Aku berada di kamarku, sendirian. Selalu begitu setiap harinya, di lalui dengan kesendirian. Karena Mama dan Papa sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Aku kembali mengingat tentang Reno yang meminta tolong padaku. Aku berpikir sejenak, apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku mendapatkan sebuah ide. Ku telvon Vanesa. Tak butuh waktu lama, karena dia segera mengangkatnya.
"Halo Talia,"ucapnya lebih dulu.
"Halo,"jawabku.
"Ada apa?"tanyanya padaku.
"Gue mau ngajakin lo ketemuan, tapi berdua aja,"jelasku.
"Oke, dimana?"
"Nanti gue kirim alamatnya."
"Oke Ta,"ucapnya lagi.
Kemudian aku mematikan sambungannya. Aku segera bersiap-siap untuk menemuinya nanti.
***
Malam ini, aku kembali makan malam sendirian. Mama dan Papa belum juga pulang dari kantor. Rasanya jika setiap hari seperti ini, aku akan merasa sangat kesepian. Bi Ayem menghampiriku saat aku selesai makan dan berada di ruang tv.
"Non,"panggilnya.
Aku menatapnya lama, dia yang selalu ada untukku. Setiap harinya, menyiapkan aku makan pagi, siang, dan malam. Selalu menanyakan kabarku bagaimana di sekolah. Seandainya saja bi Ayem itu Ibuku. Mungkin aku bahagia, memiliki keluarga yang selalu memperhatikanku.
"Ada apa bi?"tanyaku kemudian.
"Ponsel non berbunyi,"ucap bi Ayem seraya memberikan ponselku.
"Bibi dapat dari mana?"
"Tadi ketinggalan di meja makan."
"Ooh, baiklah. Terimakasih bi,"ucapku.
"Iya non."
Kemudian Bi Ayem kembali menuju ke dapur. Aku membuka ponselku dan melihat lima panggilan tak terjawab dari Reno.
Ngapain yah, dia nelvon aku.batinku dalam hati.
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menelvonya lebih dulu. Tak butuh waktu lama, dia langsung mengangkatnya.
"Makasih Ta, makasih,"ucapnya bahagia.
"Maksudnya?"tanyaku tak mengerti.
"Ini pasti karena kamu. Tau nggak? Tadi Vanesa telvon aku terus hari minggu ngajakin aku jalan, dia akhirnya mau nerima aku Ta,"jelas Reno bahagia.
"Ooh, bagus kalau gituh. Tapi lo gak lupa janji lo kan?"
"Iya iya, kapan lo mau kerumah gue Ta?"tanyanya.
"Besok gimana?"
"Oke, besok lo kerumah gue,"ucap Reno.
"Udah dulu ya Ta, gue ada urusan. Bay bay."sambung Reno.
Tut... tut....
Sambungan terputus, aku meletakan ponselku di meja. Dan kembali menatap kelayar kaca. Menonton acara di tv.
Semoga saja, Vanesa tidak mengecewakan Reno.batinku lagi.
***
Paginya, aku sudah berada di dalam kelasku. Menatap orang-orang yang masuk dan keluar kelas. Sampai akhirnya yang ku tunggu datang. Vanesa menghampiriku sendirian tanpa kedua temanya.
"Gue undah ngajakin Reno jalan minggu ini,"jelas Vanesa padaku.
"Bagus,"jawabku.
"Lo gak lupa kan, bakal traktir gue ke mall?"tanyanya padaku.
"Iya gue ngak bakal lupa,"jawabku lagi.
"Oke, gue ke kelas ya Ta,"pamitnya.
"Siip,"jawabku.
Vanesa membalikan badanya keluar dari kelasku. Dan saat dia keluar, di situlah Reno masuk. Mereka saling tatap dan Vanesa memberikan senyumannya kepada Reno. Setelah itu berjalan keluar.
Reno segera menghampiriku dan duduk di sampingku.
"Lo liat kan Ta tadi. Dia senyum sama gue Ta, dia senyum,"ucap Reno bahagia.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Sampai bel masuk, Reno pun berhenti berbicara.
"Hari ini lo bakal ajak gue kerumah kan?"tanyaku.
"Iya Ta. Tenang aja, itu mudah bagi gue,"ucapnya.
Kelihatanya, Reno sangat bahagia sekali bisa dekat dengan Vanesa. Aku penasaran sudah berapa lama dia mencintai Vanesa.batinku dalam hati.
Aku hanya diam tak ada niat untuk berbicara apa-apa. Sampai bel istirahat berbunyi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan
Romance*Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu bukan jodohku* -Natalia Franssiska Ayu-