Seven

45 14 4
                                    

Hay!

Welcome back 😆

Oh ya buat yang baca part 6 sengaja dibikin gak rame hehe
Biar pada penasaran

Jan lupa vote and coment!

Happy Reading

Burung Burung berkicau merdu. Cahaya matahari pagi nampak menerobos kamar yang dihuni Marcell sekarang.

Ia belum memutuskan untuk pulang. Abi dan Umi tetap mengizinkannya tinggal namun keputusan harus diambil hari ini juga. Memilih untuk pulang atau tetap tinggal namun memberi tahu ibunya bahwa ia ada disana. Intinya sama saja.

Marcell mendengar sebuah alunan irama yang asing di telinganya. Ia memilih untuk mengikuti suara itu. Hingga sampailah di sumbernya. Kursi depan rumah yang menghadap ke sebuah taman mini namun bunganya tertata rapih. Tampak Jihan sedang membaca sebuah buku tebal yang hurufnya juga nampak asing di mata Marcell.

"Lo baca apaan?" Tanya Marcell to the point. Jihan yang tengah mengaji itu terkejut dan langsung menutup Al-Qur'annya. Seraya menarik napas Jihan menjawabnya. "Al-Qur'an." Jawab Jihan sambil menampakan senyum manisnya. Marcell merasakan sesuatu yang menggetar di hatinya ketika melihat gadis itu tersenyum. Cantik. Satu kata yang mewakili Jihan untuk hampir semua kriteria.

"Nama lo siapa?" Tanya Marcell dingin. Ia duduk di bangku sebelah Jihan.

"Jihan. Nama k "

"Marcell. " Jawab Marcell memotong omongan Jihan. Jihan mengangguk matap.

"Kelas berapa?" Tanya Jihan lagi. Marcell menengok ke arahnya. "3 SMA." Jawab Marcell yang masih tampak dingin. "Lo murid baru?" Tanya Marcell. Jihan bingung. "A apa?" Jihan bertanya balik. Marcell berdecek malas. "Gue nggak suka ngulangin omongan gue. Tapi karna lo baru kenal sama gue, jadi gue mau ngulang. Lo murid baru?" Tanya Marcell dengan muka datarnya. "Hah? Iya di dimana?" Ucap Jihan lagi. Marcell menghembuskan napas keras. "Di SMA 20! Dimana lagi! Emang lo sekolah di 2 tempat apa!" Seru Marcell ketus. "Iya ko tau?" Tanya Jihan. "Ya karna gue nggak pernah liat lo!" Seru Marcell. "Gue baru liat lo waktu si Ali nembak lo doank! " Tambahnya.

Jihan menelan ludah. Kenapa harus karena alasan itu? Jangan jangan satu sekolah tau pasal Ka Ali yang mengutarakan perasaanya?

"Iya satu sekolah tau!" Ucap Marcell seolah iya bisa membaca pikiran Jihan sekarang.

"Oh.." Jawab Jihan yang kemudian menunduk. Marcell menatapnya lekat.

"Trus lo terima?" Tanya Marcell. Jihan hanya menggeleng cepat tanpa menoleh ke arahnya.

"Tumben." Ucap Marcell. Jihan bingung.Ia mengertutkan keningnya. Tumben? Tumben apa?

"Tumben kalo ada yang nolak Ali." Ucap Marcell cepat. Lagi lagi ia bisa mambaca pikiran Jihan. "Ko kaka bisa tau yang saya pikirin?" Tanya Jihan. Marcell menatapnya malas. "Bego. Muka lo tuh udah nunjukin apa yang ada dipikiran lo! Makanya kalo ngomong sama gue jangan nunjukin ekspresi lo!" Seru Marcell.

Jihan benar benar dibuat bingung oleh Marcell. Ia semakin yakin kalau orang yang ada di depannya ini adalah orang yang dimaksud oleh Sarah. Memang benar. Marcell memiliki wajah yang tampan dan bertubuh jangkung. Hanya saja omongannya sedikit ketus dan terlalu to the point. Berbeda dengan Ali yang lebih suka bercanda dan gombal. Meskipun sama sama to the point.

"Ka Marcell kenal sama Ka Ali? " Tanya Jihan untuk kembali memastikan. Marcell menatapnya.

"Gausah pake kaka kaka segala! Alay! Panggil Marcell aja!" Seru Marcell. "Kecuali kalo di sekolah!" Tambahnya. Jihan mengangguk.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang