TWELVE

50 17 4
                                    

Baaaaaa

Et dah apaan coba?
Gj bgt.
Geus ah bisi beuki ngacapruk!

😒😩😨

Happy Reading 😻😹😽

"Berhubung...... udah kumpul semua disini. Jadi ayah atau om mau nyebutin maksud utama kita makan disini. Jadi Jihan, kamu tau kan kalau Ali itu kaya gimana? Intinya saya pengen jodohin kamu sama Ali biar dia jadi lebih baik." Ucap Janu terus terang.

"Uhuk-Uhuk!!!!!!"

Tanpa aba aba, Ali dan Jihan tersedak. Bedanya, kalau Ali tersedak saking senangnya, kalau Jihan tersedak saking terkejutnya.

Abi dan Umi saling berpandangan untuk mengabil keputusan.

"Gimana? Setuju? Biar kita bisa jadi besan juga kan?" Tanya Yuni sumringah. Ali menyembunyikan senyumnya. "Kalau dari saya sih... setuju setuju aja. Tapi semua keputusan kita serahkan sama Jihan. Mau atau engganya." Jawab Umi.

Semua mata yang ada disana auto melihat ke arah Jihan.

"Jihan gimana Abi aja Mi. Abi karena restu yang paling baik cuma dari Abi." Jawab Jihan kembali melanjutkan makannya.

"Saya setuju. Asalkan Ali bisa bertanggung jawab nantinya. Tapi, Ali harus bisa merubah sikapnya dulu. Keputusan pun bisa berubah sewaktu waktu. Lagiankan masih jauh. Biar Jihan sama Ali sukses dulu! Baru kita bicarakan ini." Jawab Abi bijak. Jihan dan Ali sama sama tersenyum lega.

"Kalo dari Ali sendiri mau dijodohin sama Ji..."

"MAU!"  Jawab Ali singkat dengan sangat yakin. Yuni tersenyum senang.

"Berarti Ali sama Jihan pacaran donk mah?" Tanya Ali blak blakan. Yuni bingung menjawabnya.

"Ta'aruf!" Abi menjawabnya lebih dulu. Ali bingung.

"Ta'aruf? Apaan tuh?" Ali kembali bertanya. "Kaya pacaran. Tapi dibolehin sama islam. Karena nggak boleh saling bermesraan. Menjalin hubungan dan nggak pacaran. Langsung nikah." Jawab Umi. Ali mengangguk pelan.

Makan siang kali ini pun dilanjutkan dengan berbagai pembicaraan yang tentunya benar benar membuat galau Ali hilang.

-

-

-

-

-

"Martabak coklatnya Bu! Biasaaaa!" Seru Marcell sambil duduk di kursi pelanggan.

"Siaaaaap! Mamah gimana Cell? Udah sembuh?" Tanya Ibu yang merupakan panggilan Marcell terhadap langganannya ini. Kedai Martabak faforit Marcell ini sangat ramai. Beberapa kali Marcell mengusulkan mengusulkan untuk memperbesar kedai itu. Namun selalu saja mendapatkan jawaban berupa gelengan.

"Yaaa gitu Bu. Teriak teriak terus." Jawab Marcell pelan. "Yang sabar yaaa! Siapa tau aja kalo makan martabak Ibu jadi sembuh!" Gurau Ibu. Marcell tersenyum tulus. Mungkin untuk kali ini Ibu adalah satu satunya orang yang bisa menghilangkan penatnya saat ini. Setalah ayahnya meninggal, teman temannya yang selama ini bersamanya malah entah kemana.

"Ibuuuu, biasa ya bu. Martabak kejunya! Gak pake susu. Kejunya yang banyak!" Seru seseorang yang muncul tepat di depan Marcell.

"Siap neng! Mangga atuh calik heula geulis!" Ucap Ibu. Perempuan itu pun duduk santai di sebelah Marcell. Tatapan mereka saling bertemu.

"Elo?"

"Apa? Bisa nggak sih ke kaka kelas itu sopan dikit!"

"Yah elah ini kan disini. Bukan di sekolah! Lo ngapain disini!"

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang