Part 13

38 26 4
                                    

Aku berada di perpustakaan bersama Vera. Kami sudah sering bedua, entah sejak kapan. Tetapi hari ini berbeda. Tiba-tiba Reno datang dan berdiri di sampingku. Dia menatapku tersenyum lalu menatap Vera.

"Siapa Ta?"tanyanya.

Aku diam tak mengerti, karena Reno benar-benar tidak tahu kalau dia Vera teman satu kelasnya dulu.

"Ini Vera, yang baisa aku ceritain sama kamu,"ucapku.

"Hay, sepertinya kita pernah bertemu. Talia selalu bilang kalau aku mengenal kamu,"ucap Reno santai.

Dalam hati Vera dia sangat kecewa, ternyata Reno tak mengenalinya bahkan dia benar-benar tak dianggap. Hanya dianggap debu yang sangat kecil sampai tidak terlihat.

"Hay,"ucap Vera pelan.

"Nama aku Reno, mungkin aku benar-benar lupa sama kamu. Karena aku baru pertama ini lihat kamu."

"Iya tidak apa, aku Vera."

Reno tersenyum menatap Vera, lalu menarik lenganku untuk sedikit menjauh dari Vera.

"Ada apa sih Ren?"tanyaku.

"Please, bantu gue lagi. Gue mau minggu ini jalan sama Vanesa, bantuin gue lagi yah. Soalnya gue mau mengungkapkan perasaan gue lagi ke dia. Kali aja dia berubah pikiran dan bakal terima gue,"ucap Reno dengan yakin.

Aku menatap Reno bingung, lantaran aku juga sudah berkata akan membuat Reno dekat dengan Vera bukan Vanesa.

"Ya Ta, bantuin gue lagi,"bujuk Reno.

"Baiklah, gue bantu. Tapi ada syaratnya."

"Iya iya, gue tau syaratnya. Lo mau kerumah gue kan, bakal gue ajakin setiap hari. Nginep dirumah gue sekalian."

Apakah secinta itu Reno dengan Vanesa,batinku.

"Bukan, ini beda lagi,"ucapku seraya menatap Vera dan kembali menatap Reno.

"Apa?"

"Gue mau, lo ajakin Vera jalan malam minggu besoknya lagi."

"Vera, cewek itu,"tunjuk Reno.

Aku mengangguk, Reno tampak berpikir dan akhirnya mengiyakan syaratku.

Saat minggu tiba, Reno kembali jalan bersama Vanesa. Tentu Vanesa akan mau diajak jalan Reno. Karena uang yang Vanesa pakai adalah uangku dan dia juga akan aku traktir di mall. Sama seperti dulu, saat dia jalan bersama Reno.

Reno begitu bahagia saat jalan bersama Vanesa. Di sebuah cafe yang begitu mahal. Reno mengajak Vanesa dan akan mengungkapkan perasaanya. Dia sudah meminta tolong padaku.

Dan akhirnya aku membantu dan bahkan semua uang yg dipakai untuk membayar dan menyewa cafe itu adalah uangku. Entah kenapa aku lebih menyukai membantu orang dengan uang yang aku punya. Toh, karena kedua orang tuaku memberiku uang yang banyak, bahkan tak kan habis hanya aku bagi-bagikan seperti ini.

Di cafe itu Reno dan Vanesa duduk dikursi yang sangat mewah dengan lantunan biola yang dimainkan oleh seorang wanita berambut ikal dengan tubuhnya yang ideal.

"Vanesa,"panggil Reno.

Vanesa menatap Reno dan memberikan senyumnya pada Reno.

Tidak menunggu lama, Reno mengatakan apa yang dia ingin katakan dari tadi.

"Aku suka sama kamu, dulu sekarang dan nanti Vanesa,"ucap Reno.

Vanesa hanya diam.

"Kamu mau kan jadi pacar aku lagi,"sambung Reno.

Vanesa terdiam begitu lama hanya ada suara biola yang mendominasi.

Apa yang akan aku jawab, atau aku terima saja. Agar Talia memberikan aku uang begitu banyak jika aku menyenangkan hati sahabatnya.batin Vanesa.

Sambil sedikit mengembangkan senyumnya Vanesa mengangguk setuju. Reno benar-benar begitu bahagia, akhirnya Vanesa kembali menerimanya.

Semua berubah, saat Reno dan Vanesa sudah berada di rumah masing-masing. Talia dibuat bingung, lantaran Reno menembak Vanesa dan Vanesa menerimanya.

"Gue sudah terima teman lo itu, jadi gue mau lo kasih gue uang dua kali lipat."

"Haa! Kenapa lo terima dia,"ucapku terkejut.

"Ya mana gue tau, gue pikir itu mau lo. Yang jelas, lo harus bayar gue."

"Itu mudah, tapi gue maunya, lo putus sama dia, nanti lo bakal gue kasih uang banyak kalo lo bisa lakukan itu buat gue,"ucapku yakin.

"Baiklah, mudah bagi gue. Selama lo bayar apa yang gue lakuin. Gue bakal nurut kata lo."

"Bagus, gue tutup,"ucapku.

Aku mematikan sambungan lebih dulu karena Vera masuk ke dalam kamarku.

"Telvonan sama siapa Ta?"tanyanya.

"Eh itu, temen Ver."ucapku gugup.

Vera hanya menganggukkan kepala, seolah-olah sangat mempercayaiku. Karena sekarang Vera sedang menginap di tempatku untuk beberapa waktu ke depan.

***

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang