TWO

130 26 1
                                    

Flashback

       Ali melaju kencang dengan motor kesayangannya. Pakaian yang ia kenakan begitu kotor karena pertengkaran dengan temannya tadi. Kerah bajunya sedikit sobek,dan wajahnya cukup lebam karena terkena bogem mentah dari Marcell tadi. Marcell adalah musuh bebuyutannya sejak lama dan baru kali inilah Ali berhasil menghabisinya. Cukup sakit tapi kini ia benar benar puas dengan yang terjadi.
    
       Matanya menatap tajam ke depan tanpa memperhatikan apapun. Ia terus maju membelah angin dan pergi tanpa tujuan.
     
      Ia terus melaju hingga motornya hampir menabrak seorang gadis, untungnya Ali sempat melihatnya dan mebelokan motornya meskipun ia harus terjatuh kini.

   "Woy jalan tu pake mata!" Serunya gusar. Perempuan itu mendongak dan membantunya berdiri. Sangat cantik. Jilbab putihnya, seakan serasi dengan rok terusan berwarna hitam putih dan angin seraya menambahkan kecantikan yang murni dimilikinya.
      "Maaf saya buru buru tadi....sekali lagi saya minta maaf yah..." Ucap perempuan itu dengan rasa bersalahnya. Ali tidak meresponya. Ia menatap diam perempuan yang ada didepannya.
      "Gausah minta maaf cukup lo jadi pacar gue aja ya..." Ucap Ali dengan santainya. Perempuan itu tersentak kaget. Matanya yang bulat penuh melotot hingga menampakan sinarnya dan pantulan wajah Ali saat itu.
        "Asstaghfirulloh'aladzim..."  Kata perempuan itu seraya pergi berlari. Ali sangat bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa malah lari? Benaknya. Gak pernah liat cowo seganteng gue kali. Benaknya lagi dengan santainya.
       Sekejap kemuadian,ia terbangun sambil membetulkan motornya. Matanya menuju sapu tangan biru muda yang bertuliskan Jihannur Khasannah. Mungkin saja itu adalah namanya pikir Ali. Ia pun memasukkan sapu tangan itu ke dalam jaket jeans belelnya dan kemudian melaju kencang.

       Jihan berlari sangat cepat sambil komat kamit beriztighfar. Sedari tadi ia mencari cari masjid terdekat untuk melaksanakan shalat. Maklum saja karena baru 2 hari Jihan berada di Bandung. Ia berasal dari Kota Medan, karena ayahnya yang dipindahkan tugas, dengan terpaksa ia dan keluarganya juga harus ikut pindah ke Bandung.
        Jihan sendiri menduduki bangku 2 SMA. Karena kepindahannya ia harus memulai kembali bersekolah besok. Tentu saja di sekolah barunya.
 

Esoknya.....

      "Anak anak perkenalkan murid baru di kelas kita. Jihan."Kata Pak Budiman memperkenalkan Jihan. Semua mata tertuju padanya kini. Jilbab putihnya yang memang serasi dengan seragam putih abu yang ia kenakan seakan menambah kesan cantik dan anggun dalam diri Jihan.
      Jihan pun memperkenalkan diri. Ia hanya berharap bisa berinteraksi dengan teman baru di kelasnya.

"Hai, Jihan kenalin nama gue Sarah!" Sapa Sarah yang sekarang menjadi teman sebangku Jihan. Sebelumnya ia duduk seorang diri karena jumlah murid di kelas IPS 3 ganjil. Jihan menjabat tangan Sarah senang. Sarah berambut panjang. Ia mengikatnya rapih. Poni yang membelah pinggir menutupi jidatnya.
      Pelajaran terus berlanjut hingga istirahat pun tiba.

   "Eh Jihan lo pindahan darimana?" Tanya Ahmad sambil mendekatinya. "Dari Medan." Jawab Jihan yang terlihat cukup risih. " Rumah lo dimana han?" Tanya Rasyan yang juga mendektanya. "Di jalan Ambon." Jawab Jihan yang masih risih. Namun ia mencoba tersenyum. "Wah deket donk pulang bareng yuu naik motor gue!" Seru Helmy yang ikut menggoda Jihan juga. "Ngga usah.... saya bisa naik bis sekolah ko." Tolak Jihan. Rasyan dan Ahmad mentertawakan Helmy.

     "Woy kalian tuh! Kasian tau Jiahnnya!" Tegur Sarah. Ia menarik Jihan menuju kantin. " Mereka itu semenjak dulu kaya gitu kalo udah liat cewek cantik aja ganjeun banget.!" Oceh Sarah. "Ganjeun?" Tanya Jihan yang memang kurang mengerti bahasa Sunda. "Ganjeun itu genit." Ucap Rini yang tiba tiba ikut berjalan. Jihan mengangguk tersenyum. "Lagian lo sih Rah, udah tau Jihan kan pindahan dari Medan. Masa diajakin ngomong bahaasa Sunda!" Tegur Rini. Sarah hanya nyegir kuda.

     Kantin ramai seperti biasa. Apalagi karena adanya seorang lelaki yang memang menjadi sorotan disini. Ali. Anak yang paling populer. Bukan karena ketampannanya saja. Tapi karena jago olahraga, sering membuat kericuhan, dan merupakan vokalis band sekolah juga. Semua siswa takut padanya dan semua siswi juga takluk pada senyuman dan ketampanannya. Meskipun begitu, Ali sama sekali tidak pernah serius dengan yang namanya pacaran. Ia selalu saja bergonta ganti pacar setiap minggunya. Tetapi hal ini sama sekali tidak mempengaruhi popularitasnya.
       
        Jihan terkejut ketika melihat lelaki yang sedang duduk di bangku ujung kantin. Matanya terbelalak tak percaya ketika melihat lelaki kemarin yang hampir saja menabraknya dan sekarang 1 sekolah dengannya. Ali.

       "Kenapa Han? Jangan kaget kalo ngeliat cowok itu. Emang ganteng sihh tapi badboy. Ya tetep aja sih keren. Namanya Ka Ali." Jelas Sarah. Jihan menggeleng cepat.   
        "Asstaghfirullah'alaadzim...." Ucap Jihan. Sarah kebingungan. "Kok malah iztighfar?" Tanya Sarah heran. Rini mencubitnya. "Heh lo tuh bisa ngga sih ya jelasin tuu yang penting penting aja. Kaya gitu make dijelasin. Udah tau Jihan anak baru disini!" Tegur Rini lagi. Sarah menggerutu kesal. "Biarin aja Han, Rini tuh korbannya Ka Ali juga. Dia pernah dipacarin 3 hari terus diputusin. Makanya dia tuh dendam abis sama Ka Ali lope lope." Bisik Sarah sewot. Jihan hanya tertawa mendengarnya. Meskipun ia beriztighfar dalam hatinya.

      Mereka bertiga pun memesan makanan dan makan di bangku yang berjarak 3 meja dari tempat duduk Ali dan genknya.
       Ali yang tengah makan terkejut ketika tidak sengaja melihat perempuan yang kemarin hampir ditabraknya. Ia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sapu tangan biru muda yang sepertinya milik perempuan itu.

       "Napa Li ?" Tanya Arga yang kebingungan karena melihat teman di sebelahnya bengong sambil memegang sapu tangan biru. Ali menggeleng cepat. Tapi ia tersenyum penuh rahasia sambil melihat ke arah Jihan.
     "Eh Han, ya ampun Ka Ali ngeliatin gue terus nih.... kenapa ya? Poni gue menceng atau rambut gue berantakan gitu?" Tanya Sarah panik. Jihan tersenyum. "Ngga ada koo masih cantik juga.." Jawab Jihan santai. "Lagian lo geer banget sih! Belum tentu juga dia ngeliatin lo!" Tegur Rini lagi lagi. "Yee bilang lo sirik kan gara gara sekarang yang dideketin sama Ka Ali gue." Ucap Sarah pd. Jihan dan Rini menggeleng geleng.
        "Ya ampun han dia kesini dia kesini! Tuh kan jangan jangan Ka Ali mau nembak gue!" Ucap Sarah panik. Rini menatapnya tajam. "Heh lo apa apaan sih ngga usah kegeeran kenapa!" Seru Rini kesal. Sarah masih saja berjingkrak jingkrak. Sampai Ali benar benar sampai di mejanya.

      "Lo yang kemaren kan?" Tanya Ali mencoba membuka pembicaraan dengan Jihan. Ia duduk di bangku sebelah Jihan yang memang kebetulan kosong. Sarah terkejut sedangkan Rini tersenyum mengejek padanya. Jihan hanya mengangguk dan mencoba menghindari tatapan Ali.
       "Heh lo ko malah nunduk sih? Takut? Gausah takut gue anak baik baik ko....." Jelas Ali. Rini hampir muntah mendengarnya. "Oh ya ini." Kata Ali lagi sambil memberikan sapu tangan biru itu. "Punya lo kan?" Ucap Ali berusaha memastikan. "Eh iya makasih ka.." Jawab Jihan masih berusaha menghindari tatapan Ali yang kini tertuju padanya. "Bisa nggak kalo makasihnya sambil ngeliat gitu ke gue!" Tembal Ali. Jihan tetap membuang muka. "Yaudah siihh gue bukan tipe pemaksa juga. Tapi ya nanti liat aja lo bakalan ngeliat gue dan gue bisa liat mata bening lo lagi lagi kaya kemaren!" Ucap Ali seraya pergi. Jihan menghela napas lega.
      "Omay gatt Jihan.... sejak kapan lo kenal sama Ka Ali? Gue aja yang dari SMP dulu udah kenal dia tapi dianya gak pernah tuh ngajak gue ngobrol. Sedangkan lo? Lo yang baru 1 hari sekolah disini udah diajak ngobrol sama Ka Ali?!!" Seru Sarah. Jihan mengerungkan jidatnya. "Udah deh mendingan kita kalo makanya udah kita ke kelas aja yuu ngga enak nih diliatin sama banyak orang." Ucap Jihan. "Udah biasa Han, lo kan barusan di ajak ngobrol sama Ka Ali jadinya banyak hatters ngeliatin kan!" Jawab Rini santai yang ikut bangun dan beranjak pergi.

  
Hari ini memang hari yang cukup berat bagi Jihan.
Selain karena harus berinteraksi dengan teman teman barunya, banyak lelaki yang menggodanya juga. Padahal dulu di Medan ia sama sekali tidak pernah mengalami hal hal seperti ini.
      

   

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang