Bisakah kita tetap bertahan?
Aku dengan egoku
dan kamu dengan egomu-Aurora Fransiska-
__ __ __
Radit menghentikan mobilnya tepat didepan pagar rumah Aurora. Hujan sudah mulai reda, tapi hari sudah gelap. Tidak memungkinkan pelangi yang indah akan datang.
Radit menyunggingkan senyumnya kala melihat Aurora masih tertidur lelap sambil memeluk jaket yang ia berikan.
"Aurora," panggil Radit pelan membuat gadis itu membuka matanya perlahan.
"Hm? Udah sampe?" Tanya Aurora dengan suara serak.
"Iya udah sampe."
"Eh makasi banyak ya," ucap Aurora seraya melepas jaket milik Radit namun dicegah olehnya.
"Gak usah, bawa aja," kata Radit.
"Beneran?"
"Iya."
"Yaudah gue masuk ya, makasi lagi."
"Sama-sama."
"Hati-hati," ucap Aurora seraya turun dari mobil Radit dan berjalan masuk kedalam rumahnya.
__ __ __
Aries mengepalkan tangannya kesal saat melihat Aurora pulang dengan seorang laki-laki yang ia tidak kenal.
Ya, Aries mengikutinya.
Saat Aurora sudah masuk kedalam rumahnya, Aries dengan cepat meraih sebuah tangga yang berada didekat balkon kamar Aurora.
Aries tau ini bodoh, ia bisa saja langsung masuk kedalam rumah Aurora, tapi rasa kesal telah menyelimuti dirinya.
Ia menaiki tangga yang ia ambil tadi dan akhirnya sampai dibalkon kamar Aurora yang dipenuhi dengan tanaman-tanaman hias.
Aries kemudian duduk disebuah bean bag berwarna maroon sembari menunggu Aurora melihatnya.
__ __ __
Aurora masuk kedalam kamarnya dengan langkah gontai. Kepalanya terasa pusing karena kehujanan tadi.
Ia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah selesai, Aurora meraih sebuah lipbalm diatas meja riasnya lalu mengoleskannya pada bibir manis Aurora yang kering.
Aurora melirik jam besar yang terpajang jelas didindingnya. Sudah pukul 19.00, bulan pasti terlihat cerah hari ini.
Gadis itu berjalan menuju balkon kamarnya dan menatap keatas langit malam.
"Hkhm," dehaman seorang laki-laki membuat Aurora menoleh ke sekelilingnya. Dan..
"Aries? Kamu ngapain disini? Oh iya, maaf tadi aku gak nungguin kamu pas pulang sekolah soalnya ujan sama udah sore," jelas Aurora.
"Gak nungguin gue gara-gara hujan atau gara-gara lo dianter pulang sama cowok lain?" Tanya Aries sinis.
"Siapa?"
"Lo lupa atau gimana? Apa lo pura-pura bego?"
"Maksud kamu apa? Kenapa?"
"Lo pikir gue gak liat lo?! Siapa Radit?!"
"Itu adik kelas Ries."
"Adik kelas? Apa simpenan lo?!"
"Maksud kamu apa?"
"GAK USAH PURA-PURA BEGO DEH!" Oke Aries benar-benar marah kali ini.
"GUE LIAT SEMUANYA. RADIT YANG NGASI HANDUK KE LO, YANG NGANTER LO PULANG DAN NGASI JAKET KE LO. IYA?!"
"I-iya Aries," Aurora ketakukan mendengar bentakan Aries padanya. Apa salah Aurora?
"BERAPA BANYAK LO PUNYA SIMPENAN? ATAU JANGAN-JANGAN DITO SAMA TEMEN-TEMENNYA TADI ITU JUGA SIMPENAN LO?! GUE GAK HABIS PIKIR LO SERENDAH INI."
"ARIES!" Aurora sudah tidak tahan lagi. Air matanya mulai mengalir dengan deras. Aries tidak mengerti.
"APA?! LO MAU APA?!"
Plak!
Sebuah tamparan berhasil Aurora layangkan tepat dipipi kiri milik Aries.
"JAGA OMONGAN KAMU! AKU GAK PERNAH PUNYA NIAT KAYAK GITU. RADIT CUMA NGANTERIN AKU TADI GARA-GARA UDAH SORE. AKU SAYANG SAMA KAMU ARIES!" Nafas Aurora memburu. Ia sudah tidak dapat menahan emosinya saat ini.
Aries tidak tau apa-apa. Tidak tau.
Isakan kecil mulai derdengar dari mulut Aurora. Ia takut. Sangat takut. Kenapa Tuhan memberikan begitu banyak masalah padanya hari ini?
"BASI!" Bentak Aries lagi kemudian turun dengan cepat dari balkon Aurora lalu pergi entah kemana.
Aurora menangis hingga sesenggukan. Kenapa Arues begitu kasar padanya. Ada apa ini?
__ __ __
"Bara!" Panggil Aries ketika ia sudah sampai di depan rumah Bara. Pikirannya sedang kacau karena Aurora.
Tak lama, Bara datang sambil membawa sebuah buku tebal miliknya. Aries masuk kedalam rumah Bara dengan seenaknya. Itu sudah biasa.
"Kenapa lo?" Tanya Mars yang sedang mengerjakan tugas dari Pak Bambang karena ia dan Bara ketinggalan pelajaran tadi.
"Gue tau, muka kusut gini pasti gara-gara si Aurora," kata Bara.
"Hm," jawab Aries singkat.
"Kenapa lagi lo sama dia?"
"Aurora pulang sama cowok tadi."
"Cuma pulang sama cowok? Possesif banget si lo," ejek Mars.
"Gak gitu setan! Gue mau ngajak dia jalan-jalan tadi tapi dia malah pulang sama Radit."
"Radit? Anak jurnal itu?"
"Lo tau?"
"Tau, dia murid paling berprestasi di bidang bahasa."
"Oh."
"Terus lo gimana sama Aurora?" Tanya Bara kepo.
"Gue ngikutin dia dari sekolah, trus gue manjat ke balkonnya dia ya gue ngebentak dialah."
"Terus dia gimana?" Tanya Bara lagi sedangkan Mars hanya menyimak.
"Nangis."
"Bego lo!"
"Gue?!"
"Iya lo! Lo ngapain coba ngebentak Aurora? Cewek itu gak bisa dibentak. Dibentak dikit, nangis. Lo ngomong keras dikittt aja dia bakal nangis."
"Res, jangan sampe gara-gara ego lo, lo kehilangan milik lo."
"Tapi gue bakal buat perhitungan sama Radit."
"Itu terserah lo."
Aries merenungkan kembali ucapaan Bara. Apa ini semua salahnya? Apa yang harus Aries lakukan? Menemui Aurora lalu meminta maaf kepada gadisnya itu? Tapi apa Aurora akan memaafkannya?
Lebih baik ia mengabari Kirana sekarang karena hari sudah gelap dan lebih baik ia menginap saja.
Mama❤
Aries nginep drmh Bara.
Aries menghempaskan handphonenya keatas sofa diruang tamu Bara.
"Lo kenapa si setan?" Tanya Mars saking kesalnya.
"Bar, gue nginep dirumah lo," kata Aries.
"Lah lo nginep? Gue juga ya?" Tawar Mars.
"Yaudah," jawab Bara lalu mereka bertiga segera berjalan kekamar milik Bara yang terletak dilantai dua itu.
_______________________________________
Vote komen ya!
-threecreators❤
((:
KAMU SEDANG MEMBACA
AR
Teen FictionSekecil apapun kebohongan yang kau rahasiakan, suatu saat nanti akan menjadi sebuah kenyataan terburuk yang pernah ia terima. Lalu bagaimana dengan rahasia Aries dan Rigel? Tidak lupa dengan ketiga sahabat Aurora. Bagaimana jika semua terungkap? Sia...