Aku menatap Vera bahagia, karena dia akan pergi dengan Reno malam ini. Dia sudah menyiapkan baju yang sekarang dia pakai. Dres berwarna merah maron yang melekat dengan indah di tubuhnya. Tidak lama itu, akhirnya Reno datang. Aku dan Vera keluar rumah untuk menemui Reno.
"Hay,"sapa Reno.
Aku hanya tersenyum tanpa membalas sapaannya. Sekarang mereka berdua pergi menuju cafe yang tidak terlalu jauh dari rumah. Dengan mengendarai motor kesayangan Reno.
Vera sangat bahagia, akhirnya sudah sekian lama dia ingin jalan bersama Reno tidak pernah terjadi. Tetapi sekarang bisa terjadi, dan itu hanya karenaku.
Tepat pukul 8 malam, akhirnya mereka pulang.Tetapi tidak dengan wajah bahagia yang tadi. Vera hanya diam sambil menundukkan kepala.
Vera masuk ke dalam rumah, sedangakan aku masih bersama Reno diluar.
"Kenapa dia?"tanyaku pada Reno.
"Mana aku tahu, aku bilang kalau aku sudah pacaran sama Vanesa. Terus dia malah diam,"jelas Reno.
"Ngapain lo cerita?"
"Ya, biar ngak salah paham,"ucap Reno.
Aku memukul lengan Reno sedikit keras, membuatnya kesakitan.
"Ih kenapa sih Ta?"
"Ya seharusnya lo jangan bilang seperti itu,"ucapku.
"Terus gimana? Gue ngak mau aja dia salah paham. Nanti dia pikir gue suka sama dia."
"Dasar! sudah sana pulang,"usirku.
"Siapa juga yang mau lama-lama disini,"ucap Reno seraya menghidupkan motornya dan pergi meninggalkan pekarangan rumahku.
Aku masuk ke dalam rumah dan melihat Vera berada di ruang tv. Sedang menonton tv, tetapi bukan dia yang menonton. Melainkan tv yang menontonnya. Vera hanya diam melamun, mungkin masih memikirkan tentang Reno.
Heran aja, cowok seperti Reno disukai sama Vera,batinku.
Aku menghampiri Vera dan duduk di sampingnya. Dia tidak mengetahui keberadaanku, karena terlalu sibuk melamun. Akhirnya aku menyentuh bahunya, dan dia menatapku.
"Kenapa Ver?"tanyaku.
"Ngak apa-apa,"jawab Vera.
Aku merasa sangat kasihan melihat Vera sedih. Aku tidak sabar menunggu saatnya tiba, dimana Vanesa memutuskan Reno dan membuat Reno sadar bahwa Vera sangat mencintainya.
"Sudah malam, tidur yuk. Besok kita joging,"ajakku.
Vera hanya mengangguk, dan kami pun masuk ke dalam kamar untuk tidur.
Paginya masih sama, Vera hanya diam tanpa berkata apapun. Aku yang melihat sangat sedih karena Vera begitu terluka.
"Ver, makan dulu."
Vera hanya mengangguk tanpa menjawab perkataanku. Selesai makan kami berdua akan joging.
Kami berada di sebuah gang perumahanku. Banyak orang-orang yang berlalu lalang dan bahkan ada juga yang sama sepertiku, joging bersama teman, pacar, atau keluarga. Vera masih diam tanpa ada niat untuk cerita atau apa.
Aku memberikan minuman dingin di lengannya, yang membuat dia kedinginan dan menatapku.
"Dingin Ta,"ucapnya kemudian.
Sudah dari tadi aku menunggunya bicara, dan akhirnya dia bicara walau hanya karena sebuah es.
"Kenapa sih diam aja, cerita kalau ada masalah."
"Hehe, ngak ada yang perlu diceritakan kok Ta, tenang aja,"ucap Vera seraya tersenyum.
Aku sedikit lega, setidaknya Vera bisa tersenyum.
"Oh, kalau ada masalah jangan ragu buat cerita, aku bisa jadi pendengar yang baik."
"Iya Ta, makasih. Oh ya, Orang tua kamu kapan pulang?"
"Ngak tau juga, mungkin dua minggu lagi,"ucapku masih kurang yakin. "Kenapa emang?"sambungku.
"Ya ngak, aku kan mau pulang kerumah. Sudah kangen sama Ibu dan adik-adikku."
"Maaf ya, sudah misahin kamu sama kelurga."
"Ngak kok Ta, kan aku sudah jadi teman kamu. Sebagai teman yang baik, aku harus temanin teman aku yang lagi kesepian."
"Makasih ya Ver,"ucapku.
Aku memeluk Vera, akhirnya Vera tidak seperti tadi. Aku kembali bahagia walau tadinya sedih juga. Setidaknya Vera tidak memikirkan Reno dulu. Tetapi aku akan selalu ingat kataku untuk membuat Reno dan Vera berpacaran, tidak tahu bagaimana caranya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-