Hey.....
Taiyo
Gj
Maapkan
"Li mamanya Marcell nyuruh kita buat bantuin nyari dia!" Tutur Bagas dengan wajah khasnya. Ali menatapnya malas." Yaudah cari aja sono apa susahnya sih?" Jawab Ali malas. Bagas mendelik gemas.
"Yaelah Li Bantuin gue napa sih!" Ucap Bagas lagi. "Iya sih Li mumpung ga ada kerjaan nih...... Nambah pahala juga kan." Tambah Arga. Ali dan Septa menatapnya bersamaan. "Hah? Gue nggak salah denger tuh! Pahala? Tumben lo ngajak nambah pahala! Biasanya lo ngajak nambah dosa tuh!" Tutur Septa dengan senyum remehnya.
"Ya kali, gue nggak sekafir itu ferguso!" Ucap Arga malas. Yang lain hanya tertawa puas. "Yaudah buruan!" Seru Ali menaiki motornya. Yang lain hanya menatapnya bingung. "Kemana Li?" Tanya Bagas. Ali menjawab malas. "Ke kuburan! Katanya mau nyari si Marcell cepetan!" Seru Ali lagi kemudian melajukan motornya. Begitu juga yang lainnya.
Mereka mencari sosok Marcell ke segala penjuru dimana mereka biasa bertemu dengan Marcell. Dari mulai Cafe, Restoran, dan tempat tempat nongkrong lainnya. Sayangnya benar benar nihil. Seorang Marcell sama sekali tidak ditemuinya.
"Gue dimana!!!!???" Teriak seseorang yang bangun dari pingsannya. Suaranya menggelegar hingga terdengar ke seluruh penjuru rumah hingga penghuni rumah itu berkumpul menghampirinya.
"Kamu ada di rumah Saya. Tadi malam kamu pingsan di jembatan dan kami membawa kamu kesini." Terang Abi. Sementara Jihan, Umi dan Zahra (adik Jihan) hanya terdiam menunggu arahan dari Abi untuk mulai berbicara.
Orang itu memegang kepalanya dan mencoba mengingat peristiwa semalam dimana ia mabok habis habisan sampai berniat untuk bunuh diri dan seorang perempuan yang tak lain adalah Jihan datang mencegah aksinya. Selanjutnya ia tak tahu karena tak sadarkan diri.
"Yaudah kita bicara lagi nanti yah nak. Sekarang ayo makan dulu! Kamu pasti lapar!" Ucap Umi. Sementara Jihan dan Zahra pergi ke ruang makan untuk menyiapkan makanan.
Laki laki itu hanya duduk diam. Membenarkan posisinya. Kemudian berjalan ke arah ruang makan sederhana itu.
Di ruang makan terdapat berbagai makanan yang terlihat sederhana. Nasi, sup ayam, kerupuk dan sambal yang nampak sedap. Wangi makanan itu yang mulai tercium seakan memancing perutnya untuk berteriak menyuruhnya segera melahap semuanya.
Ia duduk menatap makanan itu dengan tatapan kosong. Ingin rasanya ia melahap semuanya sekarang juga. Tapi malu rasanya karena sedari tadi yang lain hanya menatapnya lekat. Terutama Abi.
"Ayo silahkan dimakan! Jangan malu malu!" Seru Umi sambil mengambilkan Abi nasi ke piringnya. Harmonis. Satu kata yang ia temukan dalam keluarga yang menolongnya ini. "Ayo! Nanti keburu dingin!" Ucap Abi yang kemudian melahap makanannya tak lupa membaca do'a. Ia mengangguk malu. Ia menyerok makanan itu kemudian melahapnya. Tanpa sadar air matanya mengalir. Rasa makanan itu seolah mengingatkannya pada rasa masakan Ibu dulu. Wajah Abi juga sangat mirip dengan wajah mendiang ayahnya.
Jihan menghentikan makannya. Ia menatap lelaki yang tengah mengusap air matanya yang sedikit mengalir itu dengan tangannya. Jihan bingung. Ingin sekali ia bertanya masalahnya. Tapi, ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnyadan kembali menyuap.
Perlahan, makan itu habis. Umi, Jihan dan Zahra membereskan semuanya menuju dapur. Sementara Abi dan lelaki itu masih terdiam di ruang makan. Untuk sekedar bercakap cakap.
"Nama kamu siapa?" Tanya Abi halus. Lelaki itu mendongak. "Marcell. " Jawabnya singkat. Abi mengangguk. "Kamu darimana? Ada masalah apa? Coba cerita!" Ucap Abi serius. Marcell menghela napas panjang kemudian mulai bercerita. Umi juga sudah ada disana. Sedangkan Jihan dan Zahra ke kamar sesuai perintah Abi.
"Saya bingung. Dulu hidup saya benar benar bahagia. Tapi setelah 2 tahun yang lalu, dimana perusahaan ayah ditipu. Kami bangkrut besar. Sehingga Ibu yang harus turun tangan untuk bekerja membuka toko kue. Ayah sakit sakitan parah. Sehingga toko kue ibu harus dijual untuk biaya obat ayah. Tapi semuanya tak sampai disitu. Ayah belum juga sembuh. Ibu mulai lelah dan ia berselingkuh. Saya sudah tau hal ini tapi saya memilih untuk menyembunyikan dari ayah. Hingga suatu hari ayah tau semuanya dan sakitnya makin parah. Ibu tidak peduli dan hanya mengirmi uang lalu pergi dan kembali berselingkuh. Sampai pada akhirnya ayah meninggal. Ibu sama sekali tidak berubah. Yang ibu pikirkan hanya uang dan selingkuhannya." Ujar Marcell panjang.
Umi dan Abi mengangguk prihatin.
"Lalu.. kenapa kamu memilih untuk bunuh diri?" Tanya Abi. Marcell menatap ke seluruh pojok ruangan sederhana itu. "Saya ngerasa bosan. Ibu nggak pernah memperhatikan saya. Ibu cuman kerja dan selingkuh. Saya ngerasa ga ada orang yang sayang sama saya." Jawab Marcell perih.
Umi mengelus kepala Marcell halus. "Kamu harus pulang. Ibu kamu pasti khawatir sekarang. Besok saya Abi akan antar kamu." Ucap Umi dengan belaian halus yang sangat Marcell rindukan dari seseorang yang tak lain adalah Ibu.
"Saya nggak mau pulang. Kalau keluarga ini memang keberatan menerima saya. Saya bisa pergi ke tempat lain. Saya nggak mau pulang karena Ibu saya sama sekali nggak sayang sama saya." Tutur Marcell.
"Kalo Ibu kamu nggak sayang Ibu kamu nggak akan bikin kaya gini." Ucap Abi menodongkan koran yang meliput orang hilang. Disana terpampang poto dirinya yang tengah tersenyum manis sambil memegang bola basket kesayangannya. Terpampang nama Marcell Adilla disana. Marcell terkejut bukan main ketika tahu Ibunya melakukan ini. Bahkan terpampang disana ungkapan Ibunya yang mengatakan bahwa ia tidak akan berselingkuh lagi.
"Ah cape gue Li! Tu anak dari tadi nggak ketemu ketemu! Mending gue di rumah aja gitu caranya mah!" Keluh Septa. Ali menatapnya datar. "Emangnya gue nggak cape?" Tanya Ali malas. Septa kembali mengeluh. "Eh lo ngeluh mulu! Ngga ada peri kemanusiaannya banget! " Ucap Bagas yang memang sebenarnya ia juga sudah terasa lelah. "Perikemanusiaan? Kaya yang nggak tau aja lo Gas. Si Septa kan bukan manusia. Mana mungkin dia punya rasa kemanusiaan!" Arga menimpali. Bagas tertawa puas.
"Yaudah lah besok kita cari lagi deh. Sekarang kayanya udah terlalu larut. Cape juga gue!" Ujar Ali.
Hay!
Maafkan kalo ada yg typo yah!
Habisnya keyboard nya lucknut banget.
Oke baca part selanjutnya
Happy Reading
😸👍🌻🌺💐⤵
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy's Diary (Completed)
Teen FictionHati seseorang gak ada yg tau Seburuk apapun penampilannya Sebobrok apapun sikapnya. 😆 baca aja. Gk maksa kooo siapa tau penasaran. Boleh di vote and komen ya!