Thirty Six

21 13 0
                                    

Hanya karena kamu benar bukan berarti aku salah. Kamu cuman belum perah hidup di posisiku saja.

-Jihannur Khasanah

"Renaaa!!! Stop sayang! Kamu mau apa?" Jerit Umi mendekati Rena yang terlihat sangat depresi itu. Padahal engga depresi sih tapi keliatannya aja gitu.

"Gue mau mati. Kalian semua cuman peduliin Jihan! Gue kecelakaan tetep aja kalian khawatirnya sama Jihan kan?" Teriak Rena.

"Rena denger dulu,-"

"Gue cape! Gue selalu dikucilkan gini. Gue bahkan ngebohong suka sama Ali buat ngerebut kebahagiaan Jihan, tapi kenapa sih tetep aja gue nggak pernah bahagia. Nggak pernah diperhatiin!"

"Itu karena lo nggak pernah bersyukur dengan apa yang dapetin." Jawab Marcell. Rena bungkam sebentar, nampak berpikir.

"Kamu nggak tau kalo bahkan hidup kamu lebih baik dari aku." Ucap Jihan lirih. Semuanya hening menatap Jihan yang baru saja sadar langsung dihadiahi tarang sansan. Eh salah. Maksudnya langsung dihadiahi hal seperti itu.

"Lebih baik? Dulu yaaah semuanya itu mihak sama gue! Gue udah rela nggak tinggal sama abi dan umi. Marcell dan Ali sayang sama gue. Tapi sekarang lo ngerebut semuanya."

"Karena lo juga udah bohongin gue Ren." Ucap Ali dingin. Mencoba mengatur napasnya agar tidak berteriak.

"Karena gue peng-"

"Cara lo dapetin kebahagiaan itu salah Ren. Lo nggak akan pernah bahagia dengan seribu kebohongan kaya gini." Ucap Marcell.

Rena menangis. Bukan karena SKAKMAT yah. Tapi karena dia akhirnya merenungkan semuanya. Apa yang telah ia perbuat selama ini.

"Kami memang nggak tinggal sama kamu. Tapi tinggal sama nenek dan bisa bersekolah, ketawa, jalan jalan. Itu lebih baik dari sekedar berbaring dan tertawa pun, kesakitan." Jelas Umi. Rena tercengang menatap Jihan. Bukan hanya Rena, Namun juga Ali,Marcell,Rini,dan Sarah.

Oh tidak.

"Kamu masih bisa main kaya anak sebaya kamu pada umumnya tapi Jihan, harus nunggu bertahun tahun untuk bisa ketawa kaya anak anak normal." Tambah Abi.

Rena menutup mulutnya dan kembali menangis. Bukan hanya itu, Rini juga ikut menangis. Memeluk Sarah.

"Dan baru sebentar Jihan dapetin kebahagiaan, kamu bilang dia merebut semuanya?" Tanya Abi lagi.

Rena diam tak berkutik. Sedih dan perasaan entah apa yang sangat tidak jelas menjalari tubuhnya dan hatinya.

"Jihaaan gue minta maaf sama lo." Rintih Rena yang kali ini benar benar terlihat tulus. Jihan tersenyum senang. Akhirnya, Rena mampu mengerti dirinya.

"Ali maafin gue." Tambah Rena menatap Ali sekejap dan menarik tangan Ali lalu menuntunya ke arah Jihan.

"Mungkin ini emang terlalu ke kanak kanakan, tapi gue percaya penyakit parah itu nggak bisa disembuhin pake obat. Tapi pake cinta sejati." Ucap Rena menggandengkan tangan Ali dan Jihan.

"Eits, lepasin! Bukan mukhrim!" Ucap Abi tegas. Membuat Ali melepaskan genggamannya saat itu dan terciptalah gelak tawa hangat di ruangan itu.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang