Part 28

18 12 0
                                    

Beberapa menit lalu aku baru sarapan bersama Mama dan Papa, sekarang mereka sudah pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku membuka lemari bajuku dan tidaj mendapatkan baju yang ingin aku bawa ke Vila. Akhirnya aku memutuskan untuk ke mall membeli baju baru.

Dengan diantarkan Pak Asep, akhirnya aku sudah sampai di gedung besar tempat aku akan membeli baju baru. Aku masuk ke dalam dan segera menuju ke baju-baju yang tergantung rapih. Tidak menunggu lama aku segera mencari baju yang cocok untukku.

Setelah selesai aku kembali pulang dan akan mengabari Reno serta Vera. Aku akan berangkat ke Vila besok pagi-pagi sekali.

Drat drat drat

Aku menatap layar ponselku, ternyata Vera yang menelvon dan aku segera menjawab.

"Ta,"ucap Vera disebrang telvon.

"Iya Ver, ada apa?"

"Lo bakal buat gue dekat kan sama Reno?"

Aku terdiam dan kembali mengingat perkataanku dulu. Aku pernah berkata bahkan berucap aku berjanji akan membuat Vera dan Reno bersama.

"Ta, lo denger gue kan?"tanya Vera disebrang telvon.

"I,iya Ver. Gue ingat kok, tenang aja. Nanti di Vila gue akan buat lo bisa dekat dengan Reno."

"Makasih ya Ta,"ucapnya bahagia.

"Iya."

Akhirnya sambungan terputus, aku kembali berjalan masuk ke dalam mobil untuk segera pulang ke rumah. Aku menatap gedung-gedung yang aku lewati, sambil sesekali menikmati udara di luar dengan membuka kaca mobil.

"Aku harus bisa buat Vera dan Reno dekat, bahkan berpacaran. Karena itu janjiku,"ucapku pelan.

Setelah sampai di rumah aku segera menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke Vila.

*

Pagi hari yang begitu cerahnya, aku sudah berada di jalan menuju rumah Reno. Dan saat sudah sampai di pekarang rumah Reno aku segera masuk ke dalam rumahnya dengan di sambut oleh Bunda.

"Lia, sudah mau pergi?"tanya Bunda yang mengajakku masuk ke dalam rumah.

"Iya Bun, boleh kan kak Roy dan Reno aku ajak."

"Tentu boleh sayang, malahan Bunda maunya mereka yang jagain kamu,"ucap Bunda.

Aku tersenyum dan menatap Bunda bahagia.

"Hahaha, iya Bun. Pasti Kak Roy bakal jagain aku, kan aku sudah anggap kak Roy kakak kandung aku sendiri,"ucapku.

"Aku juga bisa jagain kamu,"ucap Reno yang baru keluar dari kamarnya.

"Cemburu tuh,"timpal Ayah.

Aku hanya menahan senyum saat melihat Reno menatapku kesal.

"Ngak cemburu kok, tapi sudahlah. Ayok Ta berangkat,"ajak Reno.

"Tunggu, kak Roy mana?"tanyaku.

"Kak Roy sudah bersama teman-temannya, lagian kenapa harus nunggu kak Roy sih,"ucap Reno.

"Ya bukan gituh,"ucapku pelan.

"Yasudah, ayok."

Aku dan Reno berpamitan pada Bunda dan Ayah setelah itu berjalan menuju mobil. Sekarang aku sedang berada di jalan menuju rumah Vera.

"Ren, nanti jangan cuekin Vera ya. Aku minta tolong banget sama kamu,"ucapku memohon.

Reno menatapku iba, lalu tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Janji ya, jangan marah-marahin dia. Kasian tau, dia itu suka sama kamu Ren, tapi kamunya aja gak peka,"ucapku memberitahu.

"Aku tuh peka Ta, tapi aku ngak suka sama dia."

"Ren, tapi dia itu cinta banget sama kamu, hargain persaan cinta dia Ren. Mungkin dia jodoh kamu,"ucapku.

"Alah, kamu itu bicara tentang jodoh. Aku masih belum memikirkan itu, setelah putus dengan Vanesa aku ingin memperbaiki hati dulu Ta. Kamu kan tau gimana sakit hatinya aku."

"Maaf Ren,"ucapku yang kemudian merasa bersalah.

"Iya Ta, ngak apa-apa. Tapi aku mohon jangan bahas soal jodoh atau hubungan, aku masih terlalu terluka, sakit hati, kecewa Ta."

"I iya Ren, maaf ya. Aku ngak akan bahas itu lagi kok,"ucapku meminta maaf.

Belum waktunya aku menyuruh Reno untuk berpacaran dengan Vera, karena dia baru saja terluka,batinku.

Aku begitu merasa bersalah karena mengingat masa lalu Reno yang menyakitkan. Akhirnya aku hanya diam sampai tiba di rumah Vera. Setelah menjemput Vera.

Kami bertiga janjian untuk bertemu dengan Kak Roy di sebuah cafe, sambil sarapan terlebih dahulu sebelum pergi ke Vila.



***


Typo bertebaran dimana-mana.

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang