowoon pasti punya traumatik besar setelah pisah bersama Revi. Mendengarnya saja aku merasa resah, akankah aku bisa menjadi istri yang baik baginya? Dan membahagiakannya?

Dia ada di sini, sedang menatapku dan mencium keningku cukup lama di depan rumah.

"Tunggu aku pulang ya, aku balik kesini nanti. Kan rumahku di sini. " katanya sambil memelukku erat.

Semakin hari aku rasanya tidak ingin berpisah dengannya dan ingin cepat-cepat bersamanya dalam satu atap. Tetapi aku harus sabar menunggu Dowoon mengumpulkan pundi uang untuk kami menikah.

*****

Aku tidak mendapat kabar dari Dowoon sampai dua hari ini. Dowoon bilang dia datang ke lokasi sukarelawan dari Rumah Sakitnya ke salah satu negara yang sedang dalam bencana.

Dowoon bilang sebelum pulang dia akan mengabariku. Hingga dua hari belakangan, aku sama sekali tidak bisa menghubunginya.

"Kamu di mana?"

"Kenapa sih sayang? Aku udah di Bandara nih, nanti malam aku jemput ya?" katanya sambil dengan nada tenang. Padahal aku sudah mencemaskannya. Syukurlah kalau dia sampai di Jakarta dengan selamat.

"Kamu di taksi?"

"Iya, nanti aku kabarin lagi ya. Lowbet nih, aku kemarin gak dapat sinyal di sana. Maaf yaa bikin kamu khawatir. "

"Iya, gapapa. Aku ngerti Sayang. "

Tiga jam berikutnya, aku semakin gelisah entah dengan alasan apa. Rasanya ingin cepat bertemu, bahkan tidak bisa menunggu waktu sampai jam pulang kerja.

Dia bilang akan memberiku sebuah kejutan. Itu juga membuatku tidak sabar.

"Dengan Nyonya Feli?" tiba-tiba kudapati telpon yang tidak kukenal.

"Iya? Dari mana?"

"Ini dari Rumah Sakit Kemitraan, kami harus minta persetujuan anda untuk operasi atas nama Tuan Yoon Dowoon, "

Semangatku hilang seketika, bahkan aku sampai tidak kuat berdiri di pijakan tanah.

"Operasi? D-dowoon kenapa Mbak?"

"Beliau korban kecelakaan tabrak lari, kami harus bergerak cepat Mbak, mohon di bantu. Karena dalam dompetnya. Nomor anda adalah daftar pentingnya. "

"Silahkan kalau itu pilihan terbaik Mbak, saya segera kesana dalam lima menit. "

Aku tidak berpikir panjang dan langsung meminta izin pulang, aku menyusulmu Dowoon.
Aku melihat banyak darah di baju bekas yang di berikan perawat padaku. Dia juga memberikan tas, serta dompet Dowoon padaku.

Aku menunggu dengan harapan tinggi, walau beberapa kali di katakan bahwa harapannya hidup tidak ada. Orang tua Dowoon juga ikut merangkulku setibanya di sana. Ibunda Dowoon memelukku dan berusaha membuatku tenang.

HI HELLO X DAY6 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang