6

200 8 0
                                    

Pagi ini aku bangun dan langsung mengambil Handuk yang tergantung di kapstok kamarku. Aku rasa ada yang aneh dengan rumahku. Karena semua yang aku lihat serasa bergerak dan mengelilingiku. Dan aku pula merasa jika badanku panas dan tenggorokanku terasa kering.

Aku berjalan gontai menuju kamar mandi namun aku berniat menyapa mama terlebih dahulu.

"Mama.." aku memanggil mamaku dengan suara sedikit serak. Dan aku merasa ada yang aneh di hidungku. Aku merasa ada cairan yang keluar.

Gedebushh....!!!

"Ya Allah kakak,!! Yaa... Yahya!!!!! Cepet kesini  kakak kamu kenapa yahya!!!! Ya allah.. hiksss."

"Ada apa ma? Ya allah kakak,!!!"

Yahya's pov

Pagi ini aku telah melaksanakan kewajibanku. Hari ini aku tak Sholat di masjid karena semalam aku tau jika badan kakak itu panas meski kakak tak memberitahu ku. Dan benar saja aku ingin merapikan tempat sholat namun mama memanggilku dengan suara yang sangat panik. Aku langsung berlari dan ku jumpai kak Zahra yang tergeletak di samping kursi meja makan dengan hidung yang mimisan, wajah pucat dan tubuh yang panas.

Mama menangis tak hentinya. Mama langsung mengambil jilbab dan jaket kakak karena pada saat itu kak Zahra hanya memakai ciput dan piyama panjang saja. Dan mama langsung mengenakan jaket dan tak lupa jilbab panjangnya pula. Mama membawa selimut dan beberapa pakaian ganti dan segala yang perlu di bawa. Aku langsung mengangkat tubuh kakakku dan langsung ku gendong tubuh mungil itu. Ku bawa keluar rumah karena saat itu mama sudah meminta om Hasyim untuk mengantarkan kak Zahra  ke rumah sakit.

Jam 5 tepat aku sampai di rumah sakit. Dan aku langsung meminta perawat untuk membawa kakak ku ke ruang IGD. Aku ingin masuk namun beberapa perawat menahanku dan memintaku untuk menunggu di ruang tunggu. Mama masih tak hentinya menitikan air mata. Sebenarnya aku pula tak tega dan ingin menangis namun aku berfikir jika aku ikut menangis aku akan memperkeruh keadaan. Aku pun membujuk mama agar tidak terlalu khawatir dengan keadaan kakakku.

"Mama, sudah ya mama jangan nangis. Kak Zahra ngga papa kok. Kan udah ada dokter sebentar lagi dokter keluar. Udah ya mama jangan terlalu khawatir. Lebih baik kita berdoa untuk kakak." Ucapku sembari memeluk tubuh mungil mama.

"Iya bener kata yahya ,, kalo ngomongin khawatir aku juga khawatir. Meski aku bukan keluargamu tapi aku juga tau penderitaanmu. Secara aku itu sekarang kepala keluarga untuk keluargaku." Ucap om Hasyim sedikit menenangkan mama ku.

"Aku khawatir hiks.. aku ga mau Zahra kenapa napa. Sekarang hartaku yang paling berharga itu Zahra sama Yahya Syim. Papa nya anak anak udah ga di sini dan papa nya anak anak udah masa bodoh sama aku dan anak anak. Hiks hiks.." mamaku menangis.

"Iya Zuhiroh aku tau. Tapi untuk sekarang kamu ga perlu bahas itu.  Kamu harus bisa tegar. Kamu itu selain jadi ibu kamu juga harus bisa jadi ayah untuk mereka. Sekarang kamu ga perlu mikirin Rizal. Lebih baik kamu mikirin apa yg perlu di fikirkan." Ucap om Hasyim sembari mengelus lengan mama ku.

Aku hanya bisa terdiam mendengar percakapan mama dengan om Hasyim tentang  papa ku. Jam menunjukkan pukul 5.30 pagi dan dokter belum kunjung keluar dan memberi kabar. Mama sudah tenang dan aku mencoba menawarkan sarapan pada mama. Namun mama menolaknya.

"Dek yahya sini duduk di samping om,,, om mau ngomong." Om Hasyim memanggilku.
Aku langsung berjalan menuju tempat om hasyim duduk dan aku duduk di sampingnya.

"Kamu tau persis kan apa yg mama kamu rasakan,? Kamu tau persis kan apa yang papa kamu lakuin hingga mama mu tak sudi sama apa pun yang menyangkut tentang papa kamu.? Yahya kamu satu satunya pria di rumah ini jadi sebisa mungkin kamu harus bisa belajar lebih dewasa meskipun umur kamu masih belia. Dan kamu ingat kamu jangan benci sama papa kamu meski papa kamu sudah kurang ajar sama kamu, mama dan kakak kamu. Dan kamu harus bisa jadi lelaki sejati. Lelaki yang selalu menghargai wanita dan pandai memperlakukan wanita sebagai mana mestinya. Wanita itu bengkok maka kamu perlu meluruskannya dengan kesabaran dan kasih sayang. Dan perlu kamu tau hati wanita itu seperti kaca. Jika kamu pandai merawatnya maka kaca itu akan baik dan semakin baik. Tapi jika kamu mengharcurkannya maka kamu takkan bisa menyusunnya kembali. Ingat Yahya jangan pernah membuat wanita menangis karena itu sama saja kau membuat ibumu menangis mengerti,?". Jelas om Hasyim panjang lebar.

"Iya om.. Yahya mengerti. Terimakasih om udah mau nasehatin yahya."

Ceklek.

Pintu IGD terbuka dan dokter keluar dengan perawat yang akan memindahkan kakak ke ruang perawatan. Aku, mama dan om Hasyim langsung menghampiri dokter dan langsung menanyakan keadaan kakak kesayanganku.

"Dengan keluarga pasien,?" Tanya dokter Adni.

"Iya saya ibunya. Dok anai saya kenapa,?. Tanya mama sembari menghampiri dokter Adni.

"Mari ibu ikut saya ke ruangan saya."

"Baik dok. Yahya kamu ke ruangan kakak ya. Mama mau bicara dulu sama dokter. Jangan lupa juga pake ponsel kakak kamu dan kabarin temen kakak kamu. Kamu juga izin ya jangan masuk dulu." Pesan mamaku sembari menisnggalkan aku dan om Hasyim di depan ruang IGD. Aku hanya menganggukkan kepala pertanda meng- Iya kan.

"Yahya om pamit pulang dulu ya. Kamu baik baik di sini. Jaga kakak kamu." Pesan om Hasyim sembari berpamitan pulang padaku.

"Iya om. Hati hati."

Aku langsung berjalan menuju ruang perawatan kakak ku. Dan ku buka pintu ruangan dan aku masuk dengan pelan. Kak Zahra masih belum membuka matanya. Aku duduk di samping kak Zahra dan aku tersenyum memandangi wajah imutnya. Ku genggam pelan tangan kakak ku yang terpasang selang infus. Aku teringat akan pesan mama untuk memberi kabar pada teman kakak kalau kakak hari ini tidak bisa masuk sekolah. Aku juga menelpon teman sekelasku menggunakan ponselku.

Aku masih duduk dan memadangi kakak yang terbaring lemah. Namun pada akhirnya kakak sadar dan mengelus lembut pipiku.

"Kakak,?"

"Yahya kakak di mana,?" Tanya kakak dengan suara lemah.

"Kakak di rumah sakit. Sekarang kakak istirahat dulu ya. Jangan banyak gerak dulu." Ucapku sembari mengelus jilbab kakak ku.

Kak Zahra tertidur dan aku berjalan menuju jendela rumah sakit. Dan aku membukanya pelan. Ku pandangi suasana di depan jendela yang penuh dengan tumbuhan rambat dan pepohonan. Aku teringat bagaimana kakak ku  merawar bunga bunganya sehingga bunga itu menjadi indah dan sehat. Begitu pula aku sangat menginginkan kakak sehat kembali.

***

Terimakasih ❤ maaf telat post😁 hapoy reading. Jangan lupa follow aku ya😉 Elfaris112. Jangan lupa juga buat mampir ke storyku yang lain 🤗

MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang