Aku tak tau apakah cintaku ini seperti rebana yang bertepuk sebelah tangan, ataukah seperti darbuka yang kedua tangan harus saling melengkapi agar bunyi yang di hasilkan indah dan semakin indah jika kedua tangan selalu beriringan meski dalam tempo yang cepat maupun lambat. Ataukah cintaku seperti bass dan tung saja yang hanya mampu beriringan namun tak di mainkan oleh tangan yang sama. Entah pula jika cintaku seperti vokal dan backing vokal yang saling kuat dan menguatkan namun salah satunya bukan lah yang utama.
🌹Zahra Wardatunnisa 🌹
***
Zahra's pov.
Hari ini adalah hari minggu. Jam dinding di kamarku menunjukkan tepat pukul 4.00 pagi atau waktu subuh. Aku langsung bergegas dari tempat tidurku dan membereskannya. Lalu aku langsung menuju kamar mandi.
"Kakak, nanti abis mandi lakukan kegiatan kaya biasanya ya kak. Abis itu terserah kakak mau ngapain." Ucap mamaku yang sedang memasak di dapur.
"Iya mama. Yaudah kakak mau mandi dulu." Pamit ku pada mamaku.
Setelah mandi akupun langsung solat subuh dan mengaji. Setelah itu aku menyalakan sholawat sholawat kegemaranku. Lalu aku langsung menyapu dan mengepel lantai rumahku sembari mengikuti lantunan sholawat yang aku putar di sound kamarku.
Tapi aku heran. Pagi ini aku tak melihat Adik kesayanganku. Biasanya dia membantu mama mencuci piring atau membantuku mengepel lantai. Aku mengira dia joging bersama teman temannya. Jadi aku tak terlalu menghiraukannya.
"Mama udah belum masaknya?". Tanyaku pada mama yang masih ada di dapur.
"Sudah kak, oiya kak tanaman yg ada di depan sudah di siram belum,? Kalo belum nanti semisal mau nyiram sekalian di cabutin rumputnya ya kak. Kaya yang biasa yahya lakuin." Amanat mama kepadaku.
"Oh iya mam. Oiya mama Yahya kemana,? Kok tumben pagi ini dia gaada di rumah. Ini kan udah jam 6 pagi mam. Dia dimana si ma,?" Tanyaku ke heranan pada mamaku.
"Gatau kak. Tadi pagi waktu subuh dia biasa pamit solat di masjid tapi ngga tau belum pulang." Jawab mamaku.
"Yaudah ma Zahra ke depan dulu ya mau nyiramin tanaman." Pamitku.
"Iya kak nanti abis itu kita makan bareng ya." Jawab mamaku.
Aku berjalan dari dapur menuju halaman depan rumahku sembari membawa sapu lidi dan parit kecil. Namun setelah aku tiba di ruang tamu alu terkaget ketika mendengar seorang lelaki yang duduk dan bersholawat di depan rumah ku. Aku semakin penasaran dan aku langsung mengintip dari jendela ruang tamu ku.
Lau kana bainanal habib... ladanal qosi walqorib.. minthoibatin qoblal maghrib.. tholibal qurbal habib.. bikurbihii nafsu thatib.. watadz'ullahha faa yujib anwaru thoha laa taghib.... balighna liqoo huu ya mujiib...
"Kakak?? Kok belum di kerjain si apa yang mama minta,?" Tanya mamaku.
"Iya mama maaf. Mama itu yahya kan,? Yang lagi sholawat di depan rumah,?".
"Iya kak.. itu adek kamu. Yaudah sana kasian tanamannya tuh." Perintah mama.
Aku langsung bergegas menuju halaman depan dan langsung duduk di samping yahya.
Yahya yang sedang bersholawat pun kaget dengan kedatanganku."Dek. Kamu abis kemana aja si?? ," tanyaku pada Yahya.
"Cie kakak kangen ya sama yahya." Goda yahya padaku.
"Apaan si dek. Kasian nih mama pagi pagi di tinggal sama kamu. Emang kamu abis kemana si dek. Kalo mau joging ajak ajak kakak dong. Biar kakak bisa kurusan. Hehe. " ledekku pada Yahya.
"Oh. Tadi yahya abis solat subuh ngaji di masjid sekalian kak. Terus pulang putar arah biat bisa lihat bayangan matahari di sungai sana. Itu si sungai yang jembatannya bagus yang biasa di jadiin tempat buat kakak nenangin diri." Jelas yahya panjang lebar.
"Iya yahya bawel. Yaudah bantuin kakak yuk. Kamu nyiramin tanaman di halaman ya dek. Kakak mau ngrawat bunga bunga kakak dulu." Ajakku pada yahya.
"Siap bos."
***
Jam menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Dan seluruh pekerjaan ku sudah selesai. Aku tak ingin melihat ponselku apalagi memainkannya. Aku langsung menuju kamar dan langsung ku ambil darbuka kesayanganku. Aku duduk di sebelah jendela kamar ku. Dan ku buka jendela ku agar udara segar dan aroma bunga dapat masuk dan memanjakan hidungku. Tanpa berfikir panjang ku mainkan darbuka ku sembari aku bersholawat.
Yaa man yaroo walaa yuroo
Wa fadl-luhu ‘ammal waroo.Biman ilaika qod saroo
Ruuhan wa jisman laa-miron.Thoohalladzii lawlaa humaa
Kholaqtal ardlo awsamaa.Farrij ilaaha kulla maa
Ahammanaa wa kaddaron.Walaa tuzigh quluubanaa
Min ba’di idz hadaitanaa.Selesai memainkan darbukaku aku pun memandang ke luar jendela kamarku. Memandangi betapa luasnya langit. Memandangi betapa indahnya bunga bunga yang aku tanam. Dan tanpa sadar aku teringat dengan Fatta.
Aku menghela napas panjang dan memikirkan Fatta. Namun akupun tersadar sebenarnya apa yang harus aku fikirkan dari seorang pria muda yang aku kagumi?. Memang aku mengaguminya namun entah dengan dia.
Aku tak tau apakah cintaku ini seperti rebana yang bertepuk sebelah tangan, ataukah seperti darbuka yang kedua tangan harus saling melengkapi agar bunyi yang di hasilkan indah dan semakin indah jika kedua tangan selalu beriringan meski dalam tempo yang cepat maupun lambat. Ataukah cintaku seperti bass dan tung saja yang hanya mampu beriringan namun tak di mainkan oleh tangan yang sama. Entah pula jika cintaku seperti vokal dan backing vokal yang saling kuat dan menguatkan namun salah satunya bukan lah yang utama.
Ahhh entah lah cinta itu membingungkan. Lebih baik bermain darbuka.
***
Terimakasih ❤ Jangan lupa vote and coment ya😉 .
Happy reading 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)
AléatoireHargai karyaku dengan cara Vote and Coment ya guys 😊😉 Cerita ini adalah cerita dari seorang gadis yang sangat gemar bermain darbuka dan dia sangat tertarik dengan adik kelasnya yang pemain darbuka juga. Dia mengikuti ekskul Rohis karena dia ingin...