FOUR

54 17 4
                                    

GUBRAK! !!!!

















      Terdengar suara seseorang jatuh.

    Sarah pingsan.

   Saat itu juga satu kantin menatap ke arah Ali Jihan dan Sarah yang memang sedang terkejut sekarang.

"Sarahhhh!" Teriak Jihan. Ia mengguncang guncangkan tubuh Sarah. Badanya begitu dingin.

Tanpa aba aba Ali menggendongnya menuju UKS. Banyak siswi yang menyaksikannya. Terlebih ada juga yang memfotonya berbisik bisik berteriak teriak dan semacamnya. Yang jelas itu KONYOL.

Jihan mengikutinya dari belakang. Ia merasa bersalah atas hal ini. Meskipun sebenarnya ia bukan penyebab utama Sarah pingsan.

"Ya ampun Han? Sarah kenapa?" Tanya Rini panik. Ia dari ruang rapat OSIS karena dimintai data data untuk LPJ.

Duluya Rini memang pengurus OSIS dengan jabatan sebagai sekertaris 2. Jadi, karena sebentar lagi akan ada pemilihan OSIS yang baru maka ia harus bolak balik dimintai keterangan.

"Ngga tau tapi tadi dia pingsan. Aku takut kalau terjadi sesuatu sama dia." Ucap Jihan panik.

Rini dan Jihan pun mengikuti Ali ke UKS. Sepanjang jalan semua siswa yang kebetulan lewat menatap kejadian itu dengan histeris.

"Yaudah buat pertanyaan yang tadi.... gue kasih waktu buat lo untuk pertimbangin. Sekarang gue mau balik dulu ke kelas bye!' Ucap Ali seraya pergi dari UKS.

Rini yang tidak tahu apa apa mengenai hal ini merasa kebingungan.

"Pertanyaan apaan Han?" Tanya Rini. Jihan hanya menggeleng keras berusaha menyembunyikan apa yang terjadi. Namun, Rini bukanlah tipe orang yang tidak mudah menyerah. Ia hanya mengangguk walaupun sebenarnya ia akan mencari tahu kembali.

Sarah tampak tenang dalam mata yang terpejam. Ia memang cantik. Hanya saja bawel selalu menjadi penghalang dari sumber kecantikannya.

"Napa Han? Daritadi bengong mulu ngeiatin Sarah?" Tanya Rini. Jihan tersenyum. "Sarah cantik ya Rin. Tinggal pake jilbab aja." Jawab Jihan santai. Rini terkejoed mendengarnya.

"Maksudnya kaya lo gitu?" Tanya Rini lagi. Jihan mengangguk cepat.

"Hem boleh sih. Sarah emang cantik Han. Sayangnya bawel banget! Telmi lagi! Kalo kalem dikit aja...... udah dapet pacar dia." Tutur Rini.

"Emangnya pacaran harus nyari yang cantik? Lagiankan pacaran itu dilarang sama agama Rin." Jawab Jihan sabar. Rini menarik napas panjang.

"Gue sih pengennya gitu. Gak pacaran! Tapi hidup gue tuh jadi serasa gak rame gitu kalo masih gak pacaran . Jadi monotom malahan!" Ucap Rini sembari membaringkan tubuhnya ke kasur kosong sebelah Sarah.

"Ya kalo dijalaninnya pake niat sih..... pasti bisa Rin! "  Balas Jihan lagi.

Seketika itu suasana menjadi hening.

"Gu gue dimana?" Tanya Sarah lemas.

Jihan dan Rini menoleh ke arahnya dengan serempak.

"Udah sadar? Allhamdullilah!" Seru Jihan tersenyum. Sarah kebingungan. "Eh dah ngapain lo pake bangun segala? Udah bagus bagus lo pingsan aja! Gue jadi bisa bolos pelajaran kan!" Tembal Rini. Jihan tertawa geli.

"Eh emangnya gue kenapa? Pingsan? " Tanya Sarah lagi. Jihan hanya mengangguk pelan.

"Hah? Terus siapa yang ngangkat gue kesini?" Tanya Sarah lagi. "Mang Heri!" Jawab Rini berbohong. "Whaaaaaat? Omg! Ga sudi gue ga sudi!" Teriak Sarah kesal.

"Han lo jangan bilang bilang kalo Ka Ali yang ngangkat dia. Nanti jadi kegeeran dianya! Bisa gila malah!" Bisik Rini. Tanpa disadarinya ternyata Sarah nguping.

"WHAT?  KA ALI NGANGKAT GUE KESINI? HAH! MIMPI APA GUE SEMALEM YA AMPUN!  REJEKI ANAK SHALEHHHHHHH!" Teriak Sarah sampai terdengar hingga keluar UKS. Karena kesal, Rini membekap mulutnya. Jihan hanya tertawa lega.











-






-






"Eh Li! Gue denger kabar kalo bokapnya si Marcell meninggal!" Ucap Septa selesai ngeband. Ali mengerutkan keningnya.

"Marcell mana? Gue lupa! "  Ucap Ali malas. Septa geleng geleng kepala.

"Marcell Adilla Li! Yang musuh bubuyutan lo! Yang udah lo kalahin habis waktu itu!" Jawab Septa gemas. Ali hanya meng-oh kan dengan malas.

"Yaelah Li tengokin napa! Gitu gitu juga hidup kita gak akan rame kalo nggak ada dia!" Tutur Bagas. Ali menatapnya tajam.

"Heh. Meninggalnya juga kemaren lusa! Udah dikubur! Ngapain nengokin segala!" Jawab Ali datar. Bagas melongo ria.

"Pantesan dia udah nggak masuk dari kapan coba! Gue pikir takut ama kita!" Ucap Arga pede. Ali hanya tersenyum miring.

"Eh Li! Si Johan itu...."

"Johan johan lo pikir supir gue mang Johan!" Tutur Arga memotong perkataan Bagas. Ia memang selalu salah dalam pengucapan nama.

"Jihan?" Tanya Septa. Bagas berseru riang.

"Yaaaaaa itchuuuu!" Seru Bagas. Sementara yang lain hanya menatapnya datar.

"Gatau deh masa pas gue nembak tadi malah si Sarah temennya yang pingsan!" Tutur Ali kesal. Septa tertawa puas.

"Terus lo gendong kan?" Tanya Septa. Ali mengangguk malas

"Curiga lo bakalan suka sama Sarah ini mah!" Teriak Septa lagi. Ali mendelik kesal. Yang lainnya tertawa. Tentu saja kecuali Ali.

"Selera gue nggak serendah itu!"  Jawab Ali dingin.

"Wah wah parah lo! Awas aja nanti kalo lo pacarin si Sarah!" Jawab Arga senang. Semuanya tertawa. "Apaan! Gak sudi gue!" Teriak Ali kesal. "Yeee gak boleh gitu juga kali Li! Gitu gitu kan si Sarah juga cantik tuuuh cuman oon aja!" Sahut Bagas. Arga menjitaknya pelan. "Lo ngatain orang lain oon kaya yang nggak oon aja lo!" Seru Arga. Terjadilah adu mulut antara keduanya.




Haloo guys

Maafkan kalo lebih banyak percakapannya dibanding penjelasannya.

Nanti lagi aku bikin penjelasan yang lebih banyak oke?

Itu juga kalo lagi ada ide yaaa

Vote and coment bye!

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang