Happy Reading
😉😄Sudah dua hari lamanya Ali menginap di pesantren milik Abi. Ia masih belum bisa memutuskan siapa dan bagaimana untuk kedepannya.
Di satu sisi Ali, tidak keberatan Jihan membatalkan perjodohan itu karena tentu saja Rena cinta pertamanya sudah ada di depan mata.
Namun hati kecilnya mengatakan bahwa Jihan adalah yang terbaik untuknya. Sudah sepantasnya ia melupakan Rena sebagai masa lalunya. Lagipula tidak ada yang tahu siapa orang yang ada di hati Rena sekarang. Karena bisa saja Rena masih belum bisa melupakan Marcell.
Dua hari ini juga Ali hanya melamun ria sambil duduk di genteng memandangi aktivitas anak anak pesantren. Ia tidak berbicara panjang, mengobrol, ataupun menjawab telepon dari teman temannya di Bandung. Ali juga masih bingung kapan ia akan kembali ke Bandung.
Ali mengamati seseorang dari jauh. Ia tengah tersenyum bahkan tertawa girang bersama anak anak pesantren. Angin yang berhembus sejuk membuat jilbab biru yang dipakainya berkibar kibar indah. Ali merasakan jantungnya tak karu karuan. Namun aneh, Ali merasa nyaman dengan pemandangan itu.
Ali menoleh ke sebelah kanan bawah. Dimana disitu nampak seseorang yang tengah menyisir rambutnya yang basah sehingga angin yang bertiup cukup kencang sama sekali tidak membuatnya berkibar. Ali merasakannya. Detak jantung yang berdebar lebih cepat. Namun setiap kali melihatnya Ali selalu merasakan sesak di dadanya. Satu lagi, Ali tidak merasa nyaman. Hati kecilnya selalu memaksa kepalanya untuk kembali menatap Jihan. Sumber ketenangannya.
Gue akan coba. Perlahan tapi pasti, gue akan temukan siapa orang yang seharusnya dan pantas jadi teman hidup gue. Batin Ali.
"Ka Ali ayo makan dulu!" Seruan itu cukup mengejutkan Ali dari lamunannya. Ia bergetar sebentar lalu baranjak turun. Ali mebelalakan matanya. Ia tidak melihat tangga yang digunakannya untuk menaiki genteng. Jangan jangan......
"Jihan! Tangganya dikemanain?" Tanya Ali panik. Jihan berjalan pelan dan menatap ke arah Ali.
"Ya ampun Ka Ali ngapain disana?" Seru Jihan menahan tawanya.
"Lah kirain lo udah tau kalo gue disini!" Jawab Ali.
Jihan mengerutkan keningnya. "Enggak! Saya kira Ka Ali ada di dalem. Makanya saya teriak." Ucap Jihan.
Ali menepuk dahinya. "Udahlah gak penting. Yang penting itu tangganya mana?" Tanya Ali kembali panik. Jihan menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada tangga sama sekali.
Jihan dan Ali berpandangan lama.
Jihan yang tidak kuat dengan wajah Ali yang lucu, ia tertawa geli sampai terduduk di tanah menutupi wajahnya yang sangat jelas sedang ngakak.
Ali menatapnya datar. Sedikit kesal terlintas di benaknya. Namun ada juga rasa senang yang menyelimutinya ketika melihat Jihan yang tengah tertawa dengan cantiknya.
Tanpa disadari, Ali mengukirkan senyuman manisnya.
"Iiih lo malah ketawa! Bantuin kenapa? Seneng ya ngeliat gue kesusahan?" Tanya Ali tanpa ekspresi. Jihan mendongak pelan.
"Oke Ka Ali! Saya cariin tangga dulu!" Seru Jihan berdiri dan berjalan beberapa langkah.
"Eh Jihan!" Seru Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy's Diary (Completed)
Teen FictionHati seseorang gak ada yg tau Seburuk apapun penampilannya Sebobrok apapun sikapnya. 😆 baca aja. Gk maksa kooo siapa tau penasaran. Boleh di vote and komen ya!