Twenty Nine

24 14 2
                                    


Bichi naneun solo
Turutuuuuuturururuut.....

Author solo gays 😂

Pagi ini, cerah dan sunyi tampak berkolaborasi indah saat Jihan membuka jendela kamarnya untuk menghirup udara segar.

Hanya ada pepohonan rindang yang manari nari oleh alunan angin. Jihan menatap lurus tanpa arti ke arah pohon pohon itu.

Apa mungkin, ini menjadi kali terakhirnya ia merasakan kesejukan dunia? Jihan memegang dada kirinya pelan. Terasa seperti ada tusukan tusukan tajam disana.

Jantung, Jihan menderita penyakit jantung. Itu sudah cukup membuatnya menderita. Tapi itu masih belum seberapa dibandingkan dengan..

Leukemia. Penyakit kanker darah dimana sel darah putih lebih banyak dari sel darah merah. Perlahan, sel darah putih itu akan memakan sek darah merah dan habislah sudah riwatnya.

Jihan, tidak mau pusing pusing berobat sana sini. Ia lebih senang menunggu azal menjemputnya sementara ia menungu sambil menikmati hidup dengan kedamaian. Ia tidak pernah membenci penyakitnya ataupun menangisi hidupnya. Ia menikmati setiap apapun yang diberika Tuhan kepadanya. Tapi semenjak kemarin, disaat ia mendengar ungkapan saudaranya yang benar benar membuatnya hatinya menjerit hebat.

Apakah seburuk itu dirinya? Sampai ia harus merenggut kebahagiaan saudaranya sendiri?

"APA HARUS GUE SAKIT SAKITAN KAYA JIHAN BIAR DAPET PERHATIAN LEBIH?"

Katan kata itu masih saja terngiang ngiang di kepala Jihan membuatnya pusing. Padahal, sebelum Rena tentu saja Jihan terlebih dahulu mengenal Ali. Justru selama ini, Jihanlah yang mengalah untuk Rena. Ia tau kalau Ali adalah teman masa kecilnya, tapi ia merelakannya untuk Rena.

Lagi lagi, Jihan meneteskan air matanya.

💕💖

"Eh Ali Ali, liat deh cocok nggak sama gue?" Seru Rena memperlihatkan penampilannya memakai pashmina berwarna biru muda. Ali menatapnya dengan pupy eyes khas yang membuat siapapun rindu dengan tatapan itu.

"Pantes. Perempaun manapun pantes pake kerudung apapun!" Jawab Ali. Rena hanya mengulum senyum. Tapi seketika hatinya gelisah ketika melihat Ali berjalan menghampiri Jihan.

"Jihan, lo mau ke Bandung kapan?" Seru Ali berjalan berdampingan dengan Jihan. Jihan menunduk.

"Enggak tau kak. Masih dipikirin dulu." Jawab Jihan mempercepat langkahnya.

Rena berlari menghampiri Ali dan Jihan. "Eh iya gue belum nyiapin sarapan nih, bantuin yuu!" Seru Rena menarik Jihan ke arah dapur.

"Gue juga mau bantuin dong." Ali menawarkan dirinya.

Rena dan Jihan saling berpandangan heran.

"Ali.. udah itu kan tugasnya perempuan. Mending lo main bola aja sama anak anak!" Ucap Rena.

"Biarin aja. Gue pengen nyoba nyoba aja." Jawab Ali. Ketiganya pun berjalan beriringan menuju dapur.

Di dapur, tidak ada percakapan sama sekali. Semuanya sibuk mengerjakan tugasnya masing masing. Ali hanya mendapatkan bagian memotong motong cabai yang membuatnya bosan.

"Ka Ali, motong cabe itu bukan lurus lurus gitu. Tapi dimiringin sedikit." Ucap Jihan membuat Ali mendongak pelan ke arah Jihan.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang