Part 36

6 4 1
                                    

Hari terus berlalu, walau aku berlarut dalam kesedihan tetapi tidak ada yang peduli. Pernah sekali aku menolvon mama untuk menyuruhya pulang tetapi itu semua sia-sia dia bilang masih ada hari lain dan malah berkata padaku jangan terlalu manja. Apa yang dinamakan manja, bahkan sudah lama aku tidak pernah dimanjakan oleh mereka dan sekarang mereka bilang aku terlalu manja. Aku benar-benar membencinya sekarang.

Walau aku tidak ada lagi niat untuk kemana-mana tetapi janji tetaplah janji aku akan bertemu dengan Reno di cafe indah mungkin dia sudah menungguku sepuluh menit yang lalu karena aku yang memang sedikit mengulur waktu. Dan benar saja saat aku tidak di cafe indah, dia sudah menunggu sambil memainkan ponselnya. Aku menghampirinya.

"Talia,"ucapnya.

Aku duduk di kursi yang bersebelahan dengannya.

"Sudah lama aku gak ketemu kamu."

"Baru beberapa hari Ren,"ucapku.

"Tapi rasanya udah lama banget Ta."

Aku hanya sedikit tertawa.

"Ohya kamu mau ngapain ajak aku ketemu?"tanyanya.

"Ren, aku pernah bilang kan ke kamu kalo Vera itu suka sama kamu,"ucapku.

"Iya, kenapa?"

"Kamu suka juga sama dia?"tanyaku.

"Suka, apa yang sedang kamu bilang Ta. Aku gak pernah suka sama dia,"ucap Reno. "Dan stop bicarain masalah hubungan aku Ta."sambungnya.

"Tapi Ren,"ucapku.

"Sudahlah, aku gak mau denger. Kita bahas yang lain aja."

Bagaimana aku buat dia pacaran dengan Vera.batinku.

"Tapi Ren, kamu gak inget di Villa dia nolongin kamu."

"Itu hanya sebuah kebaikan yang dia lakukan buat aku. Dan aku juga udah membalasnya dengan sebuah perhatian agar dia cepat sembuh sudah itu aja, gak lebih,"jelas Reno.

Ada rasa senang saat Reno mengatakannya, tetapi ada juga rasa egois jika aku mementingkan perasaanku sendiri. Seolah aky ingin mengingkari semua janji-janji yang aku buat.

Tidak lama itu, Vera datang dengan sebuah gaun yang begitu pas di tubuhnya dan make up yang pas diwajahnya, dia terlihat begitu cantik.

"Kamu ajak dia kesini?"tanya Reno padaku.

Aku tidak menjawab pertanyaanya hanya bisa terdiam. Vera menghampiri keberadaanku dan duduk dikursi yang dekat dengan Reno.

"Hai,"sapanya padaku dan Reno.

Reno menjawab dengan senyuman begitupun denganku.

"Kamu udah sembuh?"tanya Reno.

"Iya,"jawab Vera.

"Baguslah."

Vera tersenyum kemudian menatap kearahku dan kearah Reno.

"Mhm.. ada yang mau bilang sama kamu Ren,"ucapnya.

Aku hanya terdiam menyaksikan ini semua, karena pada kenyataanya aku harus bisa mengikhlaskan semua ini agar janjiku terpenuhi.

"Apa?"tanya Reno.

"Aku suka sama kamu,"ucapnya.

Deg

Bukan jantung Reno tetapi jantungku, rasanya aku tidak kuat melihat ini semua. Tetapi aku akan selalu berusaha menguatkan hatiku untuk melihat semua ini, agar aku bisa menjadi saksi cinta mereka.

Reno sedikit terkejut hanya diam sampai aku memanggil namanya.

"Reno,"ucapku.

Dia tersadar dan kembali menatap Vera dan aku bergantian karena dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku suka kamu Ren, apakah kamu mau jadi pacar aku?"ucap Vera lagi mengulang ucapannya tadi.

"Vera, maaf mungkin ini bukan jawaban yang mau kamu dengar. Tetapi aku gak bisa terima kamu."ucap Reno kemudian.

Aku terkejut dengan apa yang diucapkan Reno apakah dia yakin dengan perkataanya.

"Kenapa Ren, aku begitu mencintaimu kenapa kamu gak bisa jadi pacar aku. Apa alasanya apakah karena masa lalu?"

"Bukan, bukan karena masa lalu tetapi karena Talia,"ucap Reno menatapku.

Dan lagi-lagi aku hanya bisa terkejut.

"A aku,"ucapku terbata.

"Iya, aku suka sama Talia bukan kamu Ver. Maaf kalo perhatianku membuatmu salah faham."ucap Reno.

Aku memang bahagia mendengarnya tetapi aku juga tidak bisa bahagia begitu saja karena bagaimana dengan perasaan Vera.

Vera benar-benar terluka dengan ucapan Reno dia berlari keluar cafe aku pun mengikutinya dia sudah berada di jalan yang sedang banyak sekali pengendara lewat sampai aku melihat mobil yang begitu kencang menuju kearahnya dengan langkah cepat aku berlari kearahnya dan mendoronya sekuat tenaga sampai suara itu terdengar.

Brak!

Aku tidak tahu apa aku bisa melihat dunia ini lagi nantinya. Reno melihat kejadian tersebut segera berlari kearahku dan juga Vera yang bangkit dari jatuhnya dan mendekatiku. Aku menatap keduanya dengan air mata yang sudah memabasahi pipiku. Karena aku masih sadar kan diri.

"Maaf Ver, aku tidak pernah bermasksud mengingkari janjiku, dan kamu Ren maaf aku tak pernah ingin menyakitmu,"ucapku kemudian tidak sadarkan diri.

"Ta, bangun Ta, Talia..!"teriak Reno.


***

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang