Part 35 | Kabar Buruk

121 4 1
                                    

Aries merentangkan tangan dan kakinya dibawah kipas angin besar dikelasnya. Keringat terus membasahi tubuhnya sehingga seragamnya menjadi basah.

"Makanya kalau dikasi hukuman itu dijalanin, bukannya main basket!" Ledek Bara seraya mengibas-ngibaskan buku tulisnya kearah Mars.

"Diem lo, panes nih!" Aries membuka kancing baju pertama diseragamnya, memperlihatkan dada bidang nan mulus itu.

Aries menaik turunkan alisnya saat beberapa siswi dikelasnya maupun yang lewat didepan kelasnya berteriak histeris.

Aurora pun menatap mereka tak suka. "Kancing lagi," ucapnya datar.

"Panas sayang," balas Aries lelah.

"Makanya kalau dikasi hukuman itu dijalanin, bukannya main basket!" Aurora mengikuti ucapan Bara tadi.

Aries dan Mars membolos saat pelajaran Bu Laras padahal Bara sudah melarangnya, alhasil mereka dijemur dibawah teriknya matahari. Namun, bukan Aries dan Mars namanya jika mengikuti perintah.

Mereka meraih bola basket secara diam-diam dari ruangan olahraga dan memainkannya dilapangan.

"Iya-iya," Aries mengancingkan seragamnya dengan malas.

"ARIES!!!" Teriakan kencang menggema dikoridor kelas membuat beberapa murid yang lewat menoleh kaget.

Aries sontak berdiri ketika Bu Laras menatapnya tajam diambang pintu. Sedangkan Aurora, Bara, dan Mars berlari ketempat duduknya.

"Saya buk?" Tanyanya polos.

"Iya kamu!" Bentak guru itu dengan keras.

"Lah kenapa sama saya?"

"Kamu udah salah ngeles pula! Ibu tau kamu main basket tadi dilapangan."

"Kan Mars juga, kok saya terus?"

"Udah gak udah banyak alasan! Ibu tambah hukuman kamu lagi. Dua jam kedepan kamu jangan ikut pelajaran saya!"

"Yes!" Aries bersorak kegirangan menatap Mars dan Bara dengan tatapan meledek.

"Kenapa kamu?! Keluar kelas sekarang!"

"Siap atuh buk!" Aries berjalan kebangkunya dan meraih jaketnya, lalu berjalan keluar kelas sambil bersiul senang.

Bu Laras meletakkan tas dan bukunya diatas meja guru, kemudian memulai pelajaran.

"Buk kok cuma Aries sih yang dihukum? Saya kan juga ikut main basket," protes Mars tidak terima. Lebih tepatnya malas intuk mengikuti pelajaran Bu Laras.

"Kamu mau ibu hukum juga?" Bu Laras menatap kesal kearah Mars.

"Mau lah bu! Gak adil namanya kalau ibu cuma marahin Aries, saya kan juga buat salah."

"Yasudah ibu akan kasi kamu hukuman."

"YES!" Mars berteriak senang seperti Aries tadi.

"Sekarang kamu ringkas bab lima sampai enam dan harus sudah selesai sebelum bel pulang sekolah! Sekarang!"

"HAHAHAHAHA!" Seisi kelas tertawa mengejek, melihat raut muka Mars yang tidak terima dengan hukuman yang diberikan Bu Laras.

"Kok gitu sih buk?!"

"Udah gak usah banyak protes! Kerjakan sekarang juga!"

"Arh!" Mars memukul bangkunya keras, melampiaskan kekesalannya terhadap guru itu.

"Rasain tuh!" Ledek Bara senang.

__ __ __

Aries menghembuskan nafasnya kasar. Dihukum untuk tidak belajar memang menyenangkan, tapi jika sendiri? Semua percuma bagi Aries.

Ia melirik kesekeliling. Sepi dan panas. Aries merogoh ponselnya dari saku jaketnya.

Mama❤ (20) panggilan tidak terjawab.

Aries mengkerutkan keningnya tanda tidak mengerti. Untuk apa mamanya menghubunginya sebanyak itu.

Perasaan buruk menyelimuti pikiran Aries. Ia ingat, terakhir kali Kirana menghubunginya sebanyak itu saat papanya kecelakaan dan masuk rumah sakit.

Ia merampas jaketnya yang berada diatas kursi usang disana, lalu berlari kearah parkiran seperti orang kesetanan.

"Pak bukain!" Teriak Aries kepada Pak Bakri, satpam sekolah ini.

Pak Bakri bergegas keluar dari pos satpamnya dan menghampiri Aries yang sudah berada diataa motornya.

"Ini kan masih jam pelajaran, kamu mau kemana?" Tanyanya menatap Aries heran.

"Udah bukain aja. Aries ada urusan penting!"

"Nanti bapak dimarahin Pak Madra gimana?"

"Bilang aja nama saya, dia pasti bakal takut."

"Takut apa?!" Aries dan Pak Bakri sontak menoleh kebelakang dan mendapati Pak Madra yang sedang berkacak pinggang menatap Aries kesal.

"Mau kemana kamu?!" Bentaknya lagi.

"Mau tau aja lo!" Kesabaran Aries sudah habis. Ia turun dari motornya dan membuka sendiri gerbang sekolahnya.

Aries kembali menaiki motornya lalu pergi begitu saja dari sekolah meninggalkan Pak Madra yang terus berteriak memanggil namanya, sedangkan Pak Bakri hanya menunduk.

__ __ __

"MAMA?" Aries memarkirkan motornya secara asal dihalaman rumahnya lalu berlari kedalam rumah.

Ia memasuki setiap ruangan yang ada didalam rumahnya untuk mencari mamanya.

"MAMA?!"

Tidak ada yang menjawab panggilannya. Aries memasuki kamar pembantu barunya dan mendapati wanita yang sudah bekerja lama dirumah keluarga Aries sedang menyetrika dengan radio disampingnya.

"IMAH!" Teriak Aries.

"Eh copot-copot," kata Imah kaget.

"Mama mana?"

"Ibu tadi bilang ke toko mas, Imah disuruh nyonya nyetrika tadi, jadi Imah gak denger mas manggil."

"Yaudah makasi."

Aries berlari menuju motornya dan mengendarainya menuju toko mamanya.

__ __ __

Aries membulatkan matanya saat melihat keadaan toko mamanya yang sudah hancur lebur.

Pecahan kaca berlinang didekat pintu masuk. Meja dan kursi yang berada diarea outdoor berserakan. Aries segera masuk kedalam toko mamanya dan mendapati beberapa pegawai disana yang sedang membersihkan pecahan kaca didalam sana.

"Ini kenapa Mas Tono?" Tanya Aries.

"Toko ibu kemalingan mas," ucapnya sedih.

"Kemalingan?! Mama sekarang dimana?"

"Ibu luka-luka, tadi dibawa ke rumah sakit sama warga sini."

"Dimana?"

"Sejahtera."

_______________________________________

Maaf kalau konfliknya terus muncul. Semoga betah yaz!1!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang