8

132 9 0
                                    

Masih Yahya's pov

Setelah arloji di tanganku menunjukkan tepat pukul 3 sore, Aku langsung berangkat menuju rumah sakit. Tetapi sebelum itu aku datang ke rumah kak Hima untuk menitipkan surat keterangan dokter milik kakak ku.

Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum, kak Hima,?" Ucapku sopan. Namun bukan kak Hima yang membukakan pintu tetapi ibunya.

"Waalaikumussalam, eh nak Yahya, cari Hima ya nak,? Hima nya belum pulang, kan Yahya tau kalo Hima itu pulangnya sore, sama kaya Zahra kakak kamu.". Ibu kak Hima memberutahu padaku.

Aku tersenyum mendengar ucapan Ibu Indah, ibunya kak Hima.

"Hehe iya bu, Yahya tau kok, hem ini bu Yahya kesini mau nitip suratnya kak Zahra boleh bu?"

"Loh? Zahra ngga sekolah hari ini,? Kenapa?" Tanya ibu Indah.

"Kakak sakit bu, sekarang lagi ada di rumah sakit. Yahya titip surat ya bu, mohon maaf bu Yahya buru buru, Yahya pamit mau ke runah sakit lagi."

"Oalah, iya dek, nanti ibu kasih ya ke Hima, kamu hati hati di jalan, oiya salam buat ibu kamu ya."

"Iya bu Terimakasih banyak bu, yaudah Yahya berangkat dulu bu. Assalamualaikum."

"Iya nak. Waalaikumussalam."

***

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju kamar kakak. Namun betapa kagetnya aku ketika tidak melihat siapapun di kamar rawat kakak. Aku gelisah. Ku letakkan barang bawaanku dan aku keluar menuju tamam rumah sakit yang jaraknya tidak jauh dari kamar rawat kakak ku.

Ternyata ibu dan kakak sedang ada di sana. Duduk menghadap bunga bunga warna warni. Aku tersenyum lega karena ada kemajuan dari kakak.

Perlahan aku mendekat dan berniat mengagetkan kakak dari belakang. Namun aku tidak sengaja mendengar percakapan mama dengan kakak. Percakapan mereka itu sangat sensitif sehingga aku menghentikan langkahku dan membuatku mengurungkan diri untuk menunaikan niat awalku.

"Nak, kamu kan sebentar lagi mau kelas 12, kamu harus kuat ya, meskipun pada kenyataannya kamu berbeda sekarang." Ucap mama ku dengan nada sedikit lemah.

Eh,? Beda,? Apa yang beda sama kakak,?

"Zahra tau kok ma, tapi Zahra pengen mama tetep perlakuin Zahra kaya sebelumnya, Zahra gamau di cap anak manja apalagi anak lemah." Timpa kakak dengan nada meyakinkan mama ku.

Aku berfikir berulang mencoba mencerna apa yang sedang mama dan kakak bicarakan.

"Nak, mama pasti akan berusaha sekuat tenaga agar kamu bisa sembuh kaya dulu lagi. Tapi kamu harus siap dan harus kuat ya nak. Yakin kalau penyakit kamu itu datangnya dari Allah dan kamu di uji seperti ini untuk mengurangi dosa dosa kamu."

"Iya mama, Zahra siap ko kalo Zahra mau di operasi secepatnya, mama tenang aja Zahra pasti kuat ko percaya sama zahra ya ma."

Eh?? Kakak,? Operasi,? Ada apa,? Kok aku??

Aku yang semakin penasaran akhirnya langsung berjalan cepat menuju tempat mama dan kakaku duduk dan aku langsung menanyakan apa yang tadi di bicarakan oleh mama dan kakak.

"Mama?? Kakak mau operasi? Emang kakak kenapa? Bukannya hasil diagnosa kemarin kakak cuma tipes sama gejala leukimia ya ma?? Kok di operasi,?" Tanyaku dengan penuh rasa heran.

"Nak, itu diagnosa awal, ternyata kakak kamu itu terkena asma dan ada tumor di tulang iganya, insyaa allah awal tahun nanti kakak kamu di operasi".

Aku yang masih tak percaya pun semakin kebingungan dengan keadaan. Aku duduk di tengah ibu dan kakak ku dan ku cium pipi ibu dan kakak ku secara bergantian.

"Kalian wanita terhebat yang yahya punya, Yahya yakin kakak pasti kuat. " ucapku sembari memeluk kedua wanita hebat ini.

Aku memandangi langit dan tanpa sadar air mataku keluar dengan derasnya.

Syukron katsir ya allah.

***

MY LOVE IS MASTER DARBUKA(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang