Thirty Five.

19 10 0
                                    


Disinilah tempat Jihan berbaring. Di ruang ICU. Di sebelahnya, ada kembarannya. Rena yang sama. Berbaring juga.

Kepala Rena di perban. Wajahnya nampak lebam seperti luka terjatuh, tangannya di gifs dan matanya terpejam.

Berbeda dengan Jihan yang kini disiasati dengan 1001 macam alat alat kedokteran yang entah blantah apa namanya yah, author gk ngerti ehe.

Oke oke. Kenapa bisa gitu? Jadigini :

Jihaaaaan!

Teriakan Rena membuat Jihan yang tengah berjalan gontai berbalik. Ia terkejut setengah mati saat mengetahui mobil yang melesat di sampingnya. Hampir menabraknya.

Namun dengan sekuat tenaga dan mengumpulkan keberanian, Rena berlari mendorong Jihan untuk menyelamatkannya. Sayangnya, tenaganya habis hanya untuk mendorong, sehingga tidak ada tenaga lagi untuk menghindar dari mobil itu dan.....

Brak!!!!

Mobil itu menghantam hebat tubuh Rena.(Lebok ah! Ups keceplosan😆.) Hingga tubuhnya tersungkur ke bahu jalan dengan darah yang bercucuran.

Sementara Jihan yang terlempar juga karena dorongan Rena yang cukup kuat hingga menabrak pembatas jalan itu dan terbaring karena fisiknya yang memang sudah amat sangat lemah.

Gituloooh jelaskan?

Sementara keduanya sama sama terbaring lemah, Ali menundukan kepalanya sambil terus saja merutuki dirinya.

Mengapa ia memaksa Rena untuk mengejar Jihan?

Mengapa tidak ia sendiri yang mengejar Jihan?

Mengapa ia begitu lamban saat mengikuti langkah Rena sehingga kejadian itu terjadi satu detik saja sebelum Ali benar benar sampai disana.

Di sebelahnya ada Abi,Umi,Zahra,Mamah,Papah,Marcell, Arga,Bagas,Septa,Rini, dan Sarah.

Mereka semua benar benar syok dengan apa yang telah terjadi. Beberapa kali juga Ali meminta maaf pada Abi, namun Abi selalu mencegahnya dan mengatakan kalau ini semua karena takdir. Sama halnya dengan Umi yang kini dengan tabahnya mengusap air matanya.

Semuanya masih berharap harap cemas menunggu keputusan dokter.

Hingga pintu ruangan terbuka dan menggeret kabin seseorang dengan wajah yang tertutup seutuhnya ke arah ruang jenazah.

Dan,

Siapakah itu?

Umi menjerit histeris. Ali memukul mukul tembok tak kuasa menahan tangis. Siapa itu? Jihankah? Renakah?

Abi berlari, menyusul para suster itu ke ruang jenazah. Sementara Sarah dan Rini sibuk menenangkan umi. Semuanya terdiam, menunggu jawaban dari takdir. Siapakah yang dibawa di kabin itu?

Siapapun itu,

Ali tidak akan ikhlas.

Rena sang masa lalu.

Atau Jihan.

Tiba tiba seorang dokter berperawakan tinggi keluar dari ruangan itu.

Membuat semua yang sedang termenung langsung saja menyerobot habis seperti wartawan. Cukup membuat dokter itu tersentak kaget, namun kembali seperti awal.

"Dokter siapa itu siapa??? Siapa yang di dorong ke ruang mayat itu?" Tanya Umi masih histeris.

"Itu.."

"Itu anak saya? Itu Rena atau-"

"Bukan ibu. Itu bukan Rena. Namun Ji-"

"Nggak mungkin!!! Itu nggak mungkin!" Ali berteriak histeris.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang