Sudah beberapa menit yang lalu bel pulang berbunyi, aku masih berada di depan gerbang sekolah. Menunggu Pak Asep yang belum juga datang. Masih dalam keadaan malas menunggu, Reno datang dengan motornya.
"Nunggu siapa neng,"ucap Reno.
"Orang bang,"jawabku.
"Ikut abang aja yuk, gratis buat neng. Ngak bayar, mungkin kalau bayar ngak mahal."
"Hahha, ngak perlu Ren. Bentar lagi Pak Asep datang kok."
"Kalau ngak datang?"
"Bisa naik taxi,"ucapku.
"Aku antar aja,"ucap Reno memaksa.
Aku terdiam beberapa menit lalu tiba-tiba Reno menarik lenganku dan menyuruhku naik ke motornya.
"Ngak perlu maksa gini Ren,"ucapku kesal.
"Kalau ngak di paksa kamu ngak bakal mau ikut, oh ya main kerumah aku aja dulu,"tawarnya.
"Boleh sih kalau itu, ketemu Bunda dan Ayah kan?"
"Iya."
Reno menghidupankan motornya dan menjalankannya. Aku berpegangan pada jaket yang dia kenakan.
"Kenapa Talia dekat sekali dengan Reno, apa mereka mempunyai hubungan khusus?"ucap Vera yang berada di balik gerbang.
Aku sudah sampai di rumah Reno dan ternyata Bunda ada di rumah.
"Lia main ke rumah Bunda?"
"Iya Bun,"ucapku.
"Kenapa ngka bilang sih, Bunda ngak masak makanan enak nih."
"Hahaha, ngak juga kok Bun, karena semua masakan Bunda kan enak,"ucapku seraya duduk di sofa.
"Bisa saja kamu, yasudah yuk ikut Bunda."
Aku meletakkan tasku di sofa, dan ikut Bunda menuju dapur. Bunda memasak telor ceplok dan tumis kangnkung.
"Sepertinya ini enak banget lo Bun,"pujiku.
"Kamu nih bisa saja, kamu tunggu di meja makan. Bunda akan siapin dulu."
"Aku bantuin Bunda,"ucapku seraya mengambil alih piring yang berisi telor ceplok dari tangan Bunda.
Aku membawa telor ceplok ke meja makan dan bersamaan itu Ayah datang dan langsng duduk.
"Mantu idaman Ayah sudah ada di sini saja, rajin banget lagi,"ucap Ayah.
"Ayah bisa saja,"ucapku sambil tersenyum.
"Ayah memang bisa, mantu ayah yang cantik ini memang rajin,"ucap Roy yang juga datang.
"Tumben kamu sudah pulang Roy,"ucap Bunda yang sudah berada di belakangku.
"Aku punya firasat bakal ada calon istri di rumah, jadi aku pulang cepat,"rayu Roy.
"Ngak usah lebay kak,"timbal Reno yang tiba-tiba muncul.
"Mulai deh, mau ribut lagi,"ucap Ayah.
"Sudah sudah, ayok kita makan siang bersama,"ucap Bunda yang mulai menyiapkan piring.
Aku begitu bahagia berada di rumah Reno, banyak sekali orang yang membuatku nyaman. Apalagi perhatian Bunda, tetapi sayang aku tidak bisa lama karena harus pulang ke rumah.
Seperti biasa, di rumah sangat sepi, Mama dan Papa lagi lagi belum pulang. Aku masuk kedalam kamar dan mandi, setelah itu kembali melanjutkan membaca novel.
Malam harinya, Mama dan Papa pulang juga. Mereka sudah berada di meja makan, dan aku turun ikut gabung.
"Sudah selesai Pa Ma pekerjaannya,"ucapku membuka topik.
"Iya sayang, capek banget rasanya,"ucap Papa seraya meminum teh hangat.
Aku hanya teesenyum menatap mereka berdua bergantian, walau mereka jarang dirumah. Aku tetap menyayanginya, sangat sayang pada keduanya.
Tanpa mereka aku tidak mungkin ada di dunia, walau kasih sayang mereka tidak pernah di tunjukan lagi padaku semenjak 4 tahun silam. Tetapi aku berusaha untuk tegar dan bersikap dewasa. Bahwa mereka bekerja untuk aku juga, anak satu-satunya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-