Twenty Four

25 17 1
                                    



Happy Reading!
😉😄








Ali sampai di Medan. Lagi dan lagi, ia hanya mengikuti instingnya tanpa bantuan apapun. Susah juga menjadi orang seperti Ali.

Ali rindu dengan Medan. Dulu waktu kecil, ia selalu ke sana. Terakhir kali ke tempat itu adalah ketika ia melakukan pencarian konyolnya dan kini ia kembali melakukan hal bodoh itu. Namun lebih pasti karena Jihan memberi jejak yang sangat jelas. Pesantren Nurrul Iman namanya. Dengan mudah Ali akan menemukannya, itu pun menurut pemikiran Ali sendiri.

Ia berjalan pelan tanpa harus berat barat membawa koper seperti waktu itu lagi, karena ia menginap di rumah neneknya. Tentu saja waktu itu tidak karena yang dilakukannya adalah melarikan diri untuk seseorang yang belum jelas hidup matinya.

Ali menatap Kota itu penuh kerinduan. Masa kecilnya Ali selalu bermain di jalan yang ia lewati kini. Bersama Marcell dan Rena yang sama sama memiliki keturunan Medan juga.

Gubrak!

Ali tidak sengaja menabrak seseorang karena terlalu fokus bernostalgia tadi.

"Eh maaf maaf!" Ucap Ali membantu perempuan itu berdiri. Ia mendongakan kepalanya menatap Ali hingga tatapan mereka benar benar bertemu.

Rindu

Sakit

Tak percaya

Yang dirasakan Ali kini. Perempuan itu... Jihan. Yaaa dia Jihan yang tak berjilbab.

"Jihan? Ke kerudung lo ma mana?" Tanya Ali gugup. Ini terlalu dadakan. Sangat dadakan untuk bertemu dengan belahan jiwanya itu.

"Al Alliii?" Ucap Jihan tak berjilbab itu tak percaya.

Ali menaikan alisnya sebelah. Ada apa dengan Jihan? Kenapa ia melepas jilbannya? Kenapa ia menatap Ali sangat lama? Kenapa ia memanggil namanya tanpa embel embel Ka? Apa kesalahannya benar benar fatal sampai membuat seorang Jihan berubah 180 derajat? Apa yang dilakukannya?

"Llo lo kenapa Han?"

"Ali? El l lo Ali?"

Ali mengangguk bingung. Ada apa ini?

"Lo kenapa Jihan? Bilang sama gue!" Seru Ali mengguncang guncang pundak Jihan tak berjilbab itu.

"Gue bukan Jihan!" Teriaknya dengan mata yang berkaca kaca lalu berdiri dan menginjak kaki Ali dengan keras kemudian berlari kencang.

Ali memegangi kakinya kesakitan. Namun ia masih berusaha untuk mengejar Jihannya itu.

"Jihan lo kenapa? Gue tau gue salah tapi gue mau minta maaf plis!" Teriak Ali. Jihan tak berjilbab itu berhenti dan berbalik menatap Ali dengan matanya yang sayu.

"Gue bukan Jihan. Gue Rena." Ucapnya. Ali terkejut bukan main. Saat itu, Ali ke sana. Ke Medan. Tapi, ia sama sekali tidak menemukan seorang Rena disana. Tapi sekarang? Saat yang ia cari adalah Jihan. Renalah yang ditemukannya.

"Re....na!" Ucap Ali terkejut. Lututnya lemas. Sangat lemas. Tidak bisa berkutik lagi, Ali pun terduduk di tempat.

"Gue mau ceritain sebuah rahasia boleh?" Tanya Rena. Ali mendongak dan mengangguk pelan.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang