Twenty Three

32 17 1
                                    

Happy Reading!

😉😄








Ali membanting telepon rumahnya dengan kesal. Sudah beberapa kali ia mencoba menelepon nomer rumah Jihan dan Abi namun gagal. Hanya ada suara operator yang mengatakan bahwa penerima panggilan sibuk.

Benar apa yang dikatakan Jihan. Ia menyesal. Sangat menyesal. Padahal beberapa minggu ke belakang ia dan Jihan mulai benar benar dekat. Seperti sepasang kekasih sesungguhnya.

Ali melamun. Menyadari betapa bodohnya dia kini. Mengambil keputusan tanpa pemikiran dan menyimpulkan sebuah peristiwa tanpa kepastian. Berakhir dengan penyesalan tentunya.

Yang paling membuatnya terpuruk adalah masalah perjodohan itu. Keluarga Jihan tepatnya Umi sudah berbicara dengan Ibu bahwa Jihan meminta untuk membatalkannya. Ali menyesal.

Ia menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Mencari cari buku coklatnya dan memperbaiki kertas kertas yang copot itu dengan lem. Memeluknya dan menggoreskan pena di dalamnya.

Gue nyesel Jihan.
Gue terlalu kebawa emosi.
Gue nyesel....

Jihan
Kenapa lo malah tinggalin gue sekarang?
Apa ini ya yang dimaksud takdir.

Baru aja gue bahagia.
Tapi udah gitu menderita lagi!

Baru aja gue temuin sosok pengganti Rena
Tapi lo udah pergi lagi!

Mungkin ini balasan dari Allah?
Karena selama ini gue terlalu nganggep cewe remeh, permainin cewe dan keras kepala?

   M.A.L

"Maaaah! Liat sajadah gak?" Seru Ali dari kamarnya. Yuni yang tidak percaya dengan apa yang ditanyakan anaknya barusan dengan cepat menaiki tangga menuju kamar Ali.

"Hah? Sajadah? Kamu mau shalat?" Tanya Yuni membuka pintu kamar Ali tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Iya mamah! Masa mau masak make sajadah gitu? Yang bener aja!" Jawab Ali malas.

"Di mushola! Kalo mau wudhu berhubung krannya lagi mati pake shower dulu aja yah!" Ucap Yuni yang sangat senang anaknya berubah.

"Iya mah makasih!" Jawab Ali sambil meluncur pergi ke arah kamar mandi.

Yuni berjingkrak lincah lalu berlari ke arah telepon rumah dan menelepon Janu. Memberi tahu kabar yang begitu menggembirakan baginya.

💖💕

"Ka Jihan mau kemana?" Teriak Zahra yang melihat kakanya tengah membereskan barang barangnya dan mengemasnya ke dalam koper besar.

"Enggak kemana kemana!" Jawab Jihan sambil tersenyum manis.

"Kenapa barang barangnya dimasukkin ke dalam koper?" Tanya Zahra lagi. Jihan menarik napas panjang.

"Ka Jihan mau ke Medan sebentar! Mau tengokin pesantren." Jawab Jihan tenang. Mata Zahra berkaca kaca.

"Kenapa? Kan bisa Abi yang tengok? Ka Jihan kan harus sekolah! Lagian nanti kalo Ka Ali nyariin gimana?" Tanya Zahra masih sedikit ngeyel.

Jihan duduk lemas ketika mendengar nama itu. Namun ia mencoba kuat.

"Ka Jihan ke Medan cuman sebentar Zahra. Jadi Ka Ali nggak akan nyariin!" Seru Umi sambil berjalan ke arah kamar Jihan.

"Kamu beneran Jihan mau ke Medan sendirian? Nggak akan nyasar kan?" Tanya Umi cemas.

"Enggak Umi. Jihan kan bisa minta Rena jemput." Jawab Jihan tersenyum. Umi ikut tersenyum sambil memeluk Jihan erat.

"Kamu hati hati yah...!" Ucap Umi tenang. Jihan mengangguk pelan.

"Jihaaaan ayo ke Bandara! Itu jemputannya udah dateng!" Seru Abi. Jihan melepas pelukannya dan mengambil dua buah kopernya lalu berjalan ke luar.

Semoga ini menjadi keputusan yang terbaik! Batin Jihan. Bagus! Jihan siap untuk berangkat!

💖💕

"Masa sih Rin lo nggak liat Jihan sama sekali?" Tanya Ali masih ngotot. Rini menggebrak meja keras. "Gue males yah ngulangin kata kata gue! Jihan itu pergi Ke Medan buat nengokin pesantren ayahnya! Puas lo?" Teriaknya. Ali,Marcell,Bagas,Arga, dan Septa terkejut dan saling berpandangan.

"Medan?" Ucap mereka bersamaan.

Rini tidak menjawabnya. Ia hanya membalasnya dengan delekan tajam.

Ali mengacak acak rambutnya frustasi. Sebesar itu kah kesalahannya sampai seorang Jihan pun tega meninggalkannya?

"Oh yaudah nuhun!"  Ucap Ali lalu melanggang pergi.

"Eh lo sekertaris gue! Sini gue bilangin!" Seru Marcell menatap Rini. Dengan malas Rini menghampirinya.

"Itu kasih tau temennya niat gak pake kerudungnya! Kalo niat pake kerudung, bilangin poninya keliatan tuh! Pengen nutup aurat atau gaya gayaan? Fans dadakan Masha and the Bear yah?" Bisik Marcell menatap Rini dengan tatapan meledek.

Rini melirik ke arah Sarah. Temannya yang satu ini memang selalu saja menjadi bahan omongan.

"Iya nanti gue bilangin!" Jawab Rini lalu menjauh tanpa ijin Marcell. Marcell juga pergi menyusul Ali dan temannya yang lain.

💖💕

"Halo Jihan? Akhirnya lo jawab telepon ini. Han lo dimana?" Seru Ali heboh ketika teleponnya diangkat oleh seseorang.

"Ka Jihannya di Medan Ka Ali!" Jawab Zahra dari sebrang sana. Ali membanting ponselnya itu frustasi.

Lagi dan lagi bukan kabar pasti yang ia dapatkan. Yang lain juga sudah berusaha untuk mencari informasi tentang Jihan. Namun tetap saja gagal.

"Nggak ada pilihan lain gue harus susul dia ke Medan!" Seru Ali percaya diri. Yang lain hanya mentapnya pasrah karena dilarang sebagaimanapun, Ali tetaplah Ali yang berkepala batu.


Ia akan mencarinya pasti.















@annissajuniarti___









Follow plis 😊😆

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang