Part 9 | Toko

135 7 0
                                    

Aurora!" Aries berteriak menghampiri Aurora yang baru saja keluar dari angkot. Aurora menyunggingkan senyumnya.

"Kenapa?"

"Kok lo udah sekolah?" Tanya Aries heran.

"Gue bosen dirumah. Gue juga kangen sama Bianca," kata Aurora lalu berjalan memasuki area sekolah.

"Kalo sama gue?"

"Kita kan kemarin udah ketemu Aries," Aurora menggeleng-gelengkan kepalanya lalu meninggalkan Aries yang masih mematung.

Sialan, umpat Aries.

Aries berlari dengan nafas terengah-engah untuk mengejar Aurora.

"Woy! Lo ngapain ninggalin gue?" Tanya Aries kesal.

"Lah lo ngapain diem aja?" Aurora bertanya balik.

"Bodo ah! Lo nanti pulang sama gue ya? Gue mau ngajak lo ke suatu tempat," tawar Aries kepada Aurora yang masih melanjutkan langkahnya untuk ke kelas.

"Kemana?" Tanya Aurora ketika sudah sampai di depan kelas.

"Ada. Lo ikut ya?" Mohon Aries sekali lagi.

"Oke," kata Aurora kemudian duduk dibangkunya.

——

Kringg... Kringg...

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring. Seluruh siswa-siswi di SMA CerMan berhamburan keluar kelas melepas kantuk mereka. Termasuk Aurora dan Aries.

"Jadi kan?" Aries memastikan lagi.

"Iya bawel," ucap Aurora kemudian berjalan menghampiri Bianca yang tengah piket didepan kelas.

"Bi, gue balik duluan ya? Lo sama siapa?"

"Iya gapapa Ra. Gue nanti sama supir. Lo sama Aries?" Bianca menghentikan kegiatan menyapunya sejenak, lalu menatap Aries yang berada tepat disamping Aurora.

"Iya, gue mau keluar."

"Hati-hati Ra! Si setan ini banyak maunya," ujar Bianca lalu melanjutkan kegiatan menyapunya.

"Bacot lo kebo!" Ejek Aries lalu menarik tangan Aurora, menuntunnya ketempat parkir.

"Lo mau ngajak gue kemana sih?" Tanya Aurora lagi.

"Diem aja. Intinya gue mau ngajak lo ngisi perut," kata Aries lalu mengulurkan helm kepada Aurora.

Aurora naik keatas motor milik Aries, lalu Aries melajukan motornya ditengah terik dan macetnya jalanan disiang itu.

——

Ting!

Dentingan dari bel disebuah toko es krim disudut kota berbunyi. Menandakan ada orang yang baru saja memasuki kafe tersebut.

Aries menggandeng tangan Aurora. Menuntunnya kearah meja yang berada didekat jendela. Lalu duduk disana.

"Mas Tono!" Teriak Aries kepada salah satu pegawai disana.

"Lah, Mas Aries. Apa kabar? Sudah lama gak kesini," kata Mas Tono sedikit berbasa-basi.

"Baik mas. Iya banyak tugas sekolah yang harus gue kerjain," gurau Aries.

Aurora hanya diam menatap dua laki-laki itu didepannya. Kenapa mereka bisa sedekat itu?

"Mama ada mas?" Tanya Aries kemudian dijawab dengan anggukan oleh Mas Tono.

"Saya panggilin Bu Kirana dulu ya mas," kata Mas Tono lalu pergi meninggalkan Aurora dan Aries.

Aurora masih bingung. Bahkan sangat bingung. Mengapa Aries begitu dekat dengan pegawai itu?

"Jadi tujuan lo ngajak gue kesini buat apa?" Aurora membuka suara.

"Lo mau es krim gak?" Aries balik bertanya.

"Hah?! Es krim? Maulah!" Jawab Aurora antusias. Aurora memang sangat suka es krim, apalagi es krim vanilla. Saking sukanya dengan es krim, kulkas dirumah Aurora penuh dengan segala macam es krim miliknya.

Karena bagi Aurora, es krim adalah penghiburnya.

"Oke tunggu! Gue pesenin," Aries berdiri kemudian berjalan kearah meja besar dan yang Aurora tau, itu memang tempat untuk memesan makanan atau minuman disana.

Beberapa menit kemudian, Aries datang dengan membawa dua gelas penuh es krim vanila ekstra topping. Dan ada seorang wanita cantik disampingnya.

"Ma, ini Aurora. Aurora ini mama gue," sambung Aries lagi. Aurora membelalakkan matanya ketika tahu bahwa perempuan itu adalah mama Aries.

Cantik banget, gumam Aurora lalu bersalaman dengan Kirana.

"Kamu pacarnya Aries ya? Mau tau gak? Aries jarang banget lo bawa perempuan kesini," cerocos Kirana yang membuat wajah Aurora memerah.

"E-em."

"Hampir ma, dikit lagi," cerca Aries.

Kirana lalu duduk disebuah sofa yang menempel di kaca, sedangkan Aries duduk di samping Aurora.

"Kamu sekelas sama Aries ya?" Kirana bertanya.

"Iya tante," jawab Aurora singkat. Sedangkan Aries hanya menunduk sambil memainkan handphonenya.

"Kamu lucu, tante suka," Aurora yang awalnya tengah menyuapkan es krim ke mulutnya langsung mengurungkan niatnya lalu tersenyum singkat.

"Tante juga. Cantik," balas Aurora.

"Ya iyalah bodo. Liat dong anaknya! Sama kayak mamanya," cerocor Aries.

"Kamu cantik?" Tanya Kirana.

"Astaga, gantenglah ma," jawab Aries dengan cengiran khasnya.

— — —

"Hahahaha!" Derai tawa Aurora, Aries dan Kirana menggema di kafe milik orang tua Aries yang sudah sepi.

Aurora melirik alroji putih ditangannya, "tante, Aurora pulang dulu udah sore," kata Aurora lalu meraih tasnya.

"Eh, yaudah. Res anterin sana!" Perintah Kirana kepada anaknya.

"Iya ma," ucap Aries dengan malas.

"Tante kita pamit dulu ya," kata Aurora dengan santun lalu mencium punggung tangan Kirana.

"Iya hati-hati ya. Kapan-kapan main kesini lagi, gratis es krim vanila deh," ujar Kirana.

"Wah! Beneran? Aurora pasti kesini lagi deh," kata Aurora kemudian memeluk Kirana.

"Ah iya. Kevin belum pernah lihat kamu ya?" Tanya Kirana.

"Kevin siapa tante?"

"Ayahnya Aries."

"Eh," Aurora menunduk malu. Bisa-bisanya ia menyebut ayah Aries dengan nama panggilannya.

"Udah gapapa. Mas Kevin sibuk. Kalau mau ketemu, ke rumah aja pas hari minggu."

"Iya tante, nanri Aurora kerumah tante. Yaudah, Aurora pamit dulu ya."

"Iya hati-hati."

_______________________________________


ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang