ELEVEN

45 15 2
                                    


Dear Diary
17, November, 2000

      Aku melihatnya untuk pertama kalinya. Aku bisa merasakannya. Getaran. Sebuah getaran pendek yang menghentikan napasku dalam sekejap. Aku mendengarnya. Ayat ayat yang dia bacakan seakan menghipnotisku ke dalam dunia yang lebih lurus. Jilbab putihnya, wajah cantiknya,merdu suaranya. Aku mengenalinya. Dia bernama Jihannur Kahasanah.

      Ali menutup buku coklat tebalnya itu dan menyimpannya baik baik di dalam tasnya. Kenapa? Karena bisa saja Bagas ataupun Arga mengacak ngacak tasnya tanpa ijin dan dilakukan hanya untuk mencari permen. Tidak masuk akal memang. Tapi itu memang sudah menjadi kebiasaan mereka.

     Ali benar benar merasakan jantungnya berdebar debar kini. Karena pulang sekolah tepatnya sekarang ia akan ke tempat parkiran. Menemui Jihan.

      Berbeda dengan Jihan yang kini berjalan seperti biasanya. Sarah dan Rinilah yang sedari tadi tidak berhenti berdebat. Tentu saja karena mereka berbeda pendapat.

    Dari jauh, Ali sudah nampak dengan buket bunga mawar merah yang nampak serasi dengan jaket merah maroon yang dikenakannya kini.

"Han ya ampun gue udah lemes liatnya Han. Gue takut pingsan Han! Ka Ali ganteng banget. Omg!" Ucap Sarah panik.

Rini berdeham malas. "Sumpah deh Rah. Gue cape daritadi perasaan lo bilang kalo si Ali ganteng! Tiap hari malah. Udah mah pake teriak teriak segala lagi !" Seru Rini kesal sambil mengibaskan rambutnya ke muka Sarah. Membuat Sarah benar benar ingin menjambaknya saat itu juga. Tapi ia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya dan menjaga imagenya di depan Ali.

"Ayo semangat Han!" Seru Rini yang kemudian berhenti. Membiarkan Jihan berjalan sendrian. Sementara Sarah malah ngintil di belakangnya.

Rini menarik rambutnya dan menghentikannya. "Eh bocah! Lo nggak usah ikut. Temenin gue aja disini." Ucap Rini dingin.

"Enggak! Gue mau ikut Jihan.... lepasin gue Rin!" Teriak Sarah seolah olah ia sedang diculik.

"Lo diem disini aja temenin gue sayang." Ucap Rini menyeringai. "Nggak Rin. Lo gila! Gue masih normal ya. Gue tau lo udah lama jomblo. Tapi nggak gini juga!" Ucap Sarah panik sementara Rini hanya merangkulna kuat sambil berusaha menahannya lalu mengacungkan jempolnya pada Jihan yang kini tersenyum ke arahnya dan menemui Ali.

"Assalamu'alaikum! " Ucap keduanya bersamaan. Jihan menunduk malu. "Wa'alaikum salam. " Jawab keduanya kembali bersamaan. Ali berdeham pelan. Lalu memberikan buket bunga mawar itu. Jihan menerimanya sambil tersenyum.

"Ehem jadi gimana Han?" Tanya Ali memecah keheningan. Jihan menarik napas panjang sambil berusaha menatap Ali meskipun harus sedikit mengadah karena tubuh Ali yang tergolong jangkung.

"Maafin saya ka... Sekali lagi saya minta maaf sama kaka karena nggak mau jadi pacar kaka. Sekarang saya mau nanya emangnya kaka punya perasaan apa sama saya?" Tanya Jihan sopan. Ali tersenyum lebar, meskipun hatinya cukup tergores.

"Gue suka sama lo Han. Atau bahkan lebih. Mungkin aja. Gue cinta sama lo Han!" Ucap Ali tulus. Jihan mencoba tersenyum.

"Emangnya kaka suka sama saya karena apa?" Tanya Jihan lagi. Ali menatap Jihan dalam.

"Lo cantik Han. Lo baik. Lo pinter. Lo shalehah dan lo beda dari yang lain." Jawab Ali penuh api. Jihan tertawa pelan.

"Berarti kaka suka sama saya karena nafsu. Bukan dari hati dan melihat saya cuma sebelah mata. Coba kaka liat saya dari hati. Itu baru namanya cinta." Ucap Jihan membuat Ali kebingungan.

Badboy's Diary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang