Aku berjalan menuju kantin sendirian. Dengan orang-orang yang menatapku heran. Tetapi aku tidak memperdulikan tatapan itu. Aku terus berjalan dan masuk ke dalam kantin yang sedikit ramai.
"Aku pesan bakso dan es teh manis,"kataku.
"Iya."
Tidak menunggu terlalu lama, aku membawa semangkok bakso dan satu gelas es teh manis. Aku menuju ke meja yang belum ditempati oleh orang-orang. Aku duduk dan mulai menikmati makananku.
Selesai makan, aku tidak berlama-lama berada di kantin. Aku segera membayar makanan dan minumanku.
"Berapa?"tanyaku.
"Sepuluh ribu."
Aku mengeluarkan uang lima puluh ribu, dan memberikan pada Ibu yang menjual makanan.
"Ini, kembaliannya ambil saja,"kataku.
"Tapi."
Aku tidak menghiraukan perkataannya, dan kembali berjalan keluar. Aku menuju ke taman belakang untuk sekedar mengistirahatkan otakku.
Aku menatap pemandangan yang ada di taman belakang ini, penuh dengan pohon dan bunga-bunga.
Aku duduk di kursi yang telah disediakan disini.
"Mhm, kok aku tadi gak liat Reno ya? di kantin. Tapi tunggu, ngapain juga aku nyariin tuh cowok gak jelas,"kataku pada diri sendiri.
Sampai ada tiga orang wanita yang berjalan menuju ke arahku. Aku menatap satu orang yang tidak asing bagiku.
"Talia ya?"tanyanya padaku.
"Iya, kamu siapa?"
"Aku Vanesa, masa kamu lupa. Papa kita kan kerja sama dalam dunia bisnis. Dan aku pernah ke rumah kamu beberapa minggu lalu."
"Oh, iya aku ingat,"kataku.
"Oh ya, kenalin ini teman aku,"kata Vanesa memperkenalkan dua sahabatnya.
"Fani."
"Natalia."
"Tasya."
"Natalia."
Vanesa dan dua sahabatnya duduk di sampingku.
"Kamu kelas mana?"tanya Vanesa.
"XII IPA 1, kalo kamu?"
"XII IPA 3."
"Oh."
"Nanti kita pergi jalan-jalan yuk?"ajak Vanesa.
"Kemana?"
"Mall."
"Mhm, iya. Tapi kapan-kapan aja, aku lagi sibuk."
"Oh, oke."
Tidak lama itu, bel masuk berbunyi. Aku, Vanesa dan dua sahabatnya menuju ke kelas. Tetapi sebelum sampai di kelas aku bertemu Reno di jalan.
"Vanesa,"panggil Reno.
Aku menatap Reno yang hanya melihat Vanesa.
"Ngapain lo?"tanya Vanesa sewot.
"Kamu gak bawa mobil kan, gimana kalau nanti aku anterin pulang aja?"tawarnya.
"Gue, dianterin lo pulang? Gak mau, apalagi kalo naik motor jelek lo itu gak banget,"kata Vanesa.
"Talia, aku sama kedua teman aku ke kelas dulu ya,"sambung Vanesa.
"Iya,"jawabku.
Vanesa pergi menuju ke kelasnya. Sekarang aku sedang menatap Reno yang sepertinya sangat sedih. Tetapi karena aku tidak tahu, sebenarnya apa yang terjadi. Jadi aku melangkahkan kaki menuju ke kelas meninggalkan Reno yang sendirian.
Sudah beberapa menit yang lalu, bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku masih menunggu pak Asep yang akan menjemputku.
Dimana sih pak Asep? Kenapa lama banget. Batinku dalam hati.
Aku sudah beberapa kali mengusap keringat di dahi. Sampai tiba-tiba terdengar suara klakson motor.
Tin..tin..tin..
Aku melihat seorang pria yang berhenti di hadapanku dengan motornya. Pria itu membuka helm nya dan ternyata dia adalah Reno.
"Nungguin siapa?"tanya Reno.
Aku menatapnya kesal, walaupun sebenarnya dia tidak membuatku kesal, tetapi entah kenapa setiap melihat wajahnya rasanya aku kesal.
"Kok malah diam, aku lagi nanya lo?"
"Nunggu jemputan, jangan sok perhatian. Sana pulang,"usirku pada Reno.
"Ih, jadi cewek judes banget,"kata Reno.
Reno menghidupkan mesin motornya dan meniggalkanku sendiri. Aku lagi-lagi kesal melihat sikapnya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/171499344-288-k587320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-