Aku memasuki gedung sekolahku dengan senyum. Melewati koridor demi koridor untuk sampai di kelas. Sesampainya di kelas Reno sudah datang dan tersenyum menatap aku yang baru melangkah masuk dalam kelas dan menghampiri meja.
"Pagi,"sapa Reno.
"Pagi juga Ren,"ucapku.
Aku duduk di sebelah Reno.
"Kemarin kenapa telvonnya dimatiin?"tanyaku setelah duduk.
"Pulsa aku habis,"ucap Reno sambil tertawa.
Aku hanya bisa menahan tawa, karena ternyata Reno mematikan sambungan karena pulsanya habis.
"Hahaha, aku kira kenapa?"
"Terus kenapa kamu ngak telvon balik?"tanya Reno.
"Hehehe, aku ngak berani telvon balik."
"Ngak berani gimana?"tanya Reno seraya mengerutkan kening.
"Ngak berani aja,"ucapku.
"Aneh,"ucap Reno
Aku dan Reno hanya sama-sama tertawa di pagi ini. Seseorang masuk ke dalam kelas. Dia adalah Dani wakil ketua kelasku.
"Tumben lo berdua akur banget,"ucapnya.
"Hahaha, ngak apa-apa dong,"ucapku.
"Iya sih, bagus malah kalo kalian berdua akur gak berantem gituh."
Aku hanya tesenyum dan Reno juga.
Di pagi ini, aku hanya bisa senyum-senyum sendiri. Sampai bel istirahat bebunyi.
"Kamu mau kemana?"tanya Reno.
"Kantin,"ucapku.
"Ooh, yasudah."
"Kamu mau kemana?"
"Aku ke taman belakang."
"Ke kantin aja dulu,"ucapku.
"Ngak deh."
Aku berdiri dan menarik lengan Reno mengajaknya ke kantin.
"Nanti aku yg bayarin,"ucapku seraya berjalan beriringan dengannya masih dengan memegang tangan Reno.
Sesampainya di kantin aku melepaskan tangan Reno dan memesan dua mangkok bakso dan es teh manis.
Sekarang aku dan Reno sedang memakan bakso.
"Ini kamu bayarin kan Ta?"tanya Reno.
"Iya tenang aja."
Saat semuanya telah selesai, kami berdua berada di taman belakang.
"Makasih banyak lo Ta, sudah traktir aku,"ucap Reno
"Iya sama-sama, oh ya kapan kamu ajak aku kerumah kamu lagi?"tanyaku.
Reno terdiam dengan menatapku lama.
Apa Talia menyukaiku? Kenapa dia selalu ingin kerumahku.ucap Reno dalam hati.
"Ren,"panggilku.
"Eh iya."
"Kok malah melamun, gimana kapan aku ke rumah kamu?"
"Hari ini bisa kok, tapi aku ngak bawa motor. Jadi nanti pulang naik angkot."
"Naik taxi aja, nanti aku yg bayarin."
"Ngak perlu Ta, aku ada uang kok buat naik angkot."
"Tapi Ren, aku ngak mau naik angkot,"ucapku.
"Kenapa?"tanya Reno dengan mengerutkan kening.
"Banyak ibu-ibu rempong, aku ngak nyaman."
"Kata siapa? Pulang ini aku bakal ajak kamu naik angkot, seru loh. Kamu bisa dapat pengalam baru,"ucap Reno bersemangat.
"Ngak mau Ren."
"Ayok dong Ta, kita coba dulu."
"Baiklah,"ucapku pasrah.
Pulang sekolah, benar saja Reno mengajakku menaiki angkot. Aku dan Reno naik angkot yang tidak terlalu ramai hanya ada dua penumpang ibu-ibu yang baru pulang dari pasas.
Aku menutup hidungku dengan tisu yang biasa aku bawa. Karena aku tidak kuat mencium bau tidak sedap.
"Ta, jangan tutup hidung kamu, buka aja biasain. Nanti mereka merasa bau kalo kamu begitu,"ucap Reno pelan.
"Tapi Ren, ini bau,"ucapku juga pelan.
"Tahan aja Ta."
Aku menuruti Reno, aku memasukkan tisu ke dalam saku baju dan menatap Reno. Sekilas Reno benar-benar terlihat tampan jika dilihat dari dekat.
"Kenapa Ta?"tanya Reno.
Aku hanya geleng-geleng kepala saat Reno melihatku menatapnya terus.
Sesampainya di rumah Reno aku di ajak ke toko. Karena Bunda dan Ayah tidak ada di rumah.
Di toko aku di ajak Bunda makan, walau sederhana aku menikmatinya. Reno begitu bahagia mempunyi orang tua seperti mereka.
Tiba-tiba berhenti motor ninja di depan toko Bunda. Aku penasaran dan bertanya pada Bunda.
"Siapa Bun?"tanyaku.
"Roy, kakak Reno yaag masih kuliah,"jelas Bunda.
Roy masuk ke dalam dan mencium punggung tangan Bunda.
"Siapa Bun?"tanya Roy.
"Teman adik kamu, namanya Natalia."
"Cantik,"ucap Roy.
Aku hanya diam dengan tersenyum menatap Roy.
"Biasa aja kak,"ucap Reno seraya memberikanku minum, karena aku baru selesai makan bersama Bunda.
"Ngak biasa kok Ren, dia benar-benar cantik."
"Roy, jangan seperti itu. Nanti Lia gak mau lagi kesini,"ucap Bunda.
"Ngak apa-apa kok Bun, niat kak Roy baik kok. Hanya bilang cantik karena aku wanita."ucapku.
"Haahaaa, Cantik karena wanita"ucap Reno sambil tertawa.
Aku menatap Reno kesal karena aku di tertawakan. Tetapi Bunda hanya menyuruhku sabar.
Setelah jam menunjukan pukul lima, aku pulang. Di rumah aku hanya berada di dalam kamar. Karena Mama dan Papa lagi-lagi belum pulang. Aku hanya bisa membaca novel-novel yang baru aku beli.
Sampai akhirnya makan malam tiba, aku makan malam sendirian karena kedua orang tuaku belum pulang. Setelah makan malam aku kembali ke kamar, dan akan segera tertidur.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-