Eight

37 15 1
                                    


Hay

Welcome back to my youtube channel!!

Eh salah

(Gabutz atuh.....)

Marcell terus menarik tangan Jihan dengan eratnya. Langkahnya yang terlalu lebar untuk porsi Jihan membuat Jihan harus setengah berlari  sambil beberapa kali mencoba melepas tangannya dengan alasan bukan mukhrim.

"Ka mau kemana lepasin tangan saya!" Ucap Jihan ketakutan.

Marcell menatap lurus ke depan. Tangannya masih mencengkram tangan Jihan sambil terus melangkah.

"Gue udah bilang nggak usah manggil gue ka!" Ucap Marcell malas.

"Marcell lepasin tangan saya! Kamu mau bawa saya kemana!?" Ujar Jihan setengah berteriak.

Marcell tidak menjawabnya. Ia hanya terus membawa Jihan ke suatu tempat. Yang ternyata adalah jembatan tempatnya hampir bunuh diri itu.

Disana nampak beberapa botol minuman kosong bekasnya minum pada malam itu. Tempat itu memang sudah menjadi tongkrongan rahasia Marcell ketika ia sedang ingin sendirian.

Marcell melepaskan tangan Jihan dan menyuruhnya untuk tetap berdiri disana dan sedikit menjauh. Ia melemparkan botol botol kosong itu sambil terus mengucapkan kata kata kasar dan berbagai keluhan. Botol botol itu terus saja dibanting ke pegangan jembatan itu sampai kacanya pecah dan menimbulkan suara bising di telinga Jihan.

"Argghhhhh!"

"Gue benci hidup!"

"Gue pengen mati! Gue nggak mau hidup lagi! Gue benci takdir! Gue cape ngadepin takdir gue capee!!!"

Marcell terus menerus mengeluarkan kata kata kasar sambil mebanting botol botol itu. Tak jarang serpihan kacanya malah mengenai tangannya dan membuatnya terluka.

Jihan tidak berani berkomentar. Ia hanya menutup telinga dengan tangannya sambil terus beristighfar dalam hatinya.

"Dan lo Jihan! Lo harus diem disana! Temenin gue sampe gue puas banting botol ini! Sampe gue puas marah sama Tuhan! Sampe gue puas gue terluka!" Ucap Marcell tajam seraya menatap Jihan dengan pandangan perihnya.

"Asstaghfirulohaladzim Marcell. Kamu nggak boleh ngelawan takdir! Itu udah jadi kehendak Tuhan dan Tuhan memberikan semua cobaan buat kamu karena Dia tau kamu mampu!" Ucap Jihan sambil terus menutupi telinganya.

"Tuhan tau gue mampu tapi Dia nggak pernah adil sama gue! Selalu aja gue dapetin takdir kaya gini! Tuhan nggak sayang sama gue!" Ujar Marcell yang kembali membanting botol botol itu.

"Terus aja Cell. Sampe lo mati kena pecahan botol itu dan gue kuburin mayat lo bareng Jihan nanti." Ucap Ali datar yang tiba tiba muncul di belakang Jihan.

Marcell tersenyum miris.

"Gue nggak ada urusan sama lo!" Ucapnya sambil terus melemparkan botol botol itu.

"Cuman Pengecut kaya lo yang ngejadiin perempuan sebagai pelampiasan amarah lo kayak gini!" Seru Ali yang kemudian melangkah dan mencoba untuk melindungi Jihan di depannya.

"Dan cuman Pengecut kaya lo yang bisanya permainin hati setiap perempuan yang suka sama lo! Dengan tampang lo doang!" Jawab Marcell yang menghentikan aksinya.

"Dan cuman Pengecut kaya lo yang gak pernah peduli sama orang di sekitar lo yang punya rasa buat lo!" Tambah Ali menerawang.

"Dan cuman pengecut kaya lo! Yang bisanya cuman nyalahin orang lain tanpa tau kebenaranya!" Teriak Marcell mencoba memukul Ali namun ditahan oleh Jihan.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang