Part 35

7 4 0
                                    


Aku terbangun dari tidurku, segera beranjak menuju dapur untuk meminum air putih. Di dapur terlihat Bi Ayem sedang menyiapkan makan siang malam untukku.

"Kapan mama dan papa pulang bi?"tanyaku padanya.

"Besok atau kalau tidak lusa non,"jawab Bi ayem.

Aku sedikit tersenyum, setidaknya harapanku untuk liburan bersama mereka bisa terjadi. Aku kembali meninggalkan dapur untuk segera mandi dan bersiap-siap untuk makan malam.

Hari ini benar-benar membuatku bingung, karena aku membuat Reno kecewa dengan sikapku. Tetapi tidak tau kenapa aku tidak menyukainya saat dekat dengan Vera. Dan dimana perasaan aku untuk membantunya pacaran. Bahkan sekarang aku sendiri bingung dengan perasaanku sendiri. Aku memberanikan diri untuk menghubungi Reno ingin menjelaskan semuanya. Tetapi sebelum aku mengambil ponselku tiba-tiba ponselku sudah berdering terlebih dahulu.

Apakah itu Reno?pikirku.

Aku melihat nama yang tertera adalah Vera. Aku tampak berpikir dan akhirnya menjawab.

"Halo Ta,"ucapnya di sebrang telvon.

"Halo Ver, ada apa ya?"tanyaku to the point.

"Kamu masih mau bantu aku kan?"tanyanya padaku.

Aku terdiam memikirkan perkataanya, aku sudah berjanji akan membuatnya pacaran dengan Reno tidak mungkin aku mengingkari janji yang aku buat.

"Iya Ver,"jawabku singkat.

"Baguslah kalau begitu, bisa gak minggu ini ajak Reno ke Cafe indah aku akan mengungkapkan perasaanku di sana. Tapi kamu jangan bilang dulu kalau aku yang nyuruh, bilang aja kamu ketemu atau apa gituh sama dia,"jelas Vera panjang lebar.

"Secepat itu Ver?"tanyaku.

"Iya Ta, aku gak mau menghilangkan kesempatan ini. Karena kejadian di Villa Reno menjadi baik dan perhatian mungkin saja dia akan menerima aku."

"Baiklah Ver,"jawabku.

"Terima kasih Ta."

"Iya sama-sama."

"Baiklah akan aku tutup dulu."

"Iya."

Tut tut

Sambungan terputus aku terdiam memikirkan semua itu. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Di satu sisi janji akan terpenuhi jika mereka benar pacaran. Tetapi di sisi lain kenapa hatiku terluka apakah karena aku mulai menyukai Reno. Ini benar-benar di luar dugaanku.

"Talia kamu harus berpegang pada ucapanmu jangan egois,"ucapku meyakinkan diri sendiri.

Tanpa menunggu lama aku menghubungi Reno. Tidak butuh waktu lama, Reno mengangkat telvonku.

"Halo Ren,"ucapku.

"Talia. Kamu gak marah?"tanya Reno tiba-tiba.

Bukanya menyapaku dia malah bertanya apakah aku marah atau tidak. Itu kembali membuatku bimbang, apakah ini keputusan terbaik membuatnya bersama dengan Vera dan bagaimana denganku. Aku membenci perasaanku sendiri.

"Maaf Ren, aku yang salah,"ucapku pelan.

"Kamu gak salah Ta, mungkin kamu lagi gak mood aja. Aku ngerti kok,"ucap Reno.

Lagi-lagi perkataanya membuatku bimbang tetapi aku harus menguatkan hatiku sendiri.

"Hehehe mungkin,"ucapku sedikit tertawa. "Kamu sibuk gak minggu ini?"sambungku.

"Gak kok, ada apa ya?"

"Aku mau ajak kamu ke cafe indah, bisa kan?"

Aku sedikit lama menunggu entah apa yang sedang dilakukan Reno.

"Bisa kok, emang ada apa Ta?"tanyanya.

"Gak ada sih, mau ajak kamu aja,"ucapku lagi.

"Oke kalau gituh, selagi kamu gak marah dan baik-baik saja aku tenang, ohya kaki kamu gimana?"

"Udah gak apa-apa kok Ren, udah malam aku tutup ya."

"Iya Ta, selamat malam."

"Selamat malam Ren."

Aku mematikan sambunganku dan meletakan ponselku di atas nakas. Aku membaringkan tubuhku kemudian menatap langit-langit kamarku.

Kenapa makin kesini aku tidak rela membiarkannya berpacaran dengan orang lain. Seolah hatiku sakit dan tidak terima itu terjadi.

"Talia kamu kenapa? Kamu itu cuman anggap Reno seperti saudara bukan lebih dari itu,"ucapku pada diri sendiri.

Aku benar-benar merasa putus asa sekarang sampai aku tertidur memikirkannya.

Keesokan harinya aku terbangun dan segera mandi. Pagi ini aku akan habiskan di rumah mungkin menonton tv atau membaca novel. Aku segera menuju meja makan dan berharap agar Mama dan papa sudah pulang.

Setiap harinya aku hanya menatap Bi Ayem yang selalu menemaniku dan menyiapkan makanan untukku.

"Bi mama papa udah pulang?"tanyaku untuk kesekian kalinya.

"Belum non, katanya ditunda. Tadi nyonya kabarin bibi bilang lima hari lagi. Jadi mungkin minggu baru bisa pulang,"jelas bi Ayem.

"Apa!"ucapku terkejut. "Kenapa mereka begitu tega padaku, jika minggu ini baru pulang lalu kapan akan mengajkku liburan seninya aku sudah harus sekolah,"sambungku dengan nada kecewa.

"Bibi sudah bilang untuk segera pulang karena non Talia menunggu disini. Tetapi kata Nyonya itu bisa diganti lain hari non, dan pekerjaan ini gak bisa ditunda."

"Selalu itu yang mereka bilang, aku benci."

Aku tidak lagi ada nafsu untuk makan, aku segera kembali ke kamar dan mengunci diri. Aku benar-benar kecewa kenapa mereka selalu memperlakukan aku seperti itu. Mementingkan pekerjaanya dari pada aku. Aku benar-benar membenci itu semua.

****

Typo

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang