Ten

52 13 31
                                    

Hay apa kabar?
Baik khan?
Ya khan?
Iya atuh.....
😆😬😉

Udah ya happy reading!

Senyuman yang pertama kali kulihat darinya seakan menyentuh ke dalam dasar hatiku yang datang dari seseorang yang dulu pernah mengisinya.
Marcell Adilla.

"Ayo mah! Mamah makan dulu!" Bujuk Marcell yang beberapa kali mencoba menyuapi ibunya meskipun hanya mendapat balasan berupa tepisan kasar dari Ranti.

Rambutnya berantakan. Wajahnya penuh amarah. Matanya sayu. Hanya itu yang dapat dilihat Marcell dari sosok Ranti sekarang.

Marcell tidak kuat menahan tangisnya. Ia menitikan air matanya. Seandainya saja ayahnya tidak meninggal. Seandainya saja ayahnya masih ada disampingnya dengan keadaan sehat wal'afiat. Bahagialah hidupnya.

"Pergi kamu! Mamah nggak mau lihat kamu disini! Mamah ingin Danu ada disini! Jemput mamah!" Teriak Ranti sambil melemparkan bantal pada Marcell dan mengusirnya.

Marcell hanya pasrah dan pergi menaiki motornya ke tempatnya biasa menyendiri.

Ketika sampai di jembatan itu, Marcell langsung menangis sekencangnya. Sambil beberapa kali memukul mukul bahu jembatan itu. Melemparkan botol botol kaca bekasnya waktu itu.

"Ka Marcell?" Seru Jihan yang tidak sengaja melewati jembatan itu dan melihat Marcell.

Marcell menatapnya miris. Namun ia tidak memperdulikan Jihan dan kembali melanjutkan aksinya.

"Han. Gue kangen banget sama papah." Ucap Marcell yang kemudian menghentikan aksinya. Tapi tidak berhenti menangis.

"Kalo Kaka kangen. Kaka shalat terus ziarah ke makam Papah Ka Marcell. Nanti juga sembuh kangennya!" Ucap Jihan. Marcell berpikir sebentar.

"Lo mau nggak temenin gue." Tanya Marcell dengan tatapan kosongnya.

"Kemana?" Jihan balas bertanya.

"Jalan jalan. Lepasin penat gue." Jawab Marcell. Jihan menggeleng cepat. "Kayanya nggak deh Ka. Udah malem. Besok besok aja ya! Saya duluan." Jawab Jihan sambil berlalu.

Marcell menatap Jihan dari belakang. Jalannya persis seperti Rena. Orang yang dirindukannya.

"Yaudah minggu besok gue jemput!" Teriaknya. Tidak peduli Jihan mendengarnya atau tidak tapi Marcell tetap menganggapnya setuju.

-

-

Ali berjalan melewati mushola sekolah yang sudah nampak sepi karena sejak 20 menit yang lalu memang jamnya pulang. Sebenarnya ia sudah pulang daritadi. Hanya saja, ia harus menunggu Bagas yang dihukum karena tidak mengerjakan PR Seni Budaya.

Ia menghentikan langkahnya ketika mendengar alunan nada indah dari arah bangku berpayung di sebelah mushola.

Ali menatap Jihan tak percaya. Bukan hanya penampilannya. Tapi juga hatinya. Benar benar baik bagi Ali. Ia melihat Jihan yang tengah membaca sebuah buku tebal yang ia ketahui namanya. Al-Qur'an.

Ayat ayat yang dibacakan Jihan benar benar menyentuh hatinya. Berbeda dengan hampir semua orang yang pernah ia pacari. Yang ini benar benar berbeda.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang