Ciluk ba 🙈🙉
Author lagi gj gaess
Emang tiap hari miring sehhh
Kesambet kali yah?!
Hah?
Kesambet?Ngapain coba!
Ga usah dibaca deh kalo yang pake bold gini. Isinya hanya sebuah tai lalats eh tai ayams eh tai kebos eh tai apalah itu.
Oke. Happy Reading 😊😄😍
Suasana pemakaman yang penuh duka itu seketika menjadi sepi sejak 2 jam yang lalu.
Hanya ada Marcell disana. Menatapi nisan yang dengan berkhianat mukiskan nama Ibunya. Ranti Irmawati. Ia tidak bisa lagi menangis. Air matanya sudah habis. Ia tidak bisa lagi berteriak-teriak. Suaranya sudah habis. Ia hanya bisa melamun seribu kata sambil terus menatap nisan itu.
"Lo mau pulang atau mau diem aja disini sampe jamuran?" Tanya seseorang yang ternyata itu adalah Ali. Marcell enggan menganggapi orang di belakangnya itu. Ia malas berdebat.
"Cepetan gue cape nungguin di mobil. Sumpek! Disini malah bau kembang! Gak suka gue." Tutur Ali cepat.
"Emang suruh siapa lo nungguin gue? Pulang aja sana!" Seru Marcell malas. Ali menghentakkan kakinya.
"Kalo bukan disuruh mamah udah gue hajar lo! Cepet deh balik." Ujar Ali. Marcell masih tidak meresponnya.
"Ka Marcell pulang yuu udah mau hujan! Nanti Ka Marcell sakit." Ucap seseorang dari dalam mobil.
Marcell menoleh sebentar. "Duluan aja Han. Gue mau tenangin diri dulu disini." Jawab Marcell dengan nada yang sangat berbeda dibandingkan berbicara dengan Ali.
"Nggak baik Ka lama lama di kuburan. Pulang yuu!" Bujuk Jihan yang langsung mendapatkan tatapan aneh dari Ali.
Marcell menyerah. Ia berdiri dan melangkah loyo menuju mobil Ali.
"Suruh siapa lo duduk di sebelah calon istri gue! Lo yang nyetir!" Ucap Ali pedas. Untungnya saat itu Marcell sedang berduka. Kalau tidak mungkin saja bisa ia bogem habis mulut Ali.
Marcell melangkah memasuki mobil Ali. Tepatnya bagian supirnya dan segera melajukan mobil itu kuat kuat.
💖💕
"Eh Han beneran yah kasian deh Ka Marcell. Udah ayahnya meninggal terus sekarang ibunya. Jadi sebatang kara gitu. Gue siap deh jadi teman hidupnya!" Celoteh Sarah sedikit mencuri curi waktu untuk bicara. Padahal sekarang ini sedang jam pelajaran. Apalagi guru yang sedang mengajar adalah Pak Mustapa. Guru mtk yang mempunyai pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam.
"Udah deh Rah. Gausah ngarep. Mana suara lo gede lagi!" Bisik Rini. Jihan tidak menggubris keduanya. Ia takut sewaktu waktu Pak Mustapa mendengar mereka dan dihukum.
"Berisik lo Rin! Bilang aja lo juga suka kan sama Ka Marcell!" Ucap Sarah yang kali ini bukan lagi berbisik.
Pak Mustapa memperhatikan keduanya dengan tatapan tajam seolah siap untuk menciptakan petir yang akan menggelegar hebat disana.
"Sarah Windyawanti, Rini Antika, Jihannur Khasannah. Boleh keluar sekarang. Atau saya yang keluar!" Tegur Pak Mustapa membuat satu kelas menatap mereka bertiga. Untuk ukuran Sarah dan Rini sudah biasa, tapi ini untuk Jihan, luar biasa. Anak seperti Jihan harus terlibat juga dalam hal seperti ini.
Jihan, Sarah, dan Rini keluar dengan seribu umpatan dan hujatan yang keluar dari mulut mereka masing masing. Kecuali Jihan yang masih diam dan berjalan malas ke arah lapangan. Untuk apa? Tentu saja untuk menyapu daun daun yang berguguran disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy's Diary (Completed)
Ficção AdolescenteHati seseorang gak ada yg tau Seburuk apapun penampilannya Sebobrok apapun sikapnya. 😆 baca aja. Gk maksa kooo siapa tau penasaran. Boleh di vote and komen ya!