"Nak ada yang mau ngomong sama kamu loh"
"Iya ma tahu. Itu Fatta kan? Suruh dia datang besok aja ya ma. Zahra sakit kepala." pintaku pada mama.
Dan akhirnya Fatta dan Annas hanya berbincang dengan mama ku saja. Dari dalam kamar aku tak sengaja mendengar sedikit percakapan dari mereka.
"Nak Fatta maaf ya zahra nya lagi kurang enak badan, mending nak Fatta pulang aja ya. Maaf sudah membuat nak Fatta menunggu disini" pinta mama ku.
"Iya tante.. tapi Fatta mau nunggu di sini ya tante. " jawab fatta.
"Yasudah Annas, Fatta, buat diri kalian nyaman ya tante mau solat dulu. " pamit mama ku.
Aku tak menghiraukannya. Karena kepalaku sakit dan aku tak kuat untuk menahannya. Akhirnya aku tertidur.
***
Annas's Pov
Aku membuat diriku nyaman di sofa rumah Annis sahabatku. Aku duduk di sebelah cowok yang sepertinya itu cowok yang membuat Annis menangis. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya.
"Ekhem, tadi tante Zuhairoh manggil kamu Fatta ya,? " tanyaku.
"Iya, kenapa kamu siapa? " fatta balik bertanya.
"Oh. Aku Annas sahabatnya Zahra. Apa benar kamu menyakiti zahra? " tanyaku karena aku sangat penasaran.
"Aku ngga bermaksud tapi aku juga menyukai Aulia." jelasnya.
Aku terdiam.
"Jadi sebenarnya siapa yang kau suka? Zahra sudah sering menceritakan apa apa tentangmu, setahuku Fatta Setiawan itu sesuai dengan ekspektasi ku setelah mendengarmu dari zahra. Ternyata ekspektasiku terlalu tinggi." Jelasku.
"Aku tak sesuai dengan ekspektasi siapapun. Aku akan tetap terlihat bangsat di mata orang yang tak menyukaiku." jawabnya.
"Yasudah jadi siapa yang ingin kau pertahankan? " tanyaku.
"Aku akan mempertahankan Zahra. Karena dia yang pertama membuatku jadi lebih baik. "
"Tidak, lebih baik kau pilih yang kedua saja. Karena tidak mungkin kau akan mempunyai orang lain jika benar kau menyukai yang pertama. Sudah cukup Zahra di sakiti." jelasku.
"Lihat saja nanti Annas. Kau akan tahu bagaimana diriku sebenarnya." ucapnya sembari berdiri dan meninggalkanku di rumah Zahra.
Tak lama kemudian tante zuhairoh datang dan menanyakan kemana Fatta dan aku menjawab dia sudah pulang. Aku ngga habis pikir, tega teganya Fatta menyakiti Zahra.
"Tante, sudah lama ya tante Annas ngga main kesini" ucapku basa basi pada tante Zuhairoh.
"Iya nak, kamu lulusan ini mau lanjut dimana nak? " tanya tante.
"InsyaaAllah lanjut kerja dulu tante, Alhamdulillah Annas di percaya sama papa buat jadi CEO di perusahaannya papa, ya meskipun belum gede banget si tante hehe." jelasku.
"Yasudah kamu tekuni apa yang ada di depan mu ya nak, jalani dengan ikhlas insyaaAllah berkah dan rahmat dari Allah pasti akan datang."
"Aamiin tante."
Ini yang sangat aku suka dari tante Zuhairoh. Beliau baik, bijak dan berwibawa. Tak salah jika Zahra pun seperti itu. Aku nyaman dan aku sudah di anggap seperti anak tante zuhairoh sendiri.
"Oiya tan, Zahra mau lanjut dimana,?" tanyaku.
"Doakan saja ya, zahra lagi seneng seneng nya tuh ikut beasiswa. Tapi ya tante cuma bisa ngijinin di sekitar sini jangan jauh jauh soalnya Yahya sendiri kan juga tahun ini lulus, minta nyantri juga"
"Oh gitu ya tante." tiba tiba aku di kagetkan dengan suara seperti ada benda yang jatuh dari kamar zahra.
Tante zuhairoh menatapku dan langsung berlari menuju kamar zahra dan membukanya. Aku masih stay duduk di sofa rumah Zahra. Tiba tiba tante panik dan memanggilku untuk datang ke arahnya.
"Ada apa tante,?" aku kaget melihat zahra yang sekarang sudah berada di bawah tempat tidurnya dengan hidung yang mengeluarkan darah dan muka yang pucat.
Tante zuhairoh panik dan memintaku untuk menggendong Zahra dan memindahkannya ke kasur lagi. Sedangkan tante Zuhairoh pergi mencari obat dan ternyata Zahra kehabisan obat.
"Nas, tante titip Zahra dulu. Jangan sampe zahra bangun sebelum obatnya ada. Kamu udah tante anggap seperti anak tante sendiri jadi tante mohon kamu jagain dia. Yahya lagi di rumah om hasyim. Tante mau ke apotek depan beli obat dulu. " jelas tante zuhairoh.
"Baik tante"
Aku memandangi wajah zahra yang terbalut jilbab meski sedang tertidur. Piyama panjang kerropi yang sekarang ada bercak darah di mana mana. Sesekali aku mengusap hidungnya yang terus mengeluarkan darah menggunakan kain yang tante zuhairoh berikan. Aku merasa dia sangat butuh obat.
"Annis, kamu kuat. Kamu hebat." ucapku sembari menatapnya.
Aku melihat lihat kamar Annis. Aku menuju meja riasnya yang di bagian kaca nya banyak sekali kata kata motivasi yang ia tulis sendiri. Lalu aku melihat di atas meja riasnya ada foto seorang cowok yang tidak heran lagi di mataku. Fatta. Aku melihatnya dan aku membaliknya. Ternyata ia menuliskan pula sebuah kata di balik foto itu.
Tidak berharap, namun entah mengapa enggan melihatmu adalah kegiatan yang sangat aku inginkan.
Aku terus berjalan menuju jendela yang ada di kamar zahra dan ada Darbukanya di dudukan jendela yang cukup luas. Dan di luar jendelanya tertanam banyak sekali bunga mawar yang harum nan indah.
"Annis, ternyata kamu ga pernah berubah. Aku makin menyayangimu. "
"Annas? Zahra belum bangun? " tanya tante yang tiba tiba datang dari arah belakamg ku.
"Belum tante."
"Kamu bisa tolong ambilkan air hangat buat zahra? "
"Iya tante bisa" aku langsung kedapur dan mengambilkan zahra air hangat.
Ketika aku sampai di kamar zahra, ternyata zahra sudah siuman dari pingsannya dan sedang di pijit pundaknya oleh mamanya.
"Nak kamu minum obat dulu ya. " ucap tante sembari memberi air hangat yang aku bawa dan obat di tangannya.
Zahra meminum obat itu dan kembali beristirahat. Namun sebelum beristirahat zahra sempat memandangku.
"Kamu kok masuk kamarku?" tanya zahra.
"Eh maaf hehe" ucapku.
"Kamu ga pengen pulang?" tanya zahra padaku.
"iya aku pulang. Pamit ya tante Assalamualaikum." pamitku sembari saliman dengan tante. Aku langsung keluar rumah zahra dan duduk sebentar di motorku. Dan aku pulang.
Keistimewaan seorang gadis terletak saat dia di sakiti namun hati dan matanya tak menangis.
❤ Annas Aji Hermansyah ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)
RandomHargai karyaku dengan cara Vote and Coment ya guys 😊😉 Cerita ini adalah cerita dari seorang gadis yang sangat gemar bermain darbuka dan dia sangat tertarik dengan adik kelasnya yang pemain darbuka juga. Dia mengikuti ekskul Rohis karena dia ingin...