Hei seyeng - seyeng. Btw makasi banyaaaakkk buat yg udah nambahin cerita ini direading list nya❤. Makin sayang deh.
sama mingyu😄
Happy Reading~
____________________________________
Matahari mulai menyembunyikan diri diarah barat. Sinar oranye bercampur merah menyelimuti sore. Gadis cantik itu tersenyum memandang sang surya yang sudah siap digantikan oleh bulan.Kringg, kringg!!
Dering ponsel Aurora membuatnya itu menghentikan lamunannya. Ia pun segera meraih ponselnya yang berada disampingnya.
Bi Didi is called.
"Tumben Bi Didi nelpon," gumamnya. Ia kemudian menekan tombol hijau dikanan ponselnya dan mendekatkannya kesamping telinganya.
"Sore Bi, tumben nelpon," kata Aurora dengan senyum mengembang.
"Hiks, hiks," senyum Aurora seketika luntur saat mendengar suara isakan bibinya.
"Bibi kenapa?"
"Oma kamu sayang, oma masuk rumah sakit."
Wajah Aurora mengenag seketika. "Rumah sakit dimana Bi?"
"Rumah sakit sejahtera."
Aurora memutuskan panggilan teleponnya sepihak. Gadis itu berlari kecil menuju jalan raya, menghentikan sebuah taksi dan pergi menuju rumah sakit.
__ __ __
"Oma!" Aurora berteriak kencang setelah memasuki sebuah ruangan bernomor 26 itu.
Seorang wanita paruh baya berambut putih, sedang terbaring lemas disana dengan sebuah infus yang menempel ditangannya.
Tangisan sedih seorang gadis yang sudah lama tidak bertemu dengan omanya menggema diruangan itu. Saudara-saudaranya memandangnya haru.
Aurora mengelus pelan wajah tua itu. Bibir pucat, tangan dingin, serta kulit yang sudah mengkerut menandakan wanita itu sedang tidak baik-baik saja.
"Oma kenapa tante?" tanya Aurora pada Didi dengan air mata yang terus berlinang dipipinya.
"Oma kamu kena serangan jantung Aurora," ucap Didi seraya mengelus-elus punggung Aurora yang masih bergetar.
"Oma kenapa gak bilang sama Aurora?!" Aurora terus menangis sambil mengguncang tubuh omanya pelan.
Nike tersenyum kecut kearah cucunya itu. Ia kemudian mengelus pelan pipi Aurora.
"Oma gak kenapa-napa sayang, jangan nangis," ucapnya lirih.
"Omaa," air mata Aurora terus mengalir deras. Didi mendekatinya dan membawanya keluar ruangan.
"Kenapa oma bisa sampai gitu tante?!"
Didi memegang bahu Aurora yang masih bergetar. "Kamu tenang dulu, baru tante jelasin," ucap Didi tegas, berharap keponakannya itu bisa mengerti nantinya.
Aurora diam. Isakan tangisnya mulai mereda. Didi mengangkat dagu keponakannya itu, membuat Aurora menatapnya sendu.
"Tadi Lucia kerumah. Dia nangis dipangkuan oma kamu. Oma kamu shock waktu denger kalau David, ayah kamu, selingkuh," Didi menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR
Teen FictionSekecil apapun kebohongan yang kau rahasiakan, suatu saat nanti akan menjadi sebuah kenyataan terburuk yang pernah ia terima. Lalu bagaimana dengan rahasia Aries dan Rigel? Tidak lupa dengan ketiga sahabat Aurora. Bagaimana jika semua terungkap? Sia...