34

58 5 2
                                    

Sesi pengumuman pun tiba.  Aku merasa panas dingin dan ragu ragu.  Tapi aku mencoba untuk sabar dan tenang.  Aku dan Fatta masih di bawah panggung dan duduk berdampingan. Aku deg degan hingga tanganku dingin dan aku pucat. Seperti biasa ustadz zulfikar menyanyikan sholawat dan di iringi oleh master daod dan bang ali.

"Rara. Udah ga marah kan sama aku,?"

Aku tak mendengarkannya karena aku sedang fokus membaca doa.

"Rara,? " ucapnya sembari menepuk pundakku.

"eh iya apa,? " jawabku.

"Udah ga marah kan sama aku? Udah mau dengerin penjelasan aku sekarang,? " tanya nya.

"iya jelasin aja yang perlu di jelasin.  Mumpung belum pengumuman" jawabku mencoba tenang dan tak menatap muka Fatta. Karena dia terlalu manis saat ini dengan baju koko abu abunya dan dengan celana warna mocca nya. Lengan baju yang di lingkis hingga siku. Rambut rapih dan muka yang tampan dengan hidung mancung nya. Aku terus memandanginya dan aku tak sadar. Selama itu dia menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi. Hingga pengumuman datang aku masih melamuni muka Fatta.

"Rara?  Ngga dengerin aku ngomong? "

"ehhh iya ntar aja fokus tuh mau di umumin"

Mc 1
Baik kita sudah menantikan dan menyaksikan kongres darbuka indonesia dan kini saatnya tiba akan kami umumkan pemenangnya.

Mc 2
Yap benar sekali. Ada 80 kontestan yang terbaik diantara yang baik yang telah uji kebolehannya di atas panggung ini namun hanya ada 2 terbaik yang bisa melaju ke babak final dan hanya 1 yang bisa menjadi ketua Kongres ini. Siapakah dia,?

Mc 1
Mari kita hitung mundur dari 10 dan kita buka amplop berisi nama pemenangnya. Akankah si gadis manis atau si pria tampan yang menjadi pemenangnya? Kita hitung 10, 9, 8, 7, 6.

Aku deg degan, panas dingin dan aku memejamkan mataku.  Terus membaca doa yang aku bisa

Mc 1 dan mc 2.
5,4,3,2,1. Baik kita buka. Pemenangnya adalah...... Zahra!!!!!

Aku ternganga tak percaya. Tiba tiba Fatta memelukku. Aku nambah kaget dan degdegan tak hentinya. Fatta melepaskan pelukannya dan aku menaiki panggung. Aku di beri piala, piagam, sertifikat dan tanda bukti bahwa aku telah menjadi ketua kongres darbuka indonesia. Aku masih tak percaya dan aku menangis karena saking senangnya.

Aku mengelilingi panggung untuk memberikan dadah dan salam pada para penonton yang riuh pikuk memberi tepuk tangan padaku. Aku melihat hima dia ikut menangis,  aku melihat annas, izal dan teman temannya. Mereka memberi jempol dam tepuk tangan. Terakhir aku melihat ke arah Fatta dia memberiku tangan dengan saranghae nya dan tersenyum ke arahku.  Aku lanjut berjalan ke depan panggung dan ber dadah dadah dengan berurai air mata bahagia.

Fatta's pov

Aku melihatnya mengelilingi panggung dengan wajah berseri dan air mata bahagianya. Aku sengaja tak memberi tahunya jika aku ikut kontes ini.  Aku sengaja ikut karena aku ingin melihatnya bermain darbuka,  hal yang sudah sedikit asing semenjak aku jauh dari nya.

Kejadian beberapa minggu yang lalu di toko buku itu membuatnya sakit hati dan enggan menemuiku lagi. Padahal itu semua tak seperti yang dia lihat. Aku ngga pacaran sama aulia. Aku kesana hanya menemaninya saja. Tapi karena aulia iri jadi aulia mengaku jika aku dan aulia pacaran. Padahal itu hanya akal aulia saja dan hatiku tetap untuk zahra.

Aku marah dan tak suka jika niat aulia yang sebenarnya adalah membuat zahra terluka dan membuat zahra menderita. Dia sengaja mengajakku ke toko buku dan niatnya bukan untuk mengajakku mencarikan buku yang aku suka saja. Tapi karena dia tau jika zahra sering ke toko buku itu dan dia berniat menghancurkan zahra. Aku tak habis pikir aulia sampai setega itu.

Aku senang dan aku sudah menduga jika Rara ku pemenangnya. Aku tak sengaja memeluknya karena memang selain aku Menyayanginya aku juga bangga padanya atas apa yang dia raih. Aku tak ingin kehilangan dia untuk kedua kalinya. Meski dia tak tahu jika ini adalah hari dimana seharusnya aku tidak keluar dan aku tetap di rumah karena penyakitku. Tapi zahra tak tau akan itu karena memang sengaja aku tak memberi tahunya aku takut dia sedih.

Zahra's pov

Seusai di kontes tadi. Aku langsung ke pantai karena hima sudah menungguku di sana. Aku kesana membawa penghargaanku dan aku menengok kekanan dan kekiri tak tampak hima di pantai ini. Tiba tiba ada orang yang memelukku dari belakang. Ternyata itu hima sahabat ku.

"Sayangnya aku menang, congrats sayang. Yaampun mau berjuang buat masuk kampus masih sempetnya dapet penghargaan lagi. Itu yang di rumah udah banyak buat aku aja ya ra eheheh" ledek hima.

"Apaan si hima.  Yaampun" ucapku sembari melepaskan pelukan hima dam aku menatap nya

"Zahra aku punya hadiah buat kamu ra"

"Apaan?  Tumben beliin hadiah"

"Kamu balik badan deh cepetan ada siapa itu di depan kamu"

Aku membalik badan dan aku kaget karena ada Fatta yang membawa se buket bunga mawar dan satu kotak berwarna biru yang aku tak tahu isinya apa. Dia mendekatiku dan dia menyodorkan hadiahnya untukku. Aku masih ternganga dengan pemandangan yang ada di depanku. Dengan sunset dan Fatta yang tersenyum dihadapanku.

"Raraku.  Selamat ya." ucapnya.

"iya Fatta makasih ya".

"Rara, aku sadar apa yang aku lakukan salah. Tapi maapin aku ya ra."

"Iya udah aku maapin kok. Aulia juga udah aku maapin."

"Bidadari itu memang benar adanya ya ra. Meski dia tak bersayap tapi dia berjilbab, memiliki hati tulus, dan shalihah pastinya" ucapnya.

"Iya Fatta bener dan itu ibu kamu" jawabku.

"Hal lain, rasa yang semula ragu kini mulai menemukan titik terang. Semakin terang ketika rasa itu menemukan dermaga di hulu dengan tuan yang akan kujadikan pendamping,  ra besok kerumahku ya mama pengen ketemu" ucapnya.

"iya, yaudah yuk pulang udah malem hehe"

Aku berjalan beriringan dengan Fatta dan sesekali dia menatapku dengan senyuman di wajahnya. Aku pulang bersamanya dan aku tak ingin hari ini cepat berakhir.

Bukan penghalang yang menghalangi tapi ego yang tak kunjung di redamlah yang menghalangi.

Fatta Setiawan.

***

MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang