Beberapa menit yang lalu bel pulang telah berbunyi. Semua siswa siswi keluar dari dalam kelasnya masing-masing. Aku bersama Reno berada di parkiran.
"Harus naik motor ya?"tanyaku pada Reno yang sedang menghidupkan mesin motornya.
"Iyalah Ta, gue nggak punya mobil buat ngajakin lo ke rumah gue,"ucap Reno.
Aku terdiam dan berkali-kali berpikir, karena aku benar-benar tidak berani naik motor. Waktu itu, aku hanya terpaksa menaiki motor Reno.
"Jadi gimana?"tanya Reno saat aku masih diam.
"Tapi gue takut Ren."
"Dari kemarin lo bilangnya takut terus. Udahlah nggak perlu takut, lo pegangan aja."
"Tapi lo ngak bakal ngebut kan Ren,"ucapku dengan nada khawatir.
"Iya tenang aja."
Reno memakaikanku helm dan setelah itu aku menaiki motornya. Aku segera meraih jaket Reno dan memegangnya kuat karena aku benar-benar takut sekali naik motor.
Di perjalanan aku hanya diam tanpa berniat berbicara dengan Reno. Dan sepertinya Reno juga sedang fokus pada jalanan.
"Ta, gue tuh nggak percaya. Lo yang waktu pertama kali datang itu keliatannya judes banget, eh tapi sekarang malah baik tingkat dewa,"puji Reno kemudian.
Aku tersenyum saat melihat wajah Reno dari kaca spion, dan mendengar perkataan Reno.
"Pada dasarnya, gue tuh baik Ren. Lo nya aja, pas gue pertama kali masuk. Manggil gue 'Hey' gue tuh paling nggak suka di panggil kaya gituh,"jelasku pada Reno.
"Ooh, jadi gituh. Tapi makasih banget lo. Gara-gara lo akhirnya gue bisa jalan sama Vanesa. Itu udah lama banget gue tunggu-tunggu."
"Hahaha, iya Ren. Sama-sama,"jawabku tersenyum.
Akhirnya aku dan Reno telah sampai di rumah Reno. Aku turun dari motor dan Reno membantuku melepaskan helmnya.
Aku masuk ke dalam rumah Reno dan ternyata tidak ada siapa-siapa.
"Bunda sama Ayah kemana Ren?"tanyaku pada Reno.
"Masih di toko kayaknya, gue ganti baju dulu. Nanti kita ke toko."
"Oke,"jawabku.
Reno masuk ke dalam kamarnya. Dan aku mengambil ponselku dari saku baju untuk mengabari pak Asep bahwa aku akan pulang sore.
Setelah Reno selesai mengganti bajunya, sekarang aku dan dia menuju toko Bunda dan Ayah.
Tidak butuh waktu lama, karena tempat toko yang tidak terlalu jauh. Akhirnya aku sampai dan masuk ke dalam. Bunda segera menghampiriku dan memelukku.
"Kamu ke sini?"tanya Bunda padaku.
"Hehehe iya Bun, ngak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa lah, ayok sini duduk."
Bunda mengajakku duduk di kursi yang berada di toko ini. Dan ternyata Bunda menjual barang-barang sembako, misalnya mie, beras, gula, minyak sayur, dan lain-lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-