19

71 4 0
                                    

Hari ini aku berniat masuk sekolah.  Karena kemarin di hari pertama masuk aku ga berangkat. Seperti biasanya aku di antar mama ke sekolah karena meskipun aku sehat tapi daya tahan tubuhku belum pulih karena tumor ini. 

Aku berjalan seperti biasa ke ruang 13. Ruang yang sangat dekat dengan Ring basket dan jalan utama. Maka tak ayal jika di sini banyak siswa siswi yang berlalu lalang. Ada yang sedang menuju masjid, ruangan,  bengkel,  ataupun lab. Ruangan ini jaraknya cukup dekat dengan lapangan upacara, ruang guru,  ruang tata usaha,  Uks dan ruang kepala sekolah.

Aku tak merasakan ada yang aneh menimpaku hari ini. Hingga ada dua cowok yang tiba tiba menghampiriku yang mau masuk ruang 13.

"Kamu zahra,? " ucap cowok pertama dengan tinggi badan yang lumayan dan proporsional. Keduanya sama proposionalnya dan sama tegaknya. Selayaknya anak kembar. Aku sudah bisa menebak jika mereka pasti anak paskibra.

"Iya kenapa,? Kalian siapa,? " tanyaku.

"Kenalin aku Aditama dan ini Adiputra, kami mau nganterin surat." ucap cowok yang bernama Aditama.

"Owalah, makasih ya. " ucapku sembari mengambil surat itu.

"Kamu ga penasaran,?" tanya Adiputra.

"Engga." ucapku.

"Ehm..  Ra boleh minta nomor WA mu,? " pinta Adiputra.

"Iya boleh. Minta aja di kiki atau kalo engga minta aja di siapa gitu. " jawabku malas.

"Iya aku tau kamu cukup populer di sekolah. " jawabnya.

"Yaudah aku masuk kelas dulu. " ucapku sembari meninggalkan mereka dan berjalan masuk kelas.

"Ra..  Makasih ya." ucap Adiputra.

"Iya. "

Aku langsung duduk di kursi paling belakang. Aku tak berniat menyapa siapapun dan aku langsung meletakkan tas ku di meja dan aku jatuhkan kepalaku di atasnya.

"Kok tubuhku panas ya. " ucapku sendiri sembari menyentuh tumor ku.

Bel jam pertama telah berbunyi dan Firman menyiapkan untuk berdoa. Setelah itu kelas ramai karena tidak ada guru yang mengajar.  Aku tak berniat melakukan apapun dan aku masih dengan kondisi tadi hingga aku tertidur.

Baru saja aku memejamkan mataku tapi beberapa teman sekelasku menghampiriku.

"Zahra. Aku mau nanya." ucap Fatma temanku.

"Apa Fat,? "

"Ehhmmm...  Kamu kena tumor ya,? "

"Iya."

"Kok kamu ga kasih tau aku sama temen temen kelas sih kalo kamu mau operasi,? " ucap fatma agak kesal.

"Ya maaf fat bukannya gitu. Aku juga gatau kalo akhirnya aku mau di operasi. Iya maaf aku ga kasih tau kalian." jelasku.

"Yaudah ra, cepet sembuh ya. " ucap fatma sembari meninggalkanku keluar kelas.

Aku hanya mengangguk. Aku berniat melanjutkan tidur ku mamun Firman dan Hima menghampiriku.

"Zahra, duha dulu yuk. " Ajak firman padaku.

"Ra, bareng aku ya" pinta Hima.

"Iya, eh bentar ini jam berapa emang him,?" tanyaku pada Hima.

"Ra, ini udah hampir istirahat pertama. "

"Yang bener,? "

"Yaudah ra ayo ke masjid duha dulu. "

Aku ga nyangka ternyata aku tidur hampir 4 jam di kelas. Aku berjalan menuju masjid dan aku lihat ada geng Ramasha di sana. Aku terus menunduk dan membawa mukenahku. Setibanya di masjid aku meletakkan mukenahku di sebelah mukenah Hima yang jaraknya jauh dengan mukenah geng Ramasha.

Alhamdulillah mereka mau sunnah dhuha. Batinku.

Aku menuju ke tempat wudhu wanita namun aku melihat di tempat imam ada Firman dan Fatta. Aku tak menghiraukannya. Sesampaimya di tempat wudhu aku langsung menuju kran air di samping hima.

"Heh! Pansos!" Ainul mrnarik jilbab ku dari belakang.

"Awww... Astagfirullah lepasin sakit tau! " erangku.

"Ga bakalan gue lepasin! Gengs sini mari kita siksa tikus got ini,! " teriak ainul memanggil geng nya.

Aku yang masih di tarik jilbabnya pun gabisa berbuat apa apa. Selain karena aku juga menahan sakit di dada sebelah kanan,  tubuhku juga sedang lemas. Hima tak berkutik karena tangan dan kakinya diikat oleh geng Ramasha. Dan mulutnya di sumpal menggunakam kaos kaki basah yang ada di tempat wudhu.

"Eh lepasin gue! " teriak ku pada mereka yang sedang mengikat tangan dan kaki ku.

"Yahhhhh minta di lepasin, kasian amat" ucap Sonya sembari menyiramku dengan air Kolam ikan.

"Kalian kan waktu itu udah minta maaf sama aku,  udah bilang kan mau keluar dari geng Ramasha kenapa kalian berulah lagi sih! " bentakku.

"Eh mana mungkin kita ninggalin geng ini. Gila aja mereka semua mau hengkang dari geng gue. Perlu lo tau ya cewek munafik gue sama temen temen gue itu benci banget ke lo,!! " bentak ainul sembari menuding dan mendorong kepalaku.

Mereka terus menyiksaku. Mereka tau aku takut cacing dan mereka menyiramkan cacing ke atas jilbab ku hingga membuatku menjerit. Tak hentinya mereka menyiramku dengan air berbau amis dari kolam ikan. 

"Eh munafik!  Lo pegang ya ucapan gue, lo itu ga pantes ada di skasa. Lo itu sampah! " bentak Melda.

"Kalian gausah sok bilang gitu!  Ini sekolah umum siapapun berhak sekolah di sini termasuk aku! " aku melawan.

Plak...  Plakk....

Ayu menamparku. Hima hanya bisa menangis melihatku dari pojok sebelah barat yang berseberangan dari tempat penyiksaanku. Secara Hima tau aku sedang mengidap tumor.

"Gue peringatin sekali lagi!  Lo jauhin Fatta! " ainul mengancamku.

"Lo lebih jahat dan lebih murahan!  Lo itu mirip lonte onlen! Udah gausah sok alim di organisasi manapun!  Gua gasuka sama sikap lo nul gasuka! " aku balik membentak karena aku sudah sangat kesal.

"Guys!  Cukup, kita lanjutin lagi nanti. jangan lupa bekas cacingnya di buang.Kuy cabut biar ga ada yang tau" ucap ainul pada geng nya.

"Eh munafik!  Urusan kita belum kelar ya!  Awas aja lu! " ucap Ainul.

Hani melepaskan tali Hima dan membuka sumpalan di mulut Hima. Hima tak sumpah serapah pada Hani. Hima masih dalam keadaan menangis dan Hima membuka ikatan yang ada di tanganku. Hima membawaku ke ruang UKS dan langsung menggantikan bajuku dengan baju olahraga punya ku.

"Raaa......  Hikss... Hikss." Hima memelukku dan menangis.

"Him, aku ga papa kok. Kamu jangan peluk peluk aku, aku bau amis. " ucap ku.

"Ngga gitu raa..  Aku ga tega liat kamu di siksa kaya tadi... Hiksss... "

"Udah ya Him, aku gapapa kok beneran" ucapku menenangkan Hima.

"Hima, Zahra, kalian gapapa,? " tanya firman yang tiba tiba ada di ruang uks.

"Hikss...  man kamu di sini dulu ya aku mau minta surat izin Bk buat Zahra." ucap Hima.

"Gausah Him, aku aja. Aku juga sekalian mau lapor ke pak Ari tentang kejadian ini. " ucap Firman sembari meninggalkanku dan Hima di UKS.

"Him,  makasih ya. "

***

MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang