ONE

230 32 1
                                    

       "Papah....... liat kunci gudang gak? Rena mau bongkar bongkar nih.....!" Teriakku dari atas. Aku mencari cari kunci itu beberapa kali, padahal 1 bulan yang lalu aku menyimpannya di atas lemari kamarku. "Di atas lemari kamar papah kali!" Jawab papah dari bawah. Tanpa pikir panjang, aku pun pergi ke kamar papa dan mencari kunci itu. Karena badanku yang memang tidak terlalu tinggi, aku harus berjinjit untuk mencarinya sambil meraba-raba. Tapi tidak juga kutemukan. Hingga aku menyenggol sebuah peti coklat berdebu yang kemudian jatuh ke lantai menimbulkan suara berisik.
     " Ada apa sih...?" Tanya papah sembari menyusulku ke kamar.
       Aku nyengir kuda ketika melihat raut wajah papah yang berbeda saat melihat peti itu.
      "Gak sengaja pah, Rena balikin lagi yah...." Ucapku. Papah mencegahnya. "Buka aja petinya, ada banyak kenangan dari peti itu. Yang asalkan jaga baik baik aja."Kata papah. Aku terlonjak senang mendengarnya. Niatku untuk membereska  gudang seketika hilang ketika melihat peti itu.
       Aku berlari ke kamar untuk mebukanya dan mencari tahu apa yang ada di dalamnya.
      Ternyata ada sebuah kerudung berwarna putih pucat. Aku mencium wangi rambut Almarhum bundaku. Lalu, ada sebuah bingkai foto yang didalamnya terdapat kalimah Astaghfirullah'aladzim, dan yang paling membuatku sangat penasaran adalah sebuah buku bersampul coklat. Aku meniup debu tebal yang menutupinya. Dapat kulihat buku itu bertuliskan "MUHAMMAD ALIF LUBIS" Nama panjang papah. Karena penasaran aku pun membukanya. Dapat kulihat dihalaman pertamanya bertuliskan DIARY. Aku sangat terkejut melihatnya. Papah? Menulis diary?
         Tentu saja aku bingung karena papahku adalah seorang badboy pada masanya. Aku tau semua itu dari teman teman papah yang sering bercerita, daro omma, dan dari koleksi koleksi papahku. Ia mengoleksi banyak jaket kulit, jeans belel, pengikat kepala, motor dan mobil kuno yang memang tren pada masanya. Aku juga tau karena melihat album foto keluarga. Tapi, meskipun saat muda papah adalah trouble maker, papah selalu shalat tepat waktu, sejak kecil akupun selalu dimarahi bila menunda nunda shalat. Papag akan menatapku tajam dan saat itu aku akan berlari dan mulai mengambil air wudhu.
      Tapi, soal diary ini tidak ada satu pun yang tahu. Tidak ada satupun yang menceritakannya padaku. Entahlah mungkin papah menutupinya.
       Aku mulai membuka lembaran ketiga buku itu dan membacanya.
    
Dear Diary
17, November, 2000

      Aku melihatnya untuk pertama kalinya. Aku bisa merasakannya. Getaran. Sebuah getaran pendek yang menghentikan napasku dalam sekejap. Aku mendengarnya. Ayat ayat yang dia bacakan seakan menghipnotisku ke dalam dunia yang lebih lurus. Jilbab putihnya, wajah cantiknya,merdu suaranya. Aku mengenalinya. Dia bernama Jihannur Kahasanah.

      Jihannur Kahasanah? Itu adalah nama Bunda. Jadi ini mungkin cerita perjalan papah dan bunda. Aku selalu mendengar segala sesuatu tentang papah, bagaimana papah membuat keributan sampai cara papah makan pada masa mudanya dari oma. Mungkin papah adalah orang yang memang cukup berkesan. Tapi, aku tidak pernah mendengar bagaimana papah dan bunda bisa bertemu. Aku pun membacanya.......

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang