Part 3

89 72 31
                                    

Langit yang tadinya cerah tiba-tiba menjadi mendung. Aku menatap penuh kekecewaan. Apalagi aku juga belum pulang, karena sudah dari tadi pak Asep belum juga menjemputku. Ingin naik taxi, tetapi tidak ada taxi yang lewat. Hanya ada beberapa angkot yang berlalu lalang. Tetapi aku tidak mau naik angkot, karena menurutku itu hal yang sangat bodoh untuk aku lakukan.

Menaiki angkot yang penuh dengan penumpang ibu-ibu rempong itu sangat menjengkelkan.

Aku kembali menatap langit yang mulai tertutupi dengan awan hitam. Detik berikutnya, tetes demi tetes air hujan turun. Membasahi seragamku, aku menatap kesal pada air hujan. Aku menutupi kepalaku dengan tas yang aku angkat.

"Gimana sih pak Asep, dari tadi gak jemput-jemput. Jadi kehujanan gini kan aku,"kataku pada diri sendiri.

Aku menatap seragamku yang sudah basah kuyup karena hujan semakin deras. Dan disitulah Reno tiba-tiba datang kembali.

"Ayok ikut aku, hujannya makin deras nih,"ajaknya.

"Gak mau,"tolakku. "Naik motor?? aku gak pernah naik motor. Nanti kalo jatuh gimana?"sambungku lagi.

"Dari pada kamu kehujanan, ayok naik aja. Gak bakal jatuh kok, kamu pegangan aja?"

"Benar ya tapi,"kataku.

"Iya, ayok naik. Hujannya makin deras."

"Iya iya,"jawabku.

Aku menaiki motor Reno dan memegang jaket yang dipakai Reno. Beberapa menit berlalu, Reno berhenti di sebuah rumah sederhana.

"Ngapain berhenti? Di rumah kaya gini lagi, pasti kamu mau berbuat jahat sama aku,"kataku dengan nada takut.

"Hujannya deras banget, kalo aku nganterin kamu pulang sampai rumah. Bisa-bisa besok kamu gak sekolah karena sakit,"jelas Reno.

"Terus, ngapain kamu berhenti disini?"

"Ini rumah aku, ayok masuk,"ajak Reno.

Aku turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah Reno. Aku menatap keadaan di dalam rumah. Sangat sederhana, tetapi saat pertama sekali masuk ke dalam, aku langsung merasakan ketenangan di dalamnya.

"Asalamualaikum, Bunda, Ayah,"kata Reno.

Aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Dan sepertinya ruang tamu di gabung dengan ruang tv, karena aku juga melihat ada tv disini.

"Kamu tunggu di sini dulu ya?"

"Mhm iya,"jawabku.

Reno masuk ke dalam kamarnya. Aku masih menatap semua peralatan yang ada di sini. Sampai keluar seorang pria dan wanita.

"Kamu siapa?"

"Mhm, aku Talia tante. Teman sekolahnya Reno,"jawabku.

"Reno!! Reno!!"teriak Ibu Reno.

Reno keluar dan menghampiriku dan orang tuanya.

"Ada apa Bunda?"tanyanya.

"Kamu ngajakin teman kamu kesini?"

"Iya Bunda, gak apa-apa kan. Soalnya hujan di luar deras banget."

"Gak apa-apa, Bunda malah sangat senang. Akhirnya ada seorang wanita juga mau main ke rumah Bunda. Kamu tunggu di sini ya? Bunda buatin teh hangat dan ngambil baju buat kamu, soalnya seragam kamu basah."

"Mhm, gak perlu tante."

"Ah, Jangan panggil tante sayang, panggil Bunda aja terus panggil Ayah juga ke suami Bunda."

"Mhm, iya,"jawabku.

"Ayah, Bunda mau ke dapur dulu. Ayah temani Talia dulu ya?"

"Iya Bunda,"jawab Ayah.

Bunda masuk ke dalam dapur, membuat teh hangat untuk aku. Dan Bunda juga mencari baju yang cocok untukku.

Bunda keluar dengan teh yang dibawanya dan juga baju.

Aku menatapnya senang, melihat Bunda yang rasanya sangat bahagia aku bisa kesini.

***

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang